JAKARTA (voa-islam.com) - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera menolak stigmatisasi kepada orang berjenggot dan bercadar dengan mengaitkan mereka sebagai kaum radikal. Hal ini terkait dengan pansel (panitia seleksi) calon pimpinan Komisi Pengawas Korupsi (KPK) yang menggandeng BNPT untuk menyeleksi para calon dan memastikan mereka tidak terkait dengan radikalisme.
"Rajin ke masjid, berjenggot, bercadar, jika mereka berani memberantas korupsi, maka silahkan dipilih," kicau Mardani di akun Twitternya Senin kemarin (15/7/2019).
Menurut Mardani, justru pihak yang harus diperangi itu adalah mereka yang menuduh orang-orang yang rajin ke masjid, berjenggot, berjilbab sebagai radikal.
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sendiri sudah membantah isu berkembangnya radikalisme di tubuh lembaganya. Ia meminta masyarakat tidak ujug-ujug mencap seseorang teroris hanya karena berjenggot dan bercelana cingkrang.
"Setelah empat tahun di KPK, (saya paham) jangan lihat orang, dari jenggot, kumis, celana, baju atau sepatu," kata Saut di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jakarta, Kamis, 20 Juni 2019.
Saut mengatakan KPK itu lembaga dengan sistem pengawasan yang sangat ketat. Ideologi di KPK, kata dia, cuma satu, yakni ide pemberantasan korupsi. Ide itu yang dipelihara dan ditularkan kepada pegawai KPK yang baru masuk. "Kalau ada yang punya ideologi selain pemberantasan korupsi akan hilang dengan sendirinya," kata dia.
Sebelumnya, Wadah Pegawai KPK menengarai ada pihak yang sengaja mengembuskan isu bahwa lembaga antirasuah berpaham radikal. Menurut WP, isu itu sengaja disebar untuk memecah fokus publik menjelang seleksi calon pimpinan baru.
Isu adanya radikalisme di KPK pertama kali digaungkan oleh Denny Siregar di media sosial. Penganut syiah ini melihat adanya radikalisme di KPK karena salah satu petinggi KPK, Novel Baswedan berjenggot lebat dan bercelana cingkrang.[fq/voa-islam.com]