View Full Version
Selasa, 26 Sep 2017

Merencanakan Ulang Mimpi yang Tertunda

Pernah nggak sih mimpi yang sudah kita punya sekian lama harus tertunda karena satu dan lain hal? Bahkan sempat kita ingin mengubur mimpi itu untuk diganti dengan mimpi baru yang seolah lebih menjanjikan dan realistis. Sebagaimana cinta pertama, mimpi pertama pun demikian adanya. Ia akan hadir lagi saat ada pemicu.

Bisa jadi kenyataan yang ada ternyata tak berjalan sesuai rencana. Hal yang menggeser si mimpi ternyata cuma ilusi. Namanya ilusi, ia sifatnya semu. Hal yang semu tak layak dipertahankan lama-lama. Nah, di titik inilah mimpi itu hadir lagi untuk menggoda si empunya untuk kembali menggenggamnya.

Mimpi di sini bukanlah bunga tidur yang kerap hadir saat kita terlelap. Mimpi di sini adalah harapan dan cita-cita besar yang butuh upaya untuk mewujudkannya. Mimpi yang telah dipunya sekian lama dan sempat tertunda karena hadirnya pihak yang sebetulnya tidak diinginkan. Namanya godaan, ia hanya lewat selintasan dan menguji keimanan terutama keteguhan terhadap mimpi yang pernah kita punya.

Elokkah kita balik kucing dan berharap bisa membersamai mimpi itu lagi? Apakah tak terbersit malu hati untuk kembali memungut mimpi yang seolah pernah kita ‘campakkan’ itu karena kehadiran pihak yang ternyata tak penting sebelumnya?

...Satu hal yang harus diingat, jangan biarkan siapapun atau apapun mencuri mimpi yang telah kami bangun sejak lama itu...

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan menyikapi mimpi tersebut. Pertama kita bisa kembali memungutnya dan berjanji tak akan pernah meninggalkannya apa pun yang terjadi sampai mimpi tersebut benar-benar tercapai. Kedua, kita bisa membangun mimpi baru yang berbeda dengan mimpi sebelumnya.  Atau mungkin ada langkah ketiga yaitu menggenggam mimpi itu lagi tapi sembari menyusun mimpi baru untuk jaga-jaga bila mimpi itu kembali lepas dari genggaman.

Mimpi yang kita bangun demi rumah masa depan. Mimpi yang kita jaga dan genggam seolah itu adalah satu-satunya harapan. Mimpi yang terus menjadi obor bagi langkah saat segalanya serba instan. Mimpi yang skalanya tak lagi duniawi tapi jauh melesat melebihi itu semua. Mimpi yang muaranya adalah Ia, Sang Mahacinta.

Tak berjalannya rencana adalah hikmah dari Yang Mahakuasa agar kita kembali memeluk mimpi yang sempat terjeda. Tak usah menyesal karena mungkin saja muncul rasa menyia-nyiakan waktu dan energi demi perihal yang menjauhkan kita dari mimpi terindah. Jadikan saja pelajaran bahwa tak akan terjadi lagi hal serupa. Teruslah memohon padaNya agar Dia memantapkan diri untuk terus menggenggam mimpi hingga nanti bertemu denganNya.

Jauhkan rasa sedih atau bahkan terluka bila ia ada. Susah? Tak ada sesuatu  yang mudah untuk satu cita-cita mulia khususnya menolak lara yang disebabkan oleh oknum tertentu. Hey...kamu berhak bahagia. Jangan biarkan siapa pun mencuri kebahagiaanmu. Terlebih rasa bahagiamu dibutuhkan sebagai energi untuk menjadi bahan bakar mendaki mimpi yang tak mudah dan jauh dari murah.

So, dekap erat mimpimu sembari sah-sah saja kamu membangun mimpi lainnya sekadar jaga-jaga. Satu hal yang harus diingat, jangan biarkan siapapun atau apapun mencuri mimpi yang telah kami bangun sejak lama itu. Kesetiaanmu pada mimpi adalah salah satu standar untuk menyaring siapa saja yang berhak membersamaimu dalam langkah. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

 Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version