View Full Version
Rabu, 03 Jun 2015

Setelah Perancis, Belgia Mengusir Siswi yang Memakai Rok Panjang

Masih ingat kasus Sarah dari Perancis yang dilarang masuk sekolah karena ia memakai rok panjang? Gadis usia 15 tahun ini sengaja ‘mengalah’ dengan melepas hijabnya ketika ia tiba di gerbang sekolah. Tapi tetap saja, Sarah tidak boleh masuk sekolah dan dipulangkan karena roknya dianggap melanggar aturan negara sekuler tersebut. Peristiwa itu terjadi pada April 2015.

Kejadian ini merembet ke negara Belgia. Akhir Mei lalu, tepatnya hari Jumat tanggal 28 Mei 2015 ada 30 siswi yang dilarang masuk sekolah karena dianggap roknya terlalu panjang. Dengan kata lain, rok panjang ini diidentikkan dengan agama tertentu yaitu Islam.

Tiga puluh siswi l’Institut De Mot-Couvreur ini tidak terima dengan pelarangan ini. Mereka tidak segera pulang ketika pihak sekolah melarangnya masuk dan mengikuti pelajaran. Sebaliknya, mereka melakukan aksi protes di luar sekolah hingga akhirnya polisi datang dan membubarkan mereka.

“Keluar! Kalian tak boleh masuk sekolah!” kata Hanane, 17 tahun yang memakai rok berwarna biru kehijauan. Ia menirukan kata-kata pihak sekolah yang mengusir mereka paginya sebagiamana dilaporkan oleh harian Belgia, La Derniere Heure (DH).

 “Kami datang pukul 8 pagi tadi. Kami datang bersama-sama dengan pakaian yang bervariasi baik model dan warnanya. Tapi kami tidak boleh masuk sekolah karena gaya berpakaian ini dengan alasan pakaian seperti ini dilarang oleh peraturan sekolah,” Sana menjelaskan kepada majalah Belgia, La Capitale.

 “Pihak sekolah melarang simbol agama tertentu dan menyebut rok gelap panjang termasuk di antaranya. Menurutku, rok yang saya pakai ini tidak berwarna gelap. Lagipula modelnya juga fashionable kok,” katanya menegaskan.

...Bila rok panjang dilarang, seharusnya orang-orang ini harus merombak banyak hal dari kebudayaan mereka. Mulai dari patung Liberty yang memakai rok panjang, seharusnya diubah memakai rok mini...

“Ini bukan pertama kalinya kami mendapat sanksi. Awal bulan Mei kami juga mendapat teguran karena mereka menganggap kami  ini berpakaian tidak sopan. Ya rok panjang ini yang dimaksudkannya,” imbuh Dhnet Yasmina, 22 tahun.

Direktur l’Institut De Mot-Couvreur menolak memberi keterangan pada wartawan tentang masalah ini. Jelas hal ini menunjukkan islamophobia yang masih berkelanjutan di daratan Eropa. Bila rok panjang dilarang, seharusnya orang-orang ini harus merombak banyak hal dari kebudayaan mereka. Mulai dari patung Liberty yang memakai rok panjang, seharusnya diubah memakai rok mini. Begitu juga dengan banyak kisah princess mungkin sebaiknya mereka ubah juga memakai hot pants atau rok mini juga.

Orang-orang itu kalau menikah, juga jangan boleh memakai baju panjang yang menjulur. Kan itu semua identik dengan Islam. Nah, kalau mereka konsisten seharusnya baju pengantin perempuan bukan berupa baju panjang tapi rok pendek atau hot pants saja. Kira-kira, mau nggak ya mereka itu? (riafariana/dbs/voa-islam.com)

Ilustrasi: Morocconews


latestnews

View Full Version