Oleh: Al-Ustadz Fuad Al-Hazimi
Dengan sangat indah, ilmiah dan objektif, Allah Ta’ala mengajarkan kepada kita bagaimana mengkritisi kesalahan saudara kita yang berjihad. Kritik terhadap kesalahan amaliah jihad itu disertai dengan membandingkan kesalahan musuh-musuh Islam yang jauh lebih besar. Allah berfirman:
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah (syirik & kekufuran) lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs Al-Baqarah 217).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs Al-Baqarah 218).
Mujahid juga manusia yang bisa salah. Tetapi kesalahan itu insya Allah tidak mengurangi pahala jihad dan kesyahidannya.
Perhatikan cara Allah ketika menyikapi kesalahan Abdullah bin Jahsy dalam sariyyah Nakhlah. Baca dengan cermat surat Al-Baqarah 217-218 di atas. Nampak jelas bahwa Abdullah bin Jahsy telah melakukan empat kesalahan, antara lain:
1. Membunuh di bulan Haram.
2. Merampas harta kafir Quraisy.
3. Membagi rampasan itu tanpa seizin Rasulullah SAW.
4. Menangkap salah satu kuffar sebagai tawanan perang.
Allah tidak menutup-nutupi kesalahan amaliah jihad. Allah menyatakan kesalahan itu dengan kalimat tegas: “Katakan bahwa membunuh di bulan Haran adalah dosa besar.”
Tapi pernyataan ayat ini tidak berhenti sampai di sini, Allah langsung menyambungnya dengan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan orang-orang kafir jauh lebih besar dosanya.
...Tidak sepantasnya mereka menyalahkan orang-orang yang berjihad sembari menunjukkan sikap wala’ (loyalitas) kepada para thaghut...
Berikutnya, pada ayat 218 Allah menegaskan bahwa apa yang dilakukan Abdullah bin Jahsy walaupun salah, tapi itu dilakukan karena besarnya pengharapan akan ridha Allah.
Beginilah seharusnya cara mengkritik yang dilakukan oleh mereka yang tidak suka demo, alergi jihad, dan sebagainya. Tidak sepantasnya mereka menyalahkan orang-orang yang berjihad sembari menunjukkan sikap wala’ (loyalitas) kepada para thaghut. Na’udzubillahi min dzalik.
Coba renungkan! Kalaulah para mujahid itu salah dalam ijtihad jihadnya, manakah yang lebih besar dosanya, salah dalam ijtihad jihad karena saking besarnya ghirah Islam, atau dosa yang menetapkan hukum selain Allah bahkan membantu kuffar memerangi umat Islam?
Allah tidak hanya menyalahkan Abdullah bin Jahsy saja kemudian tidak memberi jawaban. Tapi lihatlah para pembenci jihad dan pembenci demo. Mereka hanya menyalahkan para mujahidin tanpa melihat kesalahan thaghut dan antek-anteknya.
Kesalahan Abdullah bin Jahsy lainnya adalah membagi rampasan perang tanpa izin Rasul. Ternyata kesalahan ini akhirnya dibenarkan oleh Allah dengan turunnya surat Al-Anfal ayat 41:
“Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya SEPERLIMA untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Qs Al-Anfal 41).
...Tetapi itu dilakukan karena besarnya ghirah terhadap Islam dan berkobarnya semangat jihad. Karena itulah Allah telah mengampuni dan meridhai mereka...
Bahkan ayat 217 surat Al-Baqarah yang menjadi jawaban Allah atas kesalahan ijtihad Abdullah bin Jahsy ini ditegaskan lagi dengan ayat selanjutnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat allah, dan allah maha pengampun lagi maha penyayang” (Qs Al-Baqarah 218).
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa perbuatan Abdullah bin Jahsy dan anggota Sariyyah Nakhlah tetaplah dinilai sebagai sebuah kesalahan. Tetapi itu dilakukan karena besarnya ghirah terhadap Islam dan berkobarnya semangat jihad mereka. Karena itulah Allah telah mengampuni dan meridhai mereka.
Beginilah semestinya sikap kita dalam menilai kesalahan mereka yang membela Allah dan Rasul-Nya. Wallahu a’lam. [taz]