View Full Version
Selasa, 26 Jun 2018

Harie Moekti: Kembali ke Keabadian

Oleh : Laila Thamrin

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran : 185)

Ya, setiap makhlukNya pasti akan kembali lagi kepada Sang Khalik. Dialah yang berkuasa menetapkan kapan manusia dilahirkan ke dunia dan kapan harus kembali lagi.

Dunia hanyalah persinggahan sementara. Ayah, ibu, saudara, isteri, suami, anak, kerabat dan sahabat hanya menemani sementara. Lahir sendiri dan kembali pun sendiri. Hanya satu yang menemani, amal sholih.

Hari ini semua bersedih, tersebab seorang dai telah dipanggil oleh Sang Khalik. Seorang dai yang menginspirasi banyak orang karena hijrahnya yang fenomenal ditengah ketenarannya sebagai rocker terkenal papan atas Indonesia tahun 1990-an silam. Tahun 1996 dia memutuskan untuk hijrah, meninggalkan panggung seninya dan beralih pada jalan dakwah.

Dia adalah Ustadz Hari Moekti. Ceramahnya menghentak, membuat tiap kepala yang mendengar berpikir ulang tentang dirinya masing-masing. Beliau juga tak kenal takut. Tanpa tedeng aling-aling disampaikanlah kebenaran, meski kecut dirasakan para peserta kajian yang hadir. Uniknya, kehadirannya selalu dinantikan dan dirindukan. Peserta yang hadir pun pasti membludak. Semua ingin mendengar nasihat dan ajakannya. Banyak dari mereka akhirnya tercerahkan dan ikut berhijrah.

Beliau salah seorang pejuang terdepan penegakan syariah dan khilafah, mendakwahkan Islam kepada umat Islam di seluruh pelosok Indonesia. Tak kenal lelah, meski harus menempuh jalan yang jauh. Waktu beliau diwakafkan hanya untuk dakwah Islam.

Teringat kali pertama beliau berkunjung ke kota kami, Banjarmasin sekitar tahun 1998-an. Itu adalah awal-awal hijrahnya. Senangnya hati kami tak terkira, karena inspirasi hijrahnya seolah memberi semangat pada kami yang juga baru hijrah dan bergelut di dunia dakwah. Terakhir beliau berkunjung lagi, pada tahun 2015 saat Rapat Pawai Akbar di Banjarmasin. Suara khas beliau yang tajam dan menggelegar, membius semua peserta. Seruan "Indonesia Milik Allah" pun lantang beliau nyanyikan, diikuti kibaran ar Royah dan al Liwa para peserta. Satu episode syiar Islam yang tak pernah terlupakan bagi kami.

Kini, peristiwa tersebut menjadi bagian indah dalam memori perjalanan dakwah ini. Beliau salah satu memori terindah yang telah mengukir sejarah dakwah syariah dan khilafah di Indonesia hingga geliat perjuangan ini terus bergelora sampai sekarang.

Selamat jalan Ustadz. Semoga tersebab lisanmu membawa kebaikan dan perubahan pada banyak orang dan mengalirkan pahala untukmu sebagai bekalmu di yaumil hisab.

Kami pun selalu berharap mampu melakukan kebaikan dan ketaatan sepertimu. Semoga kami istiqomah dalam jalan Islam ini, serta meneruskan perjuangan penegakan syariah dan khilafah ini sebagaimana yang kau cita-citakan. Aamiin. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version