View Full Version
Ahad, 27 Aug 2023

Basa-basi tapi Menyakiti

 

Oleh: Aily Natasya

Suka sebal, nggak sih, sama orang yang selalu mengomentari orang lain? Entah itu dari baju yang dia pakai, kesehariannya, atau bahkan sikapnya. Kayak, sebelum ngomong pun mereka tidak bercermin pada diri mereka sendiri. Ya, mereka merasa nggak ada yang salah dari mereka, sih. Begitupun orang lain, sebenarnya orang-orang yang dikomentarinya itu tidak memiliki sesuatu yang aneh, yang harus dikomentari, normal-normal aja. Cuman emang udah kebiasaannya aja yang suka ngomentarin orang jadinya di mata dia, semua yang dilakukan oleh orang lain itu salah di mata dia.

Seperti contoh, ya, ada orang yang pergi ke pasar dengan menggunakan topi baseball demi menghindari silau matahari yang menerpa wajahnya, dikomentari, “Eh, ngapain, sih, pakai topi segala? Panas? Lebay, nggak sih?” Walau sederhana, tapi celetukkan kayak gitu itu bisa bikin orang lain jadi kurang percaya diri melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak apa untuk dilakukan, dan sebal sama yang ngomentarin. Itu secara tidak langsung merugikan dirinya sendiri. Kenapa? Dia membuat orang lain tidak suka dengannya, dan enggan dekat-dekat dengannya.

Bukankah itu hak orang itu memakai topi? Kalau dirasa bahwa itu hal yang berlebihan, ya, sudah. Toh, topinya tidak mengganggu hari-harimu. Jadi, apa masalahnya, sih? Atau kalaupun itu hanya basa-basi semata, bisa dibuat dengat kalimat yang lebih ramah, loh, seperti, “Mbak, pakai topi, panas, ya? Emang lagi panas-panasnya, sih, cuacanya,” sambil tersenyum ramah. Kan, lebih adem dengernya. Jangan salah, bikin orang lain senang itu juga ibadah.

Apalagi, nih, kalau ada celetukan-celetukan yang lebih terkesan menghina daripada basa-basi. Itu banyak sekali di masyarakat kita, khususnya di kalangan ibu-ibu. Kalau bahasa familiarnya, julid. Iya, julid. Julidin ini, julidin itu. Dan itu tidak lagi hanya terjadi di dunia nyata, tapi juga di dunia maya, yang mana di sana, siapa pun akan bisa lebih bisa dan lebih luas dalam memberikan komentar apa pun. Iya, memang bebas, suka-suka kita, tapi ingat, semuanya punya konsekuensinya di hadapan Allah. Betapa banyak yang tersakiti karena komentar-komentar yang ada di sosial media. Semoga kita bisa menjaga lisan mau pun jempol kita dari mengkritik orang, atau nyeletuk sesuatu yang dapat merugikan orang lain. Aamiin.

Maka dari itu, sebelum berkomentar, nyeletuk, selayaknya kita ini berkaca, dan memikirkan dampaknya terlebih dahulu. Dengan celetukan kita, apakah akan membawa dampak yang negatif atau positif. Meski pun awal niat kita hanya bercanda, tetap saja, harus dipikirkan, karena banyak sekali candaan yang tidak kita sadari malah melukai orang lain, na’udzubillahi min dzalik.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Jika engkau hendak berbicara, maka berfikirlah dahulu sebelum berbicara. Apabila ada maslahatnya barulah berbicara, jika ragu-ragu, maka tunggu dengan tidak berbicara sampai jelas (maslahatnya).” (Disebutkan oleh Imam Nawawi dalam al-Adzkar).

Memang, beberapa orang yang nyeletuk itu sebenarnya nggak punya maksud buruk, cuman, ada mereka aja yang kurang. Mereka nggak tahu kalau apa yang mereka lakukan itu salah dan dapat menjadi luka bagi orang lain. Itulah mengapa menuntut ilmu dan penerapannya itu sangat penting di kehidupan kita. Jadi, jangan malas untuk selalu menuntut ilmu, ya, agar kita bisa menjadi seseorang yang lebih baik setiap harinya.

“Barangsiapa yang merintis jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim). Wallahu a.am. (rf/voa-islam.com)

Ilustasi: Google

 


latestnews

View Full Version