View Full Version
Ahad, 04 Oct 2009

Sebuah Sapa Peduli

Ketika gempa mengguncang Padang, Sumatra tempo hari, beberapa teman dari luar negeri menanyakan keadaan saya. Saya katakan kalau saya baik-baik saja karena gempa ada di pulau Sumatra dan saya ada di Jawa. Bukannya lega, teman saya itu malah melihat peta dan semakin khawatir. Pulau Sumatra aja yang segemuk itu bisa kena gempa sedahsyat itu, apalagi pulau Jawa yang ramping (gemuk dan ramping adalah istilah dia yaitu fat and slim island).


Sobat muda, kenyataan bahwa Pulau Sumatra lebih gemuk dan Pulau Jawa lebih ramping tak membuat kita merasa aman dari intaian maut. Padang dan Bukit tinggi yang notabene dataran tinggi sehingga relative lebih aman dari tsunami akhirnya roboh juga. Bukan oleh tsunami tapi oleh gempa berkekuatan 7,6 skala Richter. Itu artinya intaian maut memang selalu ada, tidak peduli dimana kita berada.


Tidak harus menunggu gempa atau tsunami untuk membuat manusia ingat mati, saat tidur pun bisa kok kita tidak bangun lagi. Karena manusia itu ternyata lemah, sebongkah daging empuk yg luluh lantak ketika bangunan menghentak. Masa iya masih bisa sombong berjalan di muka bumi dengan kenyataan ini?


Bencana alam itu bukan hukuman. Hanya sebuah isyarat atau pengingat bahwa ada yang salah dengan manusia dan perilakunya. Seorang teman dari Italia masuk Islam juga gara-gara gempa dahsyat April lalu yang menewaskan 100 lebih warga kotanya. Jadi, bencana alam datang itu bisa juga karena Allah begitu sayangnya dengan kita. Tanpa ditegur dengan bencana, bisa jadi manusia semakin larut dalam salah dan dosa-dosa.


Di sebuah tayangan berita, salah satu kota di Turki juga mengalami banjir bandang dan menyebabkan banyak orang tewas. Padahal Turki adalah sebuah negara di benua yang luas. Bukan cuma sebuah pulau gemuk kayak Sumatra dan ramping kayak Jawa. Jadi, akan banyak jalan bagi Allah bila Ia mau menurunkan bencana. Itu semua terjadi bukan karena Allah dzolim atau tak sayang lagi pada manusia, bukan. Mahasuci Allah dari sifat seperti itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

Ternyata, sebuah sapa peduli dari seorang saudara seiman mampu membuat diri merenung dan bermuhasabah. Sumatra saja yang gemuk dengan mudah luluh lantak, apakah lagi Jawa yang ramping

 

Ternyata, sebuah sapa peduli dari seorang saudara seiman mampu membuat diri merenung dan bermuhasabah. Sumatra saja yang gemuk dengan mudah luluh lantak, apakah lagi Jawa yang ramping. Air laut bisa datang dari mana pun karena memang kita hidup di sebuah wilayah kepulauan. Gempa bisa mengguncang kapan pun karena kita memang hidup di wilayah lipatan dan rawan gempa. Jangan lupa pula berapa banyak gunung berapi aktif yang ada dan siap memuntahkan lahar.


 

 

 

Semoga saja sebuah sapa peduli itu mampu memberi efek berantai yang akan mengingatkan kita semua untuk segera kembali tunduk sujud padaNya. Bukan Cuma badan lahiriah saja tapi harusnya dengan segenap kepatuhan pada kuasaNya di segenap aspek kehidupan. Agar tak ada lagi airmata tertumpah untuk negeri ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ria Fariana, voa-islam.com


latestnews

View Full Version