View Full Version
Rabu, 24 Jun 2020

Sharing is Caring

 

Oleh:

Sastika Melda || Mahasiswa UNESA 

 

MANUSIA, terlahir sebagai mahluk sosial dan ditakdirkan untuk saling melengkapi satu sama lain, dari sini kemudian kita mengenal kata Sharing yang artinya berbagi, dan Caring yang artiya peduli,lebih lanjut bisa kita maknai bahwasannya berbagi adalah bentuk dari kepedulian. Diantara kita mungkin masih banyak yang menganggap “berbagi hanya bisa dilakukan dengan materi”. Sebuah anggapan yang harus segera kita hapuskan, karena sejatinya berbagi tidak harus dengan uang atau  materi. Bisa dengan bentuk lain misalnya nasihat, motivasi, bahkan senyuman. Sangat mudah kita lakukan, terlebih di era digital ini.

Stephani Post dalam bukunya yang berjudul Why good things happen to good people mengatakan “dengan berbagi terhadap sesama akan meningkatkan kesehatan orang yang sudah menderita penyakit kronis”. Sebuah kalimat yang bisa kita jadikan motivasi untuk berbagi, karena berbagi merupakan salah satu hal penting dalam hidup, kenapa ?

Pertama, berbagi adalah bentuk cinta dan kepedulian kita terhadap sesama. Hal ini secara otomatis terjadi, dimana ketika kita mendapatkan kenikmatan, atau mengetahui hal baru, misalnya “menutup aurat itu wajib” karena cinta kita akan membagikan informasi wajibnya menutup aurat pada teman atau saudara kita.

Kedua, berbagi adalah wujud taat kita pada Sang Pencipta. Dalam surah Ali Imran ayat 104, Allah berfirman yang artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. Menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merupakan salah satu bentuk dari berbagi, yang merupakan seruan langsung dari Allah kepada hambanya. Sebagai seorang muslim tentu kita telah menyadari bahwasannya semua yang Allah perintahkan harus kita lakukan, tak terkecuali berbagi, karenanya berbagi menjadi suatu hal yang sangat penting dalam hidup kita.

Seorang muslim yang telah menyadari pentingnya berbagi atau menyeru dalam kebajikan, tentu tidak boleh diam ketika melihat kemaksiatan. Ketika kita mengetahui kemaksiatan ataupun kedzaliman tentu kita harus berusaha mengubahnya, memberi masukan, nasihat dengan cara – cara terbaik yang telah dicontohkan Rasul Muhammad SAW. Tak terkecuali jika kemaksiatan atau kedzaliman tersebut dilakukan oleh penguasa. Menyeru pada kebaikan atau berbagi tentu banyak hambatannya, misalnya dikata – katain “sok suci, sok alim” dan sebagainya, terlebih jika yang kita bagi hal yang berkaitan dengan penguasa, kata “Provkatif, Intoleran, Radikal” pasti langsung terlontar.

Namun fakta – fakta ini tidak boleh kemudian membuat kita berhenti meyerukan kebaikan. Rasulullah Muhammad pun ketika berdakwah menuai banyak penolakan, sampai fitnah – fitnah keji pun terlontar kepada beliau. Rasul dituduh pembuat makar, perusak tradisi, pembuat agama-agama baru, pemuda bodoh yang melawan tradisi-tradisi dan adat istiadat, ini yang dialamatkan kepada rasulullah saw, intoleran, merusak ketentraman umum, umat beragama, ini yang dilaatkan kepada rasul ketika menyampaikan kebenaran. Meski demikian Rasulullah tidak mundur justru semakin semangat dan tetap sabar dalam mendakwahkan Islam, karena dakwah ini adalah kewajiban dari Allah SWT. Rasul tidak pernah perduli dengan berbagai respond an penolakan yang ada, Rasul hanya menyampaikan apa yang Allah perintahkan. Hal inilah yang harus kita teladani sebuah tekad dan kesabaran dalam menyampaikan kebenaran.

Respon negative, pendapat orang yang lebih tinggi kedudukannya, bahkan penguasa sekalipun bukan patokan yang membuat kita berhenti dalam menyampaikan kebenaran. Karena semua hanya manusia biasa yang bisa salah. Patokan kita adalah Syariat serta perintah-Nya. Allah memerintahkan kita untuk menyeru kepada kebaikan maka kita harus melakukannya. Tugas kita hanya menyampaikan, hanya berbagi, diterima ataupun ditolak bukan masalah bagi kita, karena tugas kita hanya menyampaikan dan berbagi. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]

Ada tiga hal yang bisa kita lakukan sebagai upaya agar kita bisa tetap Istiqamah menyampaikan kebaikan, diantaranya

  1. Membekali diri dengan pemahaman Islam,
  2. Bergabung dengan komunitas untuk menguatkan diri,
  3. Menyampaikan apa yang telah didapat.

Sa’id bin Jubair berkata, “jika melakukan dakwah harus sempurna dulu, maka tidak ada satupun yang akan melakukan dakwah atau mengingatkan yang lainnya”.Mengajak seseorang untuk taat dan berusaha memperbaiki diri merupakan dua hal yang sama-sama wajib dan hendaknya kita lakukan bersama – sama.*


latestnews

View Full Version