View Full Version
Kamis, 04 Apr 2019

Dinamika Memelihara Keimanan di Negeri Sakura

 

Oleh: Erika Kartini, S.E.*

 

"Obat hati ada lima perkaranya

Yang pertama baca Quran dan maknanya

Yang kedua sholat malam dirikanlah

Yang ketiga berkumpullah dengan orang shaleh

........"

Penggalan lagu "Obat Hati" karangan Opick di atas sangat tepat menjadi nasihat bagi kaum muslim yang tinggal di negara non muslim. Khususnya poin yang ketiga yaitu berkumpul dengan orang shaleh. Pasalnya, tidak mudah untuk senantiasa istiqomah di negara yang muslimnya minoritas. Maka berkumpul dengan orang shaleh adalah sebuah keharusan dan kebutuhan.

Seperti di Jepang contohnya, gaya hidup mereka sangat jauh dari Islam. Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Aurat bertebaran dimana-mana. Perlu usaha untuk mendapatkan makanan yang halal. Begitu juga dengan shalat lima waktu. Melaksanakan shalat ketika berada di luar adalah hal yang tidak mudah. Belum lagi mencari tempat berwudhu, perlu usaha lebih untuk melakukannya.

Menguatkan keimanan wajib senantiasa dilakukan. Caranya adalah dengan menuntut ilmu dan bergabung dengan komunitas yang mengajak kepada kebaikan (Islam). Jika tidak demikian, lama-kelamaan keimanan kita akan tergerus. Kita tidak akan sanggup melawan derasnya pengaruh lingkungan yang tidak islami. Semakin lama akan semakin jauh dari Islam.

Jangankan berada di negeri non muslim, berada di negeri muslim pun ketika tidak bersama orang yang shaleh maka akan tergerus juga. Maka dari itu perlu upaya lebih untuk bergabung dengan komunitas keislaman dan lebih serius lagi dalam mengkaji Islam.

Saya yakin di bagian negara mana pun pasti ada komunitas muslim yang mengajarkan segala hal tentang Islam. Meski mungkin jaraknya jauh dari tempat tinggal kita dan perlu waktu serta materi yang lebih. Tetapi hal itulah yang tetap akan menjaga keimanan. Tetap melaksanakan shalat, makan makanan yang halal  dan menutup aurat serta menjaga pergaulan. Selain itu juga,  agar keimanan kita tetap bersih dan tidak terpengaruh dengan pemahaman atheis yang saat ini banyak dianut oleh masyarakat Jepang.

Di Gifu, Alhamdulillah komunitas itu ada. Kajian muslimahnya pun ada. Masjid juga ada, bagus dan unik. Lokasinya cukup dekat dengan apato kami. Setiap Sabtu juga ada kajian learning Qur'an dengan Imam masjid ini.

Oleh karena itu, sungguh rugi bagi teman-teman di Indonesia yang masih belum mau mengikuti kajian keislaman. Rugi jika tidak berkumpul dengan orang-orang shaleh. Rugi jika belum bergabung dengan komunitas yang mengajak kepada kebaikan. Padahal majelis kajian ada di mana saja. Di masjid, di kantor, di taman, di mall bahkan di jalanan pun ada.

Berkumpul dengan orang shalih bukanlah sebuah eksklusivisme. Akan tetapi dalam rangka menjaga keimanan. Orang-orang shalih juga bisa menjadi panutan dan tempat bertanya dalam setiap permasalahan. Bayangkan jika bertanya pada orang yang tidak tepat. Bukan solusi yang didapatkan tapi justru terjerumus dalam kesesatan.

Lantas bagaimana dengan orang-orang yang belum shalih? Apakah kita acuhkan? Tidak, kita harus tetap berusaha mengajak mereka kepada kebaikan. Jika mereka menolak, jangan patah semangat dan tidak perlu dimusuhi. Cukup doakan  saja mereka. Semoga Allah SWT membukakan pintu hidayah-Nya. (rf/voa-islam.com)

*Penulis tinggal di Gifu, Jepang.

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version