View Full Version
Kamis, 27 Sep 2012

Ingat, Kemenangan Itu Dari Sisi Allah!

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah yang menjanjikan pertolongan atas orang beriman. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk baginda Rasulillah -komandan perang yang telah mewujudkan kemenangan Islam- juga keluarga dan para sahabatnya.

Akidah kita mengajarkan, kemenangan hakiki itu terjadi dengan kehendak Allah. Dia menolong dan memberi kemenangan kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.

Jika berkenan, Dia akan memberi kemenangan kepada mereka yang telah mengusahakan sebabnya sebagai pembenar terhadap sunnah-Nya pada makhluk-Nya.

Jika berkehendak lain, Dia memberi kemenangan kepada mustadh'afin (orang-orang lemah) yang dihina untuk memberi penjelasan kepada hamba-hamba-Nya bahwa urusan ini berada di kedua tangan-Nya.

Semua perkara kembali kepada-Nya. Tidak ada makhluk yang bisa mencegah kemauan-Nya. Tak seorangpun pula yang mampu mengalahkan-Nya. Bahkan semua makhluk hina dan tunduk di hadapan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

"Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 126)

Kaum mukminin tidak boleh hanya bersandar kepada kekuatan mereka semata dalam jihad yang ditegakkan. Tidak boleh pula terlalu berbangga dengan banyaknya jumlah, kekuatan pasukan, dan hebatnya strategi perang.

Ghazwah Hunain menjadi pelajaran. Saat kaum mukminin berbangga dengan benyaknya jumlah sehingga menyangka itulah penentu kemenangan, Allah menunjukkan kuasa-Nya.

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai." (QS. Al-Taubah: 25)

Perhatikan ayat di atas! Diawalnya Allah mengingatkan kaum mukminin (para sahabat Nabi Ridhwanullah 'Alaihim) akan karunia dan pemberian-Nya kepada mereka, yakni pertolongan dan kemenangan dalam banyak peperangan yang telah mereka tegakkan bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Allah ingatkan, bahwa semua itu berasal dari sisi-Nya dengan dukungan dan ketetapan-Nya Jalla wa 'Alaa. Bukan karena sebab banyaknya jumlah, persiapan, dan kehebatan mereka. Kemenangan itu atas pemberian-Nya baik saat jumlah mereka sedikit maupun banyak.

Kemudian Allah ingatkan kejadian pada perang Hunain. Saat kaum mukminin melupakan hakikat ini. Mereka lalai. Mereka merasa bahwa jumlah mereka yang banyak di saat itu merupakan penentu kemenangan.

Banyaknya jumlah membuat mereka berbangga diri. Ternyata, semua itu tidak berguna. Mereka kalah dan lari terbirit-birit ke belakang, kecuali sedikit saja dari mereka yang tetap teguh bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Setelah itu Allah turunkan pertolongan dan dukungan-Nya atas Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan kaum mukminin yang bersamanya.

Hal ini untuk memberi pelajaran, kemenangan itu berasal dari-Nya dan atas pemberian-Nya semata. Sebabnya, Allah turunkan junud-junud (pasukan) dari malaikat-Nya. Sesungguhnya berapa banyak kelompok sedikit bisa mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. (Disarikan dari tafsir Ibnu Katsir)

Akidah kemenangan berasal dari Allah benar-benar diyakini oleh kaum mukminin terdahulu. Sehingga saat tantangan semakin hebat, cobaan bertambah berat, dan kesabaran sudah pada puncak, maka mereka mencari pertolongan kepada-Nya Subhanahu wa Ta'ala.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:

"Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah: 214)

Sesungguhnya pertolongan Allah itu penentu kemenangan :

"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal." (QS. Ali Imran: 160)

Karenanya wajib bagi mujahidin untuk mewujudkan keridhaan Allah sebelum mereka menyiapkan sebab-sebab materi seperti menyiapkan pasukan, perbekalan, persenjataan, dan selainnya.

Dan keridhaan Allah terwujud dengan iman, sabar, takwa dan taat yang sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian tawakkal kepada-Nya semata.

"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 125-126)

Para mujahidin wajib meyakini –seberapapun besar pasukan mereka-, bahwa mereka memperoleh kemenangan dengan sebab pertolongan Allah kepada mereka.

Betapapun hebat dalam mengusahakan sebab pastilah ada kekurangan dan kelemahan yang menyebabkan gagal sampai hasil final. Karenanya, mereka harus mengembalikan semua urusan kepada-Nya dan menggantungkan hati kepada iradah-Nya yang dengannya terjadi segala urusan.

Allah Ta'ala berfirman,

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى

"Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar." (QS. Al-Anfal: 17)

Hakikat inilah yang ingin dibangun Al-Qur'an pada hati kaum mukminin. Bahwa segala sesuatu terjadi dengan iradah Allah. Segala urusan akan kembali kepada masyi'ah-Nya.

"Dan kepunyaan Allah-lah apa yang gaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya." (QS. Hudd: 123)  

Sehingga terjalin hubungan kuat antara hamba dengan Rabb-Nya. Hubungan yang terjalin secara langsung tanpa adanya sekat, penghalang, dan perantara antara kedua-Nya. Yakni ikatan hati mereka dengan Rabb-nya dalam bingkai tawakkal.

Namun perlu dicatat, iman kepada hakikat ini tidaklah menafikan usaha mencari sebab dan mencari saranan cukup untuk mewujudkan kemanangan itu sendiri. Karena mengusahakan sebab adalah taklif rabbani (tugas dari Allah), masuk dalam bagian ibadah kepada-Nya.

Mengusahakan sebab dan sarana terbaik adalah bagian tugas beragama (amal islam) dalam medan perang. Ia juga menjadi bukti nyata keseriusan mujahidin untuk memenangkan perjuangan Islam.

Selain itu, mengusahakan sebab dan sarana yang dibutuhkan dalam peperangan termasuk langkah awal yang sangat fital untuk turunkan pertolongan Allah.

Ia laksana syarat untuk terwujudnya pertolongan Allah. Maka menanti dan berharap pertolongan Allah dengan mengesampingkan sebab datangnya pertolongan tidaklah termasuk tawakkal, tapi pasrah bongkokan (menyerahkan kepada kehendak Allah dengan menafikan usaha).

Sikap seperti ini menunjukkan ingkarnya kepada sunnatullah di alam raya. Yakni adanya hukum sebab akibat pada ciptaan-Nya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version