View Full Version
Kamis, 24 Dec 2015

Di Inggris, Home Schooling Dianggap Menghasilkan Anak-anak Radikal

Setara dengan Menteri Pendidikan di Inggris, Nicky Morgan mengeluarkan pernyataan yang mendiskreditkan institusi home schooling. Perempuan kelahiran 1972 ini meminta pihak pemerintah untuk mengawasi keberadaan home schooling di Inggris karena dikhawatirkan menjadi pusat pendidikan untuk menghasilkan anak-anak radikal.

Ditengarai ada sekitar 20.000-50.000 anak-anak di Inggris yang mendapat pendidikannya melalui jalur home schooling atau sekolah di rumah dengan orang tua sebagai guru utama. Home schooling ini ada yang full tiap hari belajar bersama orang tua, tapi ada juga anak-anak yang hanya akhir pekan saja menghadiri apa yang disebut ‘weekend madrassah’. Mereka inilah yang berusaha diawasi oleh pemerintah Inggris karena dianggap menanamkan ideologi ekstrim.

Pemerintah Inggris merasa bahwa dengan kegiatan home schooling ini, ada orang tua yang menyalahgunakan wewenangnya untuk menanamkan pemahaman agama aliran garis keras.

Pernyataan Nicky Morgan ini diamini oleh Lucy Powell. Ia menyatakan bahwa kurangnya kepedulian pemerintah Inggris untuk mengetahui jumlah anak-anak yang mendapat home schooling menunjukkan kelemahan pemerintah yang mengkhawatirkan.

...Saya menolak keras bila pemerintah memunyai rencana untuk mendata secara formal kegiatan home schooling ini. Tugas mendidik seorang anak ada pada orang tuanya, bukan pada negara...

“Penting bagi pemerintah untuk mengetahui apa saja yang diajarkan pada anak-anak tersebut baik di sekolah maupun di rumah. Jangan sampai anak-anak itu bukannya diberi pengetahuan dan kemampuan untuk sukses di masa depan, tapi malah diberi ajaran yang sempit tentang kebencian. Sekolah yang tidak terdaftar seperti ini hanya akan mengajarkan kurikulum yang sempit, kebencian terhadap perempuan, anti perkawinan sejenis dan anti Semit/Yahudi. Jelas-jelas paham seperti ini tak bisa diterima di sini,” ungkap Lucy panjang lebar.

Pernyataan duo perempuan tentang Home Schooling ini didukung oleh beberapa pejabat senior pemerintahan. Mereka sepakat akan mengawasi dan mencegah terjadinya pemberian ‘racun’ pada otak anak-anak agar menjadi penganut agama yang radikal.

Syukurlah pendapat nyeleneh di atas ditangkis oleh pihak yang pro terhadap home schooling. Salah satunya adalah Graham Stuart.

“Saya menolak keras bila pemerintah memunyai rencana untuk mendata secara formal kegiatan home schooling ini. Tugas mendidik seorang anak ada pada orang tuanya, bukan pada negara,” tegasnya.

Pernyataan ini didukung oleh Fiona Nicholson, konsultan home schooling.

“Kita bisa saja tidak setuju terhadap cara seseorang mendidik anaknya dalam home schooling. Tapi selama tidak ada kejahatan yang dilakukan atau ada ancaman keamanan pada si anak, maka bukan urusan kita untuk turut campur di dalamnya,” tegas Fiona pada Independent. (riafariana/independent/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version