View Full Version
Selasa, 15 Aug 2017

Jokowi Kerap Singgung Soal Utang tapi Tak Berkaca Prestasinya di bawah Pendahulu

JAKARTA (voa-islam.com)- Adalah sebuah kegelisahan bagi bangsa ini jika utang terus menggunung tanpa jelas utang tersebut nanti akan dibayar pakai apa dan bersumber dari mana pos pemasukan negara untuk membayarnya. Adalah juga sebuah keniscayaan bagi semua negara untuk berutang demi kepentingan negaranya.

Dan adalah juga sebuah realita setiap bangsa tidak akan lepas dari utang karena utang adalah salah satu instrumen untuk mempercepat pembangunan, atau sebuah upaya untuk mengentaskan kemiskinan.

“Negara tentu boleh berhutang, yang tidak boleh itu adalah negara berutang ugal-ugalan tanpa jelas sumber pos pembayarannya dan juga tidak boleh berutang untuk gagah-gagahan seperti membangun infrastruktur tanpa perencanaan matang dan akurat urgensinya bagi kehidupan masyarakat hingga melupakan membangun Sumber Daya Manusianya sendiri.

Melupakan dan mengabaikan pembangunan manusia dan kehidupan manusianya, itu yang tidak boleh,” kata Ferdinand Hutahean, di keterangan tertulisnya, Senin (14/08/2017).

Menurut dia adalah fakta bahwa Indonesia telah berhutang sejak negara ini baru terbentuk dari jamam Hindia Belanda hingga menjadi sebuah negara merdeka yang pertama sekali dipimpin oleh Presiden Soekarno. “Hutang perlu untuk menjaga kelangsungan kehidupan manusia dan mebangun bangsa secara perlahan, berpijak kepada kebijakan yang menghitung daya mampu bangsa.

Dari era Soekarno hingga era SBY, hutang diambil oleh negara masih layak kita kategorikan dalam kata wajar, urgen dan peruntukannya jelas. Dan hasilnya pun terlihat, Indonesia saat inilah yang kita nikmati dari hasil semua itu. Hasil kemampuan negara dan hasil dari berhutang.”

Namun demikian, ada kondisi yang saat ini menurut pengamat dari Rumah Amanah Rakyat (RAR) yang sungguh menggelitik dan membuat kening berkerut. “Adalah seorang Presiden Republik Indonesia, yang saat ini sedang berkuasa yaitu Presiden Joko Widodo, yang seolah menyalahkan hutang masa lalu menjadi bebannya, dan seolah semua hutang yang ada sekarang adalah akibat hutang masa lalu yang tidak seharusnya dibebankan tanggungjawabnya kepada Jokowi.

Setidaknya itulah kesimpulan pemikiran yang Saya dapatkan dari pernyataan Jokowi dihadapan pengurus Persatuan gereja-Gereja Indonesia (PGI) tanggal 31 Juli 2017 lalu. Pernyataan yang tidak elok dari seorang Presiden karena terkesan menyalahkan para pemimpin pendahulunya yang sesungguhnya jauh lebih sukses dari kepemimpinan Jokowi saat ini.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version