View Full Version
Ahad, 23 Dec 2018

Menyambut Tahun Baru Masehi, Sudahkah Muhasabah Diri?

Oleh: Ahmad Muafi*

Sobat voa-islam yang dirahmati Allah, beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru Masehi. Detik-detik pergantian menuju tanggal 1 Januari merupakan detik-detik yang paling banyak dinanti oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Momen pergantian tahun ini acapkali dirayakan secara besar-besaran. Mulai dari konser musik di berbagai stasiun televisi dari sore hari hingga pagi hari, pesta kembang api, pesta barbeque, trek-trekan di jalan raya, hingga pesta minuman keras yang berujung pada pesta narkoba dan seks bebas. Naudzubillahiminzalik.

Detik-detik pergantian tahun baru Masehi, oleh sebagian banyak masyarakat dunia termasuk Indonesia, dianggap sebagai momen langka dan sayang jika dilewatkan begitu saja. Tidak menutup kemungkinan, hal tersebut jugalah yang mungkin dipikirkan oleh para sobat muslim sekalian. Pertanyaannya sekarang, pernahkah kalian merasa hal yang sama ketika hendak memasuki detik-detik pergantian tahun baru Hijriyah? Apakah kalian rela begadang tengah malam demi menantikan pergantian malam tahun baru Islam? Jawabannya, mungkin sebagian dari kalian ada yang menjawab iya, bahkan mungkin ada banyak yang menjawab tidak.

Artikel ini tidak ditulis untuk menggiring opini sobat voa-islam sekalian agar membuat perayaan yang sama di pergantian tahun baru Hijriyah. Tapi untuk merenungkan lagi apakah kita menanti datangnya tahun baru Hijriyah layaknya kita menanti datangnya tahun baru Masehi yang notabene merupakan tahun baru dari hasil perhitungan kalender bangsa barat? Karena pada faktanya, tidak sedikit dari kita yang turut merayakan tahun baru Masehi dengan cara yang berlebihan bahkan mengarah pada Hedonisme.

Dalam Islam kita diajarkan untuk tidak terlalu berlebihan dalam menghambur-hamburkan rezeki yang sudah Allah berikan. Coba sekarang kita renungkan kembali, berapa banyak anak yatim dan fakir miskin saudara kita yang dapat kita bantu apabila rezeki dari perayaan tahun baru Masehi diakumulasikan dari banyaknya sobat muslim yang turut merayakan pergantian tahun tersebut? Pasti sangat banyak. Selain dapat bermanfaat untuk orang lain, hal tersebut juga menjadikan ladang pahala yang akan terus mengalir hingga kita meninggal.

Pernahkah kita bermuhasabah diri menyambut datangnya pergantian tahun? Meksipun ya...bermuhasabah diri itu tidak harus dilakukan pada saat pergantian tahun saja. Tetapi bisa kita lakukan kapan pun di saat kita merasa banyak melakukan dosa. Selain untuk kembali mengingat Allah, muhasabah diri juga bisa dijadikan sebagai momentum taubatan nasuha atas setiap dosa yang kita lakukan.

Lantas, masihkah kita melakukan sesuatu yang mubadzir dengan dasar merayakan pergantian tahun baru Masehi? Ada banyak hal lain yang jauh lebih bermanfaat dibanding menunggu pergantian tahun dengan menonton konser, teriak-teriak di jalan raya, membuat kemacetan, pesta kembang api dan kongkow bareng teman.

Kita bisa tetap tinggal di rumah saja tanpa harus menambah padatnya jalan. Toh, malam yang dilewati juga sama dengan malam-malam sebelumnya. Lalu, mengapa harus kita perlakukan malam tahun baru dengan istimewa? Ingat, betapa banyak mereka yang ikut begadang menunggu detik pergantian tahun, kesiangan atau bahkan kehilangan salat Subuhnya. Masa iya sih kita mau menukar kenikmatan semu malam tahun baru yang jelas banyak maksiatnya dengan Salat Subuh yang jelas wajibnya?

Jika tidak, mari sambut tahun baru 2019 dengan cara yang bermanfaat dengan senantiasa mengingat Allah dan merenungi dosa-dosa yang telah kita lakukan ditahun sebelumnya. Karena dengan bergantinya tahun, sesungguhnya semakin berkuranglah usia kita. Sungguh merugi bagi mereka yang memilih menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Semoga saja kita bukan termasuk ke dalam golongan yang demikian. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

*Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version