View Full Version
Ahad, 04 Jul 2010

Nonton Bola Boleh Saja, Asal Jangan Lupa Kewajiban

Hiruk pikuk Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan masih terasa. Bahkan akhir-akhir ini suasananya semakin panas karena satu demi satu tim unggulan tersingkir. Banyak orang (yang katanya) kalah bertaruh karena tim-tim underdog (tidak diunggulkan) tiba-tiba melesat menuju babak selanjutnya. Penonton pun dag dig dug menanti hasil akhir negara mana yang akan menjadi juara kali ini. Hal ini bukan dominasi penonton langsung di lapangan, tapi juga bagi mereka yang duduk manis di rumah juga mengalami hal yang sama.

Keasyikan menonton sepakbola inilah yang seringkali membuat orang lupa daratan. Para pegawai telat masuk kantor karena semalam begadang nonton bola, suami lupa hak istri dan anak karena asyik teriak-teriak ‘kesetanan’ ketika timnya mencetak gol, begitu juga istri lupa kewajiban karena asyik mantenging wajah ganteng pemain dari tim favorit. Bahkan Obama (Presiden AS) dan Angela Merkel (Kanselir Jerman) pun tak ketinggalan. Bersama sejumlah pemimpin negara lainnya, mereka meninggalkan rapat kenegaraan secara diam-diam maupun terang-terangan untuk mengikuti pesta bola dunia ini.

Itu yang dilakukan oleh mereka yang non muslim dan merupakan pemimpin negara yang tim kesebelasannya masuk kualifikasi Piala Dunia. Lalu apa pula yang dilakukan oleh orang-orang dari negara yang tim kesebelasannya tidak masuk kualifikasi sama sekali misalnya saja Indonesia? Banyak hal, mulai dari Nobar (nonton bareng), begadang, mencuri-curi waktu saat rapat demi nonton tim favorit, hingga taruhan mulai skala warung kopi murahan hingga cafe bertarif mahal.

Kita saksikan kegembiraan orang-orang ketika mereka bersorak-sorai membela tim unggulan. Dengan mata sembab karena mengantuk, mereka bela-belain bangun dan duduk manis di depan TV demi Piala Dunia. Dalam ruangan Nobar, laki-laki dan perempuan campur-aduk saling haha hihi dan memberi prediksi masing-masing. Urusan pakaian? Disesuaikan dengan situasi yaitu santai dan cenderung umbar aurat terutama perempuan. Momen Piala Dunia yang notabene cuma main-main saja sudah masuk kategori gaya hidup yang dianggap ketinggalan tren bagi yang tak mengikutinya.

…Jauh sekali kita berharap ada yang syar’i dalam momen tontonan Piala Dunia , karena adanya lingkaran konspirasi yang melenakan umat manusia dalam urusan yang bersifat permainan…

Jauh sekali kita berharap ada yang syar’i dalam momen tontonan Piala Dunia ini. Piala Dunia-nya sendiri memang sudah tak bisa ditata karena sebetulnya lingkaran konspirasi ada di dalam sini yaitu melenakan umat manusia dalam urusan yang bersifat permainan. Kita dininabobokan agar tak lagi ingat perjuangan kaum muslimin dalam menegakkan agamanya dalam bingkai Khilafah. Kita diajak larut dalam euforia Piala Dunia dan piala-piala lainnya setiap tahun, setiap musim dan setiap waktu.

Ingat, nonton sepak bola apalagi melalui TV adalah hal yang mubah atau boleh. Jangan sampai kebolehan ini membuat kita lalai akan kewajiban lainnya baik yang bersifat fardu dan sunnah. Tak perlu pula saling gontok-gontokan hanya karena membela salah satu tim. Tak perlu juga menabrak rambu syariat hanya karena supaya dianggap gaul dengan bergabung di Nobar, misalnya. Bahkan etika seorang muslim berpakaian dan bersikap juga harus dipertahankan apapun itu momennya. Jadi, nonton bola boleh saja asal aturan syar’i tetap harus dijaga. Oke kan? Sip deh ^_^ [riafariana/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version