View Full Version
Sabtu, 15 Jul 2017

[Wawancara] Alumni Rohis: Kalau Makna Diawasi itu Ketakutan Saya Kurang Sepakat

BANDUNG (voa-islam.com) - Menteri Agama Republik Indonesia Lutfi Hakim Saefudin kembali melontarkan sebuah pernyataan kontroversial di tengah masyarakat, khususnya umat Islam.

Kali ini, Menag Lutfi Hakim Saefudin mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan Kerohanian Islam atau akrab disebut Rohis. Pernyataan Lutfi Hakim yang juga politisi PPP ini kemudian langsung ditanggapi oleh para tokoh dan elemen umat Islam, mulai dari Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat dan mantan Ketua PP Muhammadiyyah Prof. Din Syamsuddin, Mantan Ketua Umum Pemuda Persis dan Sejawaran UI Dr. Tiar Anwan Bachtiar, serta Pegiat Dakwah dan Pendiri Indonesia Tanpa JIL (ITJ) Akmal Sjafri.

Untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan konfirmasi atas pernyataan Menag Lutfi Hakim tersebut dari mereka yang merupaka pembina, alumni, maupun aktivis Rohis, wartawan voa-islam.com melakukan wawancara dengan salah seorang Alumni Rohis, yang tergabung dalam Himpunan Rohis Kota Bandung (Hirokoba) Muhammad Muchammad Yusuf, yang saat ini masih menempun pendidikan di Jurusan Pertenakan Unpad.

Seperti apa tanggapannya, berikut petikan wawancaranya untuk pembaca voa-islam.com.

 

Assalamualaikum. Bagaimana kabarnya? Perkenalkan saya wartawan voa-islam.com. Boleh saya wawancara antum tentang Rohis?

Walaikumsalam alhamdulillah baik. Boleh kang in syaa Allah.

Bagaimana tanggapan Antum terkait pernyataan Menag bahwa Kegiatan Rohis harus diawasi?

Rohis yang diawasi oleh Menag, kalo pakai kata diawasi kayanya terlalu serem ya. Aku pribadi lebih suka pakai kata dapat Perhatian lebih.

Antum masih aktif di Himpunan Rohis Kota Bandung (Hirokoba)? Boleh sedikit ceritakan pengalamannya?

Alhamdulillah masih aktif. Pengalaman ya. Saya baru kenal Rohis pas masuk MA, menurut saya menarik sih jadi saya pengen masuk. Tapi, pas masih kelas satu saya kurang aktif karena ternyata ada eskul yang lebih menarik (KIR dan Pramuka). Akhirnya di kelas satu saya tidak gak serius di Rohis.

Masuk kelas 2, saya dapet amanah di Rohis MA (padahal kelas 1 saya serius). Mungkin memang takdir Allah, amanah dari Rohis MA membawa saya mengenal Hirokoba, Fornusa dan banyak lagi hal mengenai Kerohisan.

Dari situ saya mulai banyak belajar soal keorganisasian, kepemimpinan dan utamanya saya Belajar Agama. Dan di masa itu sampai sekarang, saya merasa nyaman dan bersyukur udah dikenalin sama lingkungan dan dunia Rohis.

Benarkah kalau di Rohis itu diajarkan atau dididik menjadi seorang teroris?

Kalo dididik seperti teroris, saya pribadi ngga merasa. Memang ada doktrin, doktrin buat hijrah jadi orang yang lebih kenal Al-quran. Itu sih yang saya rasakan selama ada di Rohis.

Sekali lagi, antum tidak setuju ya kalau Rohis harus diawasi?

Kalo dapet perhatian lebih karena parno atau ketakukan saya kurang sepakat.

Ada pesan-pesan untuk adik-adik yang sekarang masih aktif di Rohis dan adik-adik yang sekolah di SMA?

Rohis dibilang ekslusif ya saya sepakat, kalo (mereka) diemnya hanya di masjid aja. Yuk main ke luar dan rasakan kalo dakwah itu bukan cuma di masjid aja. Yuk jadikan Rohis itu orang-orangnya yang pandai bergaul dan tetap mempertahankan nilai syariat islamnya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version