View Full Version
Selasa, 12 Oct 2010

Dua Pria Al Qoidah Irak Dipaksa Mengaku di Televisi

BAGHDAD (voa-islam.com): Dua orang yang ditangkap di Irak atas tuduhan terlibat serangan bom mobil di kedutaan besar dan kantor televisi asing telah memberikan pernyataan keterlibatan mereka di depan TV hari Ahad, mereka berdua mengaku merupakan anggota Al Qoidah.

Pengakuan keduanya disiarkan secara luas di beberapa stasiun televisi lokal yang ditayangkan pada saat pasukan Irak berada dibawah tekanan untuk menunjukkan kemampuan mereka melawan Al Qoidah Irak disaat pasukan Amerika sedang mempersiapkan penarikan seluruh pasukannya dari Irak pada akhir 2011.

Salah satu pria tersebut, Sinan Abid 29, mengatakan dia secara pribadi terlibat dalam persiapan serangan bom di kedutaaan besar Iran, Mesir dan Jerman pada bulan April dimana setidaknya 41 orang tewas.

"Peran saya adalah yang menghubungkan rangkaian listrik di mobil setelah bahan peledak di pasang di mobil, kemudian peran saya selanjutnya adalah mem-briefing pelaku bom tentang bagaimana untuk meledakkan mobil ketika ia mencapai target," katanya, bisa dipastikan orang ini dipaksa bercerita di depan kamera oleh polisi Irak.

Pria lainnya, Abdullah Saleh 34, ia mengatakan membantu menyiapkan bahan peledak untuk serangan bom di kantor saluran televisi Al Arabiya Baghdad bulan Juli, dimana sedikitnya empat orang tewas dalam serangan tersebut.

"Saya bekerja untuk Al Qoidah Daulah Islam Irak, di divisi pembuatan bom," kata Saleh dalam TV tersebut. "Kami menanam bahan peledak di minivan ke target TV al Arabiya dan proses perakitan ini dilakukan selama dua hari."

Ledakan di stasiun TV Al Arabiya terjadi beberapa minggu setelah pasukan Irak memperingatkan bahwa sejumlah media termasuk media asing seperti Al Arabiya akan menjadi target kelompok Al Qoidah.

Dalam laporan tahun lalu, kelompok ham asasi Amnesty Internasional mengkritik Irak yang menggunakan rekaman pengakuan yang disiarkan di televisi publik, mereka mengatakan cara seperti ini telah merusak hak rakyat untuk sebuah pengadilan yang adil. (za/reuters)


latestnews

View Full Version