TADZKIRAH JAMA’AH ANSHORUT TAUHID BAGI RAKYAT DAN PENGUASA NEGRI INDAH YANG TERUS DIRUNDUNG MUSIBAH
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله نحمده نستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له و أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله
Wahai kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Perhatikanlah bahwa pada hari ini kita hidup di dalam alam kemunafikan sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat membenci kaum munafikin. Bukti yang jelas dari kemunafikan kita adalah bahwa sejak bangsa ini dikaruniai kemerdekaan dari bangsa kafir, kita telah menyatakan perlawanan terang-terangan kepada Allah Azza wa Jalla atas nama persatuan dan kesatuan bangsa yakni menghapus kalimat “kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya” dari dasar negara.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu” (Qs An-Nisa’ 60-61)
Dari kesalahan fatal ini, maka segala kebijakan dan arah pemerintahan negara yang dijalankan oleh siapapun penguasanya akan senantiasa mengundang murka Allah Azza wa Jalla. Karena UU dan segala peraturan turunannya menjadikan akal dan hawa nafsu kita menjadi sumber hukum untuk mengatur ratusan juta rakyat dan membuang sumber hukum yang suci dari Allah Rabbul ‘Alamiin yakni Al-Qur’anul Karim dan As-Sunnah Asy-Syarif kecuali hanya sebagai teori yang dipelajari belaka.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Qs Al-A’raf 96).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا وَقَعَتْ فِيْكُمْ خَمْسٌ ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تَكُونَ فِيْكُمْ أَوْ تُدْرِكُوهُنَّ : مَا ظَهَرَتِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ يُعْمَلُ بِهَا فِيْهِمْ عَلاَنِيَةً إِلاَّ ظَهَرَ فِيْهِمْ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلاَفِهِمْ ، وَمَا مَنَعَ قَوْمٌ الزَّكَاةَ إِِلاَّ مُنِعُوْا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا ، وَمَا بَخَسَ قَوْمٌ الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِيْنَ وَشِدَّةِ الْمُؤْنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ ، وَلاَ حَكَمَ أُمَرَاءُهُمْ بِغَيْرِ مَا أَنْزَلَ اللهُ إِلاَّ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ فَاسْتَنْفَدَ بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ ، وَمَا عَطَّلُوا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِمْ إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ .
"Bagaimana kalian apabila terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu,
1. Tidaklah perbuatan zina itu tampak pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam mereka penyakit ta'un dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang dahulu.
2. Dan tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit, andai kata tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani.
3. Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan penyelewengan penguasa.
4. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka.
5. Dan tidaklah mereka itu menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan bahaya di antara mereka sendiri" (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Kenyataan yang dibentuk dari pengingkaran kepada nikmat Allah berupa Dinul Islam ini menunjukkan betapa bangsa ini telah mengalami apa – apa yang dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Ditambah lagi, bangsa ini seperti tidak merasa bersalah dengan secara terus menerus memerangi para Wali-wali Allah dalam bentuk memusuhi, menangkapi, menyiksa dan membunuhi mereka yang secara konsisten berjuang untuk meninggikan Kalimatullah dalam wujud penegakan Syariat Islam di negeri ini.
Padahal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam telah bersabda:
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. (Diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Wahai kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah, pelaku kezaliman dan yang mendiamkan kezaliman pada dasarnya berada pada posisi yang sama sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkan kezaliman atas Dzat-Nya Yang Maha Suci dan IA juga mengharamkan kezaliman atas hamba-hamba-Nya.
Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian menimpakan berbagai musibah dalam berbagai bentuknya maka itu semua adalah masih dalam konteks rahmat-Nya agar manusia kembali ke jalan yang benar, yakni jalan yang ditunjuki-Nya melalui para Nabi-Nya. Jalan itu adalah kembali kepada Dinul Islam secara menyeluruh meliputi akidah, syariah dan akhlak Islam yang lurus dan benar.
Tentu saja kita berduka dengan banyaknya jatuh korban harta dan nyawa serta berbagai penderitaan yang dialami rakyat dengan sebab bencana – bencana yang terus menerus terjadi itu. Maka sebagai orang yang beriman mestinya semua bencana itu kita jadikan sebagai sebuah peringatan Allah dan sudah seharusnya kita mau mengambil pelajaran penting dari semua musibah yang nilainya sangat mahal terkait jatuhnya korban harta dan nyawa tersebut. Dan bukan malah mengabaikan apalagi berprasangka buruk terhadap takdir Allah Azza wa Jalla.
Kita mendengar bahwa ada di antara pemimpin negri ini berkomentar tentang ketidakterkaitan bencana alam dengan kehendak Penciptanya. Kita juga tahu ada seorang jurnalis yang menuduh Allah itu kejam, Maha Suci Allah dari penyifatan mereka yang jahil . Jadi bencana alam itu justru makin mengeraskan hati dan membuat gelap nurani mereka. Kenapa mereka tidak juga sadar dan tidak segera bertaubat ?
Wahai kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Tidak ada jalan lain sekiranya kita berkeinginan memperbaiki keadaan negeri ini selain kembali kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya yakni dengan menerapkan Dinul Islam di seluruh aspek kehidupan. Kesalahan fatal yang dilakukan founding fathers negri ini harus dikoreksi total dan jangan malah diberhalakan. Negara dan bangsa ini harus diatur dengan Syariat Islam, jika terus kita melawan Allah Azza wa Jalla, maka pikirkanlah : apakah kalian akan menang? Allah akan tetap menjadi Yang Maha Hidup dengan segenap ke-Maha Kuasa-Nya sedang kita akan mati dan tidak berdaya di hadapan mahkamah-Mya kelak di yaumil Qiyamah.
Demikianlah Tadzkirah (peringatan) ini kami sampaikan.
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, was shalatu wassallamu ‘ala Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in!
Sukoharjo, Dzulhijjah 1431 H
Jama’ah Anshorut Tauhid