View Full Version
Selasa, 03 Feb 2015

Menapak Sejarah 2015; Saatnya Berbenah

Sahabat Smart Teen...

Hari demi hari terlampaui, tak terasa tahun 2014 telah berlalu. Kini kita menginjak tahun yang baru dengan harapan baru pula. Orang bijak mengatakan sejarah adalah guru terbaik. Karena sejarah mengajarkan pada manusia agar tak mengulang kesalahan yang sama serta meningkatkan kesuksesan yang telah diraih. Menapak tahun 2015, tentu kita perlu menengok ‘sejarah’ tahun 2014.

Tahun 2014 diawali dan diakhiri dengan banjir yang melanda beberapa daerah semisal Jakarta, Bandung, Bekasi, Sukabumi. Bahkan pada peringatan 10 tahun tsunami, Nangroe Aceh Darussalam pun dilanda musibah banjir pula. Dan yang istimewa adalah banjir Jakarta. Kita tentu masih ingat, setelah semalam suntuk digelar pesta rakyat menyambut tahun baru hingga menutup beberapa ruas jalan dan memerlukan 16 panggung, hari berikutnya Jakarta lumpuh total oleh banjir.

Selama tiga hari banjir menggenangi bahkan di titik-titik strategis seperti Bunderan HI dan Istana Presiden. Banjir menjadi salah satu misi penting gubernur terlantik waktu itu untuk segera diselesaikan. Namun, hingga sang gubernur naik jabatan, banjir masih menjadi peer yang belum usai. Kita pun kembali terperangah, musibah menimpa saudara kita di Banjarnegara.

Sebanyak 95 korban meninggal, 13 orang belum ditemukan, 2.038 orang dalam pengungsian karena bencana longsor yang terjadi pada bulan Desember lalu. Beberapa saat kemudian kita juga dikejutkan dengan kecelakaan pesawat terbang komersil Air Asia QZ8501 yang mengangkut 155 jiwa. Hingga kini evakuasi masih terus dilakukan.

Tahun 2014 menjadi tahun yang penting pula bagi perpolitikan Indonesia, Jokowi naik tahta menjadi orang nomor satu negeri ini setelah menjabat sebagai gubernur Jakrta selama dua tahun lamanya. Presiden yang akhirnya dilantik setelah polemic hasil pemilu yang cukup dramatis ini akhirnya bisa berbagi syukur dengan melakukan pesta rakyat di akhir bulan Oktober berupa pawai budaya, pesta kuliner serta konser music.

Tepat sebulan berikutnya rakyat kembali dihadiahi kejutan dari sang Presiden terpilih berupa kenaikan harga BBM sebesar 2.000 rupiah. Meskipun harga BBM direvisi dengan diturunkan kembali sebanyak Rp 900, namun harga-harga bahan kebutuhan pokok sudah terlanjur naik. Hidup rakyat kian tercekik karena ternyata masih ada kejutan berikutnya berupa penyesuaian tariff dasar listrik.

Meskipun namanya bukan kenaikan, namun tak pernah terjadi ‘penyeseuaian’ bermakna penurunan. Sebaliknya, penyesuaian tariff listrik maknanya adalah kenaikan TDL. Inilah serentetan musbah yang ditimpakan penguasa kepada rakyatnya, yaitu berupa kedzaliman kebijakan.

Jika kita arif menapaki sejarah, maka kita dapati bahwa tahun 2014 kemarin merupan tahun yang dipenuhi oleh musibah. Musibah harus dipahami dengan dua pemaknaan, yaitu sebagai bencana dan peringatan. Karena itu, menyambut tahun yang baru ini, tak selayaknya kita sikapi dengan kegembiraan yang berlebihan. Justru ini menjadi momentum untuk merenung, introspeksi diri. Bisa jadi, berbagai musibah yang terjadi merupakan peringatan dari Ilahi agar kita kembali pada aturanNya. Ini menjadi momentum untuk berbenah atas segala kerusakkan yang terjadi karena tangan-tangan manusia.

Dengan penyikapan demikian, barulah tahun yang baru akan dapat membawa harapan. Semoga di tahun yang baru ini, setiap pribadi, masyarakat dan Negara memahami bahwa hidup tak boleh lepas dari aturanNya, bahwa hidup mesti dijalani dengan menerapkan aturanNya, niscaya barulah terwujud negeri yang berkah dan sejahtera. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Oktavia Nurul Hikmah (Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya)


latestnews

View Full Version