View Full Version
Sabtu, 27 May 2023

Harun, Jemaah Haji Tertua Indonesia Berusia 119 Tahun Tiba di Madinah

MADINAH, ARAB SAUDI (voa-islam.com) - Jemaah haji tertua Indonesia, Harun bin Senar yang kini berusia 119 tahun tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AAMA) Madinah pada Jumat (26/5/2023). Pria asal Dusun Karang Duak, Desa Pangbatok, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura, Jawa timur, itu datang bersama 449 jemaah lain yang tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) SUB-6.

Di usia senjanya, Harun masih terlihat sehat dan menjawab pertanyaan petugas dengan baik. Bahkan ketika ditanya mengenai kondisinya, dia langsung berdiri untuk menunjukkan masih kuat dan bisa berjalan.

Harun mendaftar haji pada 2017, dan dijadwalkan berangkat pada 2046. Namun karena terdapat kuota prioritas lansia pada 2024, dia pun bisa lebih cepat berangkat ke Tanah Suci dengan melunasi Bipih. Menjual tanah dan dua sapi betina miliknya, dia dan sang keponakan bisa menjalankan ibadah Haji.

Pria kelahiran 1 Juli 1904 itu mengenakan batik haji Indonesia warna hijau kombinasi ungu lengan panjang, berkopiah hitam kombinasi oranye, dan bersarung coklat tua kombinasi garis coklat muda. Faktor usia membuat pendengarannya sedikit terganggu. Komunikasinya juga hanya bisa menggunakan Bahasa Madura.

“Kakek Harun tidak bisa Bahasa Indonesia. Ngomongnya juga agak sedikit keras agar beliau dengar," ujar sang keponakan, Musdi yang Bahasa Indonesianya tidak terlalu lancar, Kamis, 25 Mei 2023.

Dia bercerita bahwa Harun kadang berjualan ayam di pasar. pada saat masih belum seusia sekarang, Harun ke pasar menggunakan sepeda kayuh, tetapi kini berjalan kaki.

Kepala Harun terus tertunduk ketika berbicara, hanya sesekali menghadap lawan bicaranya tapi tidak lama tertunduk lagi. Di jari tengah tangan kanannya melingkar tasbih digital berwarna putih kombinasi hitam.

Menurut dari data medis tim kesehatan, Harun terkonfirmasi dalam keadaan baik dan tak ada rekomendasi obat-obatan khusus yang harus dibawa, kecuali vitamin C beserta rekomendasi beristirahat yang cukup.

Begitu juga dari sisi makanan, Harun tidak merepotkan, yang terpenting ada sayur dan kuah. Sedangkan untuk minum, dia selalu minta air putih hangat, khususnya air putih hasil dimasak Akan tetapi, meski Harun dalam kondisi kesehatan yang baik, dia mendapatkan kursi roda setibanya di Bandara AMAA Madinah.

Selain menjadi bagian layanan Haji Ramah Lansia, fasilitas iTU bertujuan untuk mengantisipasi bila Mbah Harun lelah setelah perjalanan panjang.

Tiba di bandara setelah pemeriksaan di imigrasi, kesehatan Harun juga dicek oleh petugas dan dibantu menuju Bus.

“Panjenengan norok kauleh, Pak. Bisa? (Bapak ikut saya, bisa?)” ucap petugas haji dalam bahasa Madura, Jumat, 26 Mei 2023.

“Enggi, enggi, ngireng, ngireng. (Iya.. iya.. ayo..ayo..),” ujar Mbah Harun berbisik sambil mengikuti petugas.

Dari Madura ke Madinah

Pergi ke Mekkah dan Madinah adalah impian Harun sejak lama. Dia bercerita, sangat ingin menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima itu dengan keluarga, tetapi akdir berbicara lain.

Menjalani enam kali pernikahan, semua istri Harun sudah meninggal dunia terlebih dahulu. Baru pada beberapa tahun terakhir, dia bisa berkunjung ke Baitullah hanya didampingi sang keponakan.

"Saya menikahnya setelah istri meninggal dunia, enam kali. Anak-anak sudah keluarga semua, cucu, cicit juga. Ada yang sudah meninggal, ada yang masih ada," katanya.

Harun adalah anak keempat dari tujuh bersaudara. Kakak dan adiknya, semua juga sudah wafat. Di hadapan Ka'bah, dia ingin berdoa memohon kepada Allah SWT untuk selalu diberi keberkahan.

Tak lupa, dia akan mendoakan seluruh keluarga, kerabat, masyarakat Pamakesan, Jawa Timur, dan Bangsa Indonesia pada umumnya. Dia juga mendoakan agar seluruh masyarakat Tanah Air selalu sehat, diberi umur panjang, dan dilancarkan rezekinya. (PR/Ab) 


latestnews

View Full Version