View Full Version
Selasa, 06 Oct 2009

Jangan Salah Memilih Jurusan (1)

(Bagian pertama)

SMA kelas dua adalah masa penjurusan, kelas IPA atau IPS. Begitu juga dengan masuk kuliah, kamu kudu menentukan jurusan bidang studi apa yang akan kamu ambil di perguruan tinggi. Hati-hati salah langkah. Karena sekali melangkah salah, kamu bakal tersiksa karena jurusan yang kamu ambil tidak sesuai dengan bakat dan minatmu. So, bagi kamu yang saat ini masih kelas satu SMA, masih ada beberapa bulan ke depan untuk menentukan mau masuk jurusan apa kamu. Begitu juga bagi kamu yang sudah kelas tiga SMA, masih ada waktu untuk menimbang-nimbang mau ambil bidang studi apa ketika kuliah nanti. 

Di bawah ini ada sekilas tentang kisah nyata seseorang yang salah ambil jurusan, terpaksa karena ortu dan juga bahagia dengan pilihannya sendiri.

Kisah yang pertama, ini mungkin dialami oleh banyak orang yaitu nyadar salah ambil jurusan ketika sudah beberapa semester berjalan. Biasanya ada beberapa pilihan yang dilakukan oleh mereka yang sudah kadung salah jalan ini. Pertama bisa saja ia memilih keluar dari jurusan tersebut karena memang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Kedua, ia bertahan sekedarnya karena mau bagaimana lagi. Ketiga, ia berusaha beradaptasi dan menyukai jurusan yang semula dibencinya. Yang paling asyik adalah ketika jurusan yang dipilih sesuai banget dengan bakat dan minat kita.

ada seorang teman yang dia itu sangat cinta dengan hewan. Ia ingin masuk jurusan kedokteran hewan ketika kuliah. Tapi orang tuanya tidak setuju. Kedokteran hewan tidak menjanjikan, itu pertimbangannya

Ada seorang teman yang dia itu sangat cinta dengan hewan. Ia ingin masuk jurusan kedokteran hewan ketika kuliah. Tapi orang tuanya tidak setuju. Kedokteran hewan tidak menjanjikan, itu pertimbangannya. Dipaksalah sang anak masuk jurusan tehnik informatika. Tak lolos. Orang tua tetap ingin si anak jadi ahli computer seperti sang kakak yang setelah lulus kuliah langsung dapat kerja. Orang tuanya kreatif, tanya sana-sini tentang jurusan lain yang arahnya juga tidak jauh beda dengan informatika. Jurusan matematika spesialisasi yang mengarah ke computer.

5 tahun lebih kuliah tak lulus-lulus. Saya pikir biasa karena umumnya kuliah jurusan matematika dan teman-temannya memang sulit lulus. Tapi saya heran ketika keponakan saya yang kelas satu SMA ingin les matematika, dia menolaknya. Katanya karena dia tak menguasai matematika SMA. Baginya pelajaran matematika SMA terlalu sulit. Matematika SMP saja ia juga tak begitu PD mengerjakannya. Disinilah saya penasaran, bagaimana mungkin seseorang yang sudah hampir menyandang gelar sarjana matematika dari sebuah perguruan tinggi negeri ternama mengalami kesulitan dengan soal-soal SMP dan SMA.

Usut punya usut, ternyata dia mengambil jurusan itu bukan karena kemauan sendiri. Ia terpaksa melakukannya karena dominasi sang mama yang sangat kuat di keluarga. Ia adalah anak perempuan yang tak mempunya suara untuk menentukan masa depannya sendiri. Dan ia pun merasa tersiksa selama tahun-tahun masa kuliah itu. Menjelang skripsi, ia pun kalang kabut minta bantuan sana-sini karena ia tak menguasai benar jurusan dan topic yang diambilnya.

Itu satu kisah nyata. Kisah nyata lain yang berbeda dengan di atas adalah seseorang yang dengan kesadaran, tahu benar apa yang dicita-citakannya. Meskipun menghadapi penolakan dari anggota keluarga yang lain, seseorang ini memilih jalannya sendiri. Masuk A3 atau IPS, suatu jurusan di SMA yang dianggap buangan di zamannya. Nilainya cukup untuk masuk A2 atau biologi dan agak maksa kalau masuk A1 atau fisika. Tes IQ cukup tinggi dan tes minat serta bakatnya pun ada di penelitian ilmiah. Tapi seseorang ini tahu apa yang dia mau. Dia dengan percaya diri mengambil kelas A3 atau IPS.

Ketika masuk kuliah, kontroversi pun dimulai lagi. Di saat anggota keluarga yang lain ingin dia masuk universitas negeri di kotanya, ia malah memilih IKIP negeri. Memang sih, di beberapa kalangan, masuk IKIP dan menjadi guru bukanlah pilihan yang bonafid. Tapi nih orang nekat dan terus maju memilih jurusan sesuai dengan minatnya. Bakat urusan kesekian, yang penting minat dulu. Dan yippee…alhamdulillah akhirnya waktu 5 tahun (telat setahun euy) dilaluinya tanpa terasa. Itu karena ia enjoy banget menikmati jurusan yang menjadi pilihannya.

Nah sobat muda, sekarang giliran kamu menentukan jurusan untuk masa depanmu. Ayo mulai sekarang kamu kudu berpikir serius mau memilih jurusan yang memang sesuai dengan bakat dan minatmu. Bukan karena paksaan orang lain atau sekedar gengsi tapi hati dan otakmu tersiksa melakoni itu semua. Yang penting kamu hepi (baca: happy) dan jurusan itu membawa kontribusi maksimal untuk kemajuan Islam.

Ria Fariana, voa-islam.com


latestnews

View Full Version