View Full Version
Jum'at, 14 Dec 2018

Survey Abal-abal Masjid Radikal, Yuk Bangga jadi Aktivisnya

Oleh: Rochmah Ambarwati

Beberapa saat yang lalu, sebuah organisasi bernama P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat) menggemparkan masyarakat Indonesia dengan hasil surveynya. Disebutkan oleh P3M ada 41 masjid di Indonesia yang masuk ke dalam kategori radikal.

Ada lima kriteria radikal yang melekat dalam masjid yang masuk kategori ini, yaitu:

  1. Sikap terhadap 4 konsensus nasional, NKRI,Pancasila, UUD, Bhineka
  2. Sikap terhadap pemimpin non muslim  
  3. Sikap terhadap agama yang lain
  4. Sikap kepada kelompok minoritas, suku, agama
  5. Sikap terhadap pemimpin perempuan

Semakin negatif sikap yang diberikan maka akan menghantarkan ke semakin radikal masjid tersebut. Inilah penilaian sepihak yang telah dimunculkan oleh lembaga ini.

Tentu saja, banyak sekali respon yang diberikan oleh hasil survey ini. Mereka menentang dengan menilai bahwa survey ini sangat tidak logis dan dibuat-buat. Terlebih lembaga negara setara BIN ikut menerima hasil survey ini.

Miris, apa yang ditampakkan di dalam survey ini di tengah fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan umat muslim terbesar di dunia. Sungguh, negara dengan jumlah muslim terbanyak ini malah memberikan penilaian yang sangat buruk dan negatif pada masjid itu sendiri.

Kita dapat lihat bahwa lima kriteria radikal yang disebutkan di atas sejatinya memang menjadi hal yang wajar dalam pengajaran agama Islam. Sikap Islam terhadap point nomer 2 dan 5 sudah sangat jelas. Ajaran Islam memang melarang adanya pemimpin dari agama lain dan dari golongan perempuan. Dalilnya jelas, sudah termaktub dalam al Quran dan As Sunnah.

Sedangkan untuk point pertama, tentu saja Islam menghargai institusi negara Indonesia dan sangat melarang adanya perpecahan. Islam justru sangat menganjurkan persatuan untuk seluruh umat. Dan kepada kelompok agama lain dan minoritas, seperti ada di point 3 dan 4, Islam tidak pernah memberikan ajaran kepada pemeluknya untuk menghina, memerangi atau menyakiti kelompok-kelompok ini. Islam sangat menghargai keyakinan agama dan kelompok lain tanpa memaksakan akidah islam untuk dianut semua manusia.

Hal ini banyak dibuktikan pada masa sejarah kehidupan rasul dan para sahabat. Umat agama lain sangat dijaga dan dihargai. Dalam islam ada istilah kafir dzimmi, yaitu kafir yang mendapatkan perlindungan dari negara dan hak yang sama dengan umat muslim karena kemauan mereka untuk tunduk dalam hukum islam walaupun tetap dengan akidah mereka.

Jadi, sungguh hasil survey ini dapat dikatakan sangat absurd terlebih dikeluarkan oleh satu lembaga yang dicitrakan berbasis agama Islam itu sendiri. Hal ini semakin membuktikan bagaimana jauhnya pemahaman Islam di benak kaum muslim. Kuatnya pengaruh ideologi sekuler juga telah menjalari tubuh umat muslim saat ini.

Jika kita lihat bagaimana Rasul memuliakan masjid, beliau menjadikannya sebagai sentral atau pusat dari kegiatan negara. Tidak hanya dalam hal ibadah ruhiyah saja, seperti sholat, berdzikir, membaca al quran atau pun untuk beri’tikaf, masjid pun digunakan Rasul untuk mendiskusikan masalah umat, membuat strategi penjalanan negara atau pun strategi perang. Masjid menjadi rumah kedua bagi kebanyakan kaum muslimin. Mereka betah dan nyaman sehingga menjadi tempat untuk berbagai aktivitas mereka.

Malangnya, di era modern seperti ini, masjid malah dianggap radikal ketika menyuarakan yang hak dan bersumber dari Islam itu sendiri. Sungguh, suatu hal yang sangat jauh dari Islam. Tak pantas hasil survey seperti itu apalagi dengan kriteria tak jelas seolah pihak penyurvey sama sekali tak paham tentang ajaran Islam sendiri. Semoga saja, semakin Islam dan masjidnya disudutkan begini, semakin banyak pemuda yang mau ke masjid untuk memakmurkannya. Biar saja mereka berkata apa, yang penting teladan kita tetap Rasulullah saja. Akur ya! (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version