View Full Version
Rabu, 24 Feb 2016

Semangat Beribadah tapi Malas Bekerja? Malulah Kepada Allah, Rosul dan Para Ulama Salaf

Sahabat VOA-Islam...

Allah SWT yang Maha Memberikan Rizki tidak akan sedikitpun melupakan hambaNya untuk memenuhi kebutuhan keseharian. Rasululloh SAW. juga telah mengabarkan dalam sabdanya bahwa masalah rizki adalah sesuatu yang sudah ditetapkan, sehingga tidak patut seorang Muslim khawatir dengan rizkinya, karena tidak ada istilah rizki tertukar dalam Islam.

Namun banyak sekali muncul orang-orang yang terlalu optimis sehingga mereka tidak melangkahkan kakinya dalam menyambut rizki dari Allah. Bahkan golongan ini lebih asyik menikmati peribadahannya kepada Allah. Dengan alasan dunia itu hina untuk dikejar akhirnya mereka sibuk beribadah di masjid-masjid dan berdzikir tiada henti, tapi mereka malas bekerja untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan kesehariannya.

Sehingga tidak jarang sekarang ini, banyak orang tidak simpatik dengan para ahlul ibadah karena memberikan kesan tidak rasional, bagaiamana mungkin bisa, tidak mau bekerja tapi ibadah setiap waktu, di sisi lain dia masih membutuhkan operasional dalam kehidupan sehari-hari.

Dari sinilah pentingnya kita menengok, bagaimana sebenarnya para Nabi dan Rosul serta para ulama salafus sholeh mennjalani kesehariannya? Apakah benar karena dunia itu hal yang hina sehingga mereka meninggalkan bekerja? Atau malah sebaliknya?

Bekerja Mencari Nafkah itu Sebuah Kewajiban

Bekerja memenuhi kebutuhan hidup adalah sebuah kewajiban. Pasalnya, jika kita tidak menunaikan kewajibannya dalam mencari nafkah maka akan ada yang terdholimi. Apalagi memenuhi hak tubuh untuk sekedar mengisi perutpun butuh uang untuk membelinya. Sehingga kesibukan memburu akhirat jangan sampai menjadikan kita malas-malasan mencari nafkah.

Allah berfirman: Dan Kami jadikan siang sebagai waktu untuk mencari penghidupan (QS An Naba: 11).

Allah berfirman: "Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah (finansial dunia harta) dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kamu.beruntung (QS Jum'ah : 10).

Rasulullah bersabda: "Tak ada seorang pun yang bisa menyantab makanan yang lebih baik dari pada seseorang yang menyantap dari hasil keringat tanganya, sebab nabiullah dawud menyantap dari jerih payahnya sendiri (HR Bukhari)

Ibnu Abbas berkata: "Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu. Idris penjahit. Ibrahim dan Luth tukang kebun, shalih pedagang, dawud pembuat baju besi, musa syuaib dan Muhamad pengembala kambing.

Luqman Al Hakim berkata: " Wahai anakku, carilah pertolongan dengan usaha yang halal, sebab tidaklah.seseorang itu dalam keadaan fakir, selain ia terkena tiga hal: Agamanya menipis. Akalnya melemah, kewibawaanya menghilang. Dan sebesar besar musibah dalam hal ini adalah hampir semua manusia meremehkan dirinya" 

Abu Sulaiman Addarani berkata: "Ibadah menurut kami bukanlah sekedar engkau melukiskan kedua telapak kakimu dan tubuhmu yang lain kepayahan (karena ibadah) namun carilah roti, jagalah roti, kemudian engkau tunaikan ibadah".

Said Al Musayyab berkata: "Tak ada kebaikan pada orang yang tidak kepingin mengumpulkan harta secara halal sebab dengan harta itu ia bisa menjaga kehormatan wajahnya dari orang orang, menyambung silaturahim, dan memberikan haknya".

Dari banyak atsar yang kami sebutkan, di tengah kehidupan para salafus sholeh dalam mengejar akhirat tapi mereka tidak melupakan untuk bekerja memenuhi kebutuhan sehari-hari. Memeras keringat dan membanting tulang guna mendapatkan nafkah untuk bekal setiap hari.

Dari sini seharusnya kita bisa meneladani dan mujahadah dalam berlomba mengejar amal kebaikan ini. Sudah tidak selayaknya lagi berpangku tangan menanti rizki datang dari Allah sedang kita sibuk ibadah mahdhoh tapi malas bekerja. [protonema/voa-islam.com]

Editor: Syahid


latestnews

View Full Version