View Full Version
Selasa, 29 May 2018

Gerusan Arus Mahasiswa

Oleh: Silistijeni 

(Pemerhati keluarga dan generasi Pustakawan ITS, Surabaya)

Mahasiswa adalah agen perubahan.  Itulah peran penting mahasiswa yang masih dikenal oleh masyarakat. Namun, saat ini yang dipikirkan oleh mahasiswa hanyalah urusan 3F (food, fun, fashion).

Setiap hari mereka hanya berpikir bagaimana bisa update di akun media sosial yang bisa menghadirkan postingan berupa tempat nongkrong yang up-to-date, tempat dia nge-date, fashion looks, sampai menjadi selebgram hits, yang bisa mendatangkan jumlah follower (pengikut) ratusan ribu hingga jutaan.

Kemudian diikuti dengan postingan foto selfie yang di iringi caption berupa quotes co-pas dari internet dan tidak lupa imbuhan di belakangnya hashtag ootd. 

Tipe mahasiswa di kampus sangat banyak dan berbeda-beda. Tipe ini dapat dikelompokkan menjadi 4. Pertama, tipe mahasiswa kupu-kupu, yaitu mahasiswa yang kuliah pulang, kuliah pulang. Mahasiswa tipe ini memiliki kriteria yang selalu hadir di kelas dan jarang nitip absen. Aktivitasnya hanya kuliah kemudian pulang, begitu seterusnya.  Kedua, tipe mahasiswa kunang-kunang yaitu kuliah nangkring- kuliah nangkring.

Mahasiswa tipe ini menguasai tempat-tempat nongkrong di kampus atau mall. Waktu yang mereka habiskan untuk nongkrong atau ke mall lebih banyak daripada waktu kuliah ataupun waktu mengerjakan tugas. Ketiga, mahasiswa tipe aktivis yaitu mahasiswa yang menguasai jabatan di suatu organisasi kampus.

Keempat, tipe mahasiswa konferensi yaitu mahasiswa yang suka bolak-balik kedutaan negara untuk membuat visa,  browsing info konferensi internasional, cek harga tiket pesawat dan membuat proposal sponsorship untuk perusahaan-perusahaan potensial yang mau membiayai dirinya ke luar negeri. Dan masih banyak tipe-tipe mahasiswa yang lainnya.

Melihat kondisi mahasiswa saat ini mereka kurang peka terhadap hal-hal yang menimpa masyarakat hari ini. Mulai dari masalah naiknya harga BBM, tarif dasar listrik apalagi dengan kenaikan harga bahan pokok. Kondisi mahasiswa sekarang bahkan sangat memprihatinkan.

Mereka begitu cuek, apatis dan egois dengan apa yang menimpa masyarakat saat ini. Mulai dari problematika tentang kehidupan yang berkaitan dengan krisis moral, krisis ekonomi, krisis sosial, bahkan urusan politik yang melahirkan kedzaliman tak sedikitpun jadi perhatian mereka.

Justru hal terseut dianggap tabu bagi mereka dan tidak menjadikannya sebagai bahasan diskusi. Yang ada dalam bahasan obrolan mereka adalah mencari tempat makan yang enak, perawatan kecantikan dan harga make up yang lagi diskon di olshop, harga gadget keluaran terbaru atau mungkin berbicara tentang lawan jenis mereka. 

Perilaku yang sedang menjangkiti mahasiswa saat ini adalah akibat dari hasil pendidikan sekulerisme, yang menjadikan profit sebagai orientasi utama dalam mengenyam kursi pendidikan tinggi. Juga tingginya biaya kuliah yang terus meningkat setiap tahunnya menjadi salah satu alasan mahasiswa dikejar deadline lulus kuliah tepat waktu.

Selain itu, banyaknya tugas PKM yang dicanangkan di setiap perguruan tinggi menjadikan mereka acuh tak acuh terhadap kejadian yang terjadi di tengah masyarakat saat ini. Memang tidak ada salahnya untuk menargetkan kuliah tepat waktu dan mengerjakan tugas-tugas PKM.

Namun, jika hal tersebut membutakan mahasiswa dan menjadikan mereka bersifat fatalisme yang cenderung diam dengan segala kejadian yang terjadi di sekitarnya, maka apa fungsi pendidikan yang seharusnya bisa melahirkan generasi intelektual muda yang terdidik dan kritis?

Kapitalisme yang diterapkan di negeri ini sebenarnya menjadi pangkal dari bergesernya pandangan mahasiswa tentang fungsi pendidikan tinggi. Kapitalisme yang berasas sekulerisme telah mejadikan materi sebagai standar kebahagiaan.

Akibatnya, mahasiswa menjalani kuliah dengan tujuan hanya sekadar untuk mendapatkan selembar ijazah yang digunakan untuk mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan, baik itu perusahaan milik asing ataupun aseng dengan profit yang sebesar-besarnya. Saat ini sangat terasa hawa pengap kapitalisme yang sangat pekat.

Standar masyarakat terhadap arti dari kemapanan hidup adalah banyaknya materi yang mereka miliki, yaitu ketika seseorang memiliki mobil, rumah mewah, HP terbaru merek logo buah, lifestyle, dimana paginya makan di Jakarta dan siangnya makan di Bali. Itulah yang disebut dengan kemapanan hidup. 

Padahal sebagai mahasiswa yang seharusnya berperan sebagai agent of change atau agen perubahan mampu membawa suatu kondisi yang kurang baik menjadi kondisi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Pemikiran-pemikiran yang individualisme dari mahasiswa seharusnya dibuang dan beralih kepada pemikiran yang cerdas dan cemerlang yang memikirkan masyarakat sosial dalam mewujudkan kebangkitan suatu bangsa.

Mahasiswa seharusnya berfikir untuk mengembalikan dan mengubah kondisi negara kita ini menjadi negara ideal dan unggul. Oleh karena itu, mahasiswa harus berani mengungkapkan pendapatnya apabila tidak sesuai dengan apa yang mereka pahami benar, baik dalam bentuk aksi untuk menyampaikan aspirasinya maupun tindakan langsung dengan kesadaran penuh. Dari sinilah peran mahasiswa sebagai agent of change bisa dibuktikan. 

Sebagai mahasiswa, juga harus bisa menjadi contoh dan penggerak dalam masyarakat karena mereka memiliki pengetahuan, pendidikan, dan norma-norma serta pola pikir. Tetapi kenyataannya sekarang berbeda dari apa yang diharapkan. Mahasiswa hanya cenderung mendalami ilmu-ilmu teori di bangku perkuliahan dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Terlihat bahwa sedikit sekali mahasiswa yang berkontak dan mengadakan pendekatan dengan masyarakat. Kalaupun ada, hanya melalui program-program pengabdian masyarakat. Padahal seharusnya sebagai mahasiswa yang menjadi agen perubahan melakukan kritik terhadap kebijakan penguasa dan pemimpin mereka jika melakukan kesalahan dan tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kondisi seperti ini.

Seharusnya mahasiswa ikut berkontribusi untuk memajukan dan mengembangkan negeri dan bangsa ini. Di saat masyarakat mengalami kesusahan, kesulitan dan kelaparan di negeri yang kaya raya ini, seharusnya mahasiswa mampu memperjuangkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat.

Mereka seharusnya mengetahui posisinya sebagai mahasiswa dan menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat demi kemajuan bangsa. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version