View Full Version
Jum'at, 13 Oct 2023

Galau Karena Cinta, Solusinya?

 

Oleh: Aily Natasya

Memiliki ketertarikan pada lawan jenis adalah hal yang normal. Sama sekali nggak salah. Era ini, remaja-remaja perempuan sekarang banyak yang menggaungkan kalimat, “Aku akan mencintaimu secara terang-terangan dan ugal-ugalan”. Ada yang benar-benar melakukannya, ada juga yang hanya sebatas status WhatsApp saja. Namun, mengenai itu, bagaimana Islam mengatur perasaan ketertarikan ini? Mengingat Islam adalah agama yang mengatur umatnya dari segala aspek, tidak hanya perihal moral tapi juga seluruh aktifitas hidup manusia yang sudah menjadi fitrahnya seperti menikah, makan, dan tentu saja ketertarikan terhadap lawan jenis.

Bagaimana mengatur perasaan yang tak karuan ini?

Jatuh cinta merupakan hal yang rumit bagi sebagian orang, terutama bagi remaja yang mana mereka masih labil dan belum bisa dewasa dalam menanggapinya. Alhasil, banyak sekali remaja yang ketika jatuh cinta menempuh banyak sekali kesalahan. Dan beberapa akibat dari kesalahan itu berujung dengan patah hati yang sakit, kesedihan yang panjang, tidak fokus, dan lain sebagainya. Dan mencintai seseorang secara terang-terangan sekaligus ugal-ugalan adalah salah satu kesalahan tersebut.

Mencintai secara terang-terangan dan ugal-ugalan bisa berarti banyak dan lebih cenderung ke main-main daripada serius. Namun juga bisa dipastikan cara ini dapat menurunkan harga diri kita. Dan tentu saja, jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan maka rasa sakitnya juga bukan main. Mengingat selain rasa malu yang kita korbankan, waktu kita, energi kita, tenaga kita juga habis untuk sesuatu yang tidak jelas alurnya. Dan konsep seperti ini seringkali tidak logis, dan penuh obsesi. Itulah yang membuat konsep seperti ini tidak seharusnya diterapkan. Cinta itu anugerah dari Allah itu bener. Tapi Allah dan rasulNya nggak ngajarin kita untuk mencintai seseorang dengan cara yang seperti itu.

Tapi Rasulullah bersabda, “Jika seseorang mencintai saudaranya hendaklah memberitahukan kepadanya bahwa ia mencintainya.” Bukankah itu artinya kita harus memberitahukan perasaan kita. Hadits ini tidak hanya membicarakan tentang cinta yang itu saja, tapi juga tentang cinta sesama saudara muslim, semuanya. Dan kalaupun ingin diungkapkan, maka tujuannya harus untuk menikah, bukan pacaran, atau bahkan HTS yang katanya bukan pacaran tapi aktifitasnya sama persis kayak orang pacaran.

Cinta ditolak

“... boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Nggak apa-apa nangis dikit yang penting ngeluhnya harus sama Allah. Jangan lupa istighfar juga karena bisa jadi rasa sakit yang kita rasakan itu adalah hasil dari dosa-dosa yang telah kita lakukan pas lagi naksir-naksirnya sama dia. Tidak menundukkan pandangan, merindukan dia padahal bukan muhrim, lupa sama Allah karena terlalu sering memikirkan dia, dan lain-lain. Orang yang jatuh cinta itu memang terkadang bodoh dan gila. Sebab itulah Allah selalu ngasih kita teguran-teguran kecil semacam itu.

Dan jika memang bukan dia orangnya, maka kita serahkan semuanya kepada Allah aja dulu. Karena gimana pun Allah itu yang Maha Pemilik Hati, Allahlah yang mampu membolak-balikkan hati hamba-hambaNya. Allah pulalah yang lebih tahu mana yang baik dan mana yang nggak. Dan sebagai hamba, kita juga harus tahu bahwa apa yang untuk kita, pasti akan datang pada kita.

“Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.” (Umar bin Khattab). (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version