View Full Version
Senin, 11 Apr 2016

Menjadi Pemuda Cerdas dan Ideologis

Oleh: Salsabila Firdausa

(Siswa SMA 2 Purwokerto kelas X, aktivis komunitas Smart With Islam Banyumas)

Remaja yang cerdas banyak kita temukan, tapi remaja yang cerdas nan ideologis sangat langka kita temukan. Remaja cerdas adalah remaja yang bisa dalam hal apapun dan bisa menyelesaikan masalah apapun.

Dan remaja cerdas nan ideologis adalah remaja yang serba bisa dalam segala masalah dengan menjadikan Islam sebagai ideologinya, sebagai standar hidupnya, dan dialah remaja yang akan membawa perubahan revolusioner dari kondisi buruk, dan terpuruk menjadi kondisi yang baik dan bangkit. Inilah sebuah kebangkitan yang banyak diimpikan orang, dan hanya remaja yang memiliki potensi ini.

Apakah kebangkitan itu perlu? Sangat perlu karena saat ini berbagai masalah dan penyimpangan menimpa negeri ini. Dari masalah maraknya perceraian, KDRT, perselingkuhan, berimbas perilaku menyimpang remaja, free seks, tawuran, narkoba dan seterusnya. Belum lagi permasalahan kesejahteraan, kemiskinan, kesenjangan, korupsi pejabat, dan masih banyak lagi. Dari hulu ke hilir sudah banyak kerusakan yang membutuhkan perubahan revolusioner di negeri ini.

Orientalis terkemuka L. Stoddard, dalam bukunya The New Wolrd of Islam mengatakan.

“Bangkitnya Islam adalah satu peristiwa yang paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam tempo kurang dari seabad, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separuh dunia. Menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar yang telah dianut berbilang zaman dan abad.”

Pernyataan di atas merupakan salah satu bukti bahwa Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam berhasil menegakkan peradaban Islam sebagai Islam rahmatan lil alamin sampai penjuru dunia. Dan kejayaan Islam itu diakui oleh semua umat manusia bahkan yang nota bene non muslim. Dan bahwasanya telah dijelaskan dalam Q.S Al Maidah: 3 (Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.)

Saatnya berubah, tanpa menunggu nanti. Mulai dari sekarang. Menjadi pemuda yang tampil sebagai sosok revolusioner atas nama Islam yang membawa rahmah bagi seluruh alam

 

Sekarang vs Masa Lalu

Dulu pada masa ke khalifahan Umar bin Khattab gaji guru bisa mencapai 15 Dinar atau setara dengan Rp. 30.000.000,- ( 1 dinar = 2.000.000).

Sekarang dengan sistem pemerintahan kapitalis gaji guru di daerah terpencil hanya Rp. 150.000,- bahkan banyak yang di bawah itu dan dibayarkan tri wulan atau satu semester sekali. Dibandingkan dengan biaya kuliahnya sangat jauh dari kata cukup apalagi sejahtera.

Dulu pada masa kekhalifahan Hakkam bin Abdurrahman An Nashir kuliah gratis untuk semua umat yang ingin belajar tanpa memilah milih suku ras ataupun kasta ataupun agama. Dimana dibanding sekarang orang tua harus mengeluarkan biaya kuliah sampai puluhan juta. Bahkan angka putus sekolah pun terbilang tinggi.

Dulu masa Khalifah al Makmun (abad XI Masehi) al Khawarizmi dan 99 orang asistennya membuat peta bumi sekaligus peta langit (petunjuk bintang), pada saat yang sama bangsa Eropa masih berkeyakinan bumi itu datar. Dimana sekarang sangat rendah penghormatan dan penghargaan bagi orang yang berilmu sehingga melemahkan bahkan mematikan keinginan berprestasi nan cerdas.

Sedikit mengenang sejarah Islam dalam hal pendidikan dan IPTEK, Dan masih banyak lagi yang lainnya.

 

Apakah Persoalan Utamanya?

Persoalan utamanya adalah tidak adanya kehidupan Islam di mana di dalamnya diterapkan syariah secara keseluruhan dan dipimpin oleh seorang khalifah. Sehingga ketika permasalah ini tidak terselesikan akan muncul berbagai permasalahan cabang yang bermacam-macam seperti yang kita saksikan sekarang.

Dijelaskan dalam QS. Ar Ruum: 40 [Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)]

 

Saatnya Melakukan Perubahan

Pahami kondisi saat ini yang buruk dalam semua pilar seperti yang dipaparkan di atas, memahami kondisi yang baik dan ideal seperti sejarah Islam pernah menorehkan tinta emas peradabannya. Dan jalan terpenting setelah itu, adalah berjalan menempuh kondisi baik dan ideal seperti yang kita impikan, seperti sejarah gambarkan. Tiada jalan kecuali kita berjalan menempuh harapn dan impian kesejahteraan itu untuk mendapatkan kebangkitan dan perubahan.

Banyak pemuda yang dia terjebak pada kerusakan sistemik, ada pemuda yang peka terhadap kerusakan sistemik tapi tak peduli dan acuh untuk merubah. Pemuda yang cerdas nan ideologis adalah pemuda yang memahami kondisi yang terpuruk dalam semua pilar, kemudian bergerak melakukan perubahan kondisi yang baik dan bangkit.  

Pemuda yang idealis pembawa perubahan…

Menanamkan keberanian

Prajurit perang salib yang berkata lantang kepada ibunya ketika ia hendak menghancurkan Islam. "Ibu…tenangkan hatimu, berbahagialah, anakmu pergi ke Tripoli siap mengalirkan darah demi melumatkan bangsa yang terkutuk. Dengan segala kekuatan yang aku miliki akan aku lenyapkan Islam. Akan aku bakar al-Quran". (al-Qoumiyyah wal Ghozwul Fikriy, hlm. 208), keberanian itu jelas datangnya dengan belajar ilmu Islam yang utama dan di lengkapi dengan ilmu IPTEK.

Rela berkorban

Siap berkorban dalam hal apapun, hartanya, waktunya, tenaganya bahkan pikirannya dia berikan untuk kemaslahatan dan kemajuan Umat manusia.

Berilmu, bertaqwa dan optimis, karena adalah pilar utama menjadi pemuda yang cerdas nan idealis bisa dipercaya atas amanah perubahan ke kondisi baik di pundaknya.

Saatnya berubah, tanpa menunggu nanti. Mulai dari sekarang. Menjadi pemuda yang tampil sebagai sosok revolusioner atas nama Islam yang membawa rahmah bagi seluruh alam. Salam perubahan. [syahid/voa-islam.com]

 


latestnews

View Full Version