View Full Version
Rabu, 15 Dec 2010

Ustadz Fadzlan Garamatan: Yahudi Tak Ingin Indonesia-Malaysia Harmonis

Ustadz Fadzlan Garamatan menjelaskan hubungan Indonesia-Malaysia tidak hanya disatukan oleh ketauhidan, tapi juga garis keturunan. Kedua negara adalah saudara, sama-sama berada di wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim, negeri yang sangat ditakuti oleh bangsa lain. Karenanya, patut dicurigai adanya tangan-tangan Yahudi yang berusaha mengadudomba Indonesia-Malaysia dalam berbagai ketegangan kedua negara.

Demikian pernyataan dai asal Papua ini, usai Peringatan Muharram di Bekasi, hubungan Indonesia-Malaysia, sesungguhnya adalah hubungan darah, yang terlahir dari rahim rumpun yang sama. Sebelum kedatangan bangsa-bangsa Eropa, kedua negara tersebut telah disatukan dengan bingkai Kerajaan Nusantara.

“Ada beberapa alasan hubungan Indonesia-Malaysia dianggap penting. Pertama, orang Indonesia-Malaysia itu satu rumpun. Satu saudara, satu ikatan. Orang Malaysia keturunannya rata-rata orang Indonesia. Baik dari Sulawesi, Sumatara, maupun Jawa,” ujar Fadzlan.

Dikatakan Fadzlan, hubungan baik Indonesia-Malaysia ini pernah dibangun oleh para pendakwah kedua negara jauh sebelumnya. Bahwa Malaysia sesungguhnya adalah bagian dari Nusantara, yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Karena itu tidak bisa dipisahkan. Termasuk Singapura dan Philipina,” ujar Ustadz Fadzlan.

Jika dilihat dari sisi tauhid dan akidah, lanjut Fadzlan, tidak ada lagi urusan wilayah. ”Ini urusan bersama kaum muslimin membangun negeri. Yang diuntungkan dari kerjasama ini adalah umat Islam. Jangan karena soal politik, hubungan Indonesia-Malaysia terganggu.

....jangan-jangan ada kekuatan lain yang menginginkan hubungan Indonesia-Malaysia tidak harmonis. Bukan tidak mungkin, Yahudi berada dibalik itu semua....

Ustadz Fadzlan mensinyalir, jangan-jangan ada kekuatan lain yang menginginkan hubungan Indonesia-Malaysia tidak harmonis. Bukan tidak mungkin, Yahudi berada dibalik itu semua. Ada kesan, umat Islam Indonesia-Malaysia sedang diadu domba, yang dikait-kaitkan dengan persoalan tenaga kerja Indonesia (TKI), pegawai perikanan Indonesia ditangkap, tentang nelayan Malaysia ditangkap. ”Kita tahu, siapa yang selama ini berteriak itu, agar Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia. Mereka adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Atas nama rakyat, mereka hendak memperuncing hubungan kedua negara,” ungkap Fadzlan.

Dengan demikian, hubungan Indonesia-Malaysia tidak hanya disatukan oleh ketauhidan, tapi juga garis keturunan, kita adalah saudara, sama-sama berada di wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim, negeri yang sangat ditakuti oleh bangsa lain.

”Dulu orang Malaysia belajar dengan Indonesia, tapi sekarang Indonesia belajar kepada Malaysia. Ormas Islam. Dakwah harus dilakukan. Kita tidak ada urusan dengan politik. Yang satu jajahan Inggris, yang satu jajahan Belanda dibuat kacau, sehingga  ciri khas Islam itu akan muncul,” tandas Fadzlan.

Kerjasama AFKN-HPA

Selama berhubungan dengan Malaysia, ada kerjasama saling menguntungkan yang dibangun. Selain dakwah, juga dijalin pula kerjasama di bidang pendidikan dan usaha. Selain kapal, HPA telah memberikan dukungan fasilitas dakwah seperti kubah masjid, Al Qur’an, peternakan kambing dan sebagainya. ”AFKN dan HPA juga mengkader anak-anak, khususnya di bidang farmasi, manajemen klinik dan usaha herba. Dalam usaha itu, industri dari masyarakat Irian dibeli oleh HPA. Hasil penjualannya kemudian dikembalikan kepada orang Irian,” jelas Fadzlan.

Kerjasama ini akan terus dikembangkan. Indonesia-Malaysia punya dai. Mereka harus ketemu, dan bicara soal kemajuan dakwah. Tapi yang menjadi persoalan, negara tidak pernah mengurus lembaga-lembaga ini. ”Jadi, tidak ada lagi urusan perasaan, yang ada adalah urusan takwa saja. Ke depan, harapannya adalah orang Malaysia-Indonesia harus bersatu padu dalam jami’iyah dan khilafah Islamiyah. Jika sudah merupakan kesatuan, maka dalam dakwah tidak ada lagi batasan wilayah. Ketauhidan dan akidah lah yang mempersatukan kita.”

Kerjasama AFKN dan HPA, diharapkan bukan yang terakhir. Akan ada kerjasama dibidang yang lain. Dalam bidang pendidikan, HPA  memberikan beasiswa kepada 10 anak Irian untuk belajar bisnis di Malaysia. ”Mereka dididik menjadi enterpreneur yang handal dan menjalankan bisnis yang berlandaskan syariat,” tukasnya.

Di bidang pemberdayaan ekonomi umat, AFKN dan HPA juga telah menandatangani kerjasama. Seperti diketahui, AFKN selama ini melakukan pemberdayaan ekonomi umat dalam bentuk produk olahan yang ada di desa-desa Irian, seperti buah merah, buah pala, sarang semut, ikan kaleng dan sebagainya.

....Selama berhubungan dengan Malaysia, ada kerjasama saling menguntungkan yang dibangun. Selain dakwah, juga dijalin pula kerjasama di bidang pendidikan dan usaha....

”HPA sudah mengambil produk-produk AFKN, seperti manisan pala, sarang semut, buah merah. Semua produk itu diolah lebih baik. Lagi pula AFKN masih kecil. Kita ingin sesuatu yang lebih besar, maka perlu bergandengan dengan HPA. Kami bekerjasama atas dasar saling menguntungkan. Ini bukan hanya keuntungan orang Indonesia-Malaysia saja, tapi kepentingan dan keuntungan dakwah, kemaslahatan umat. Selama memberi manfaat untuk umat, seluruh potensi produk yang ada di Irian, HPA bisa mengambilnya,” jelas Fadzlan.

Yang namanya kendala selalu ada, namun kata Fadzlan,  rintangan itu jangan dilihat menjadi problem, hambatan menjadi  rintangan. Sebagai pejuang, hendaknya tantangan itu menjadi rahmat. Bagi umat Islam, kapal dakwah adalah sarana. Dengan kapal ini, Insya Allah AFKN akan menjangkau sejumlah pedalaman di Irian dari Fakfak hingga Merauke. Safari Ramadhan kemarin, AFKN berlayar ke Kokas, Sorong Selatan, Teluk Bintuni, Kaimana, dan Raja Ampat. Wilayah itu masih berada di Provinsi Papua Barat.

”Karena wilayah Irian begitu luas, tentu kehadiran dua kapal ini masih dirasakan kurang. Yang pasti, umat butuh fasilitas. Bagaimana mau berdakwah kalau tidak punya fasilitas,” kata Fadzlan. [Desastian]


latestnews

View Full Version