View Full Version
Ahad, 28 Jan 2024

Makan Untuk Hidup, Bukan Hidup Untuk Makan

 

Oleh: Aily Natasya

Di zaman yang serba ada saat ini, terutama dalam hal pangan, manusia cenderung mengonsumsi makanan karena hasrat, bukan karena butuh. Yang mana, walau pun belum lapar, walau sudah kenyang, orang-orang tetap ingin makan. Contoh, pagi, makan nasi uduk. Habis makan nasi uduk, lima menit kemudian nyemil basreng sama cromboloni. Minumnya, dalam 24 jam ke depan, bukan air putih, tapi minuman berperisa yang tinggi gula.

Terdengar mengerikan, namun kenyataannya banyak yang melakukan hal itu. Utamanya di bagian konsumsi minuman. Banyak dari anak muda sekarang yang enggan minum air putih dan memilih minum-minuman yang memiliki kadar gula tinggi. Bahkan, mereka tidak mau minum kalau bukan minuman-minuman berperisa tersebut. Dan hasilnya adalah gagal ginjal, diabetes, dan lain-lain.

Lain dengan zaman dulu, orang-orang terkena penyakit karena kekurangan bahan pangan. Namun zaman sekarang, orang-orang banyak yang terkena penyakit karena kelebihan bahan pangan. Yang mana, makanan yang beragam dan mudah didapat membuat manusia di zaman ini mengartikan makanan tidak hanya sebagai kebutuhan, namun juga sebuah tren dan pendukung suasana. Sehingga kalap, dan melupakan tujuan dari ‘manusia makan untuk hidup’ bukan ‘hidup untuk makan’.

Dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, dibandingkan dengan tahun 2010, pada tahun 2023, kasus diabetes pada anak meningkat sampai pada 70 kali lipatnya. Dari 15 kota di Indonesia, ada sekitar 1.645 anak di Indonesia yang mengalami diabetes.

Makan makanan yang halal dan baik

Makanan yang halal belum tentu baik. Walau burger, kentang goreng, pizza itu halal, namun belum tentu baik. Lantas, makanan yang halal dan baik itu yang seperti apa? Tentu saja yang seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging, yang dikelola dengan kelolaan yang baik dan menyehatkan. Tidak mengandung terlalu banyak gula, garam, dan lemak jahat.

Allah swt. berfirman: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).

Jangan makan berlebihan

Sudah sejak lama sekali, ada yang namanya food vlogger yang isinya tidak hanya mengenalkan atau mempromosikan makanan, namun juga makan dengan porsi yang berkali-kali lipat dari porsi normal agar bisa viral dan dianggap mainstream. Apapun yang berlebihan itu sama sekali tidak baik.

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukasi orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)

“Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk ketimbang perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya) maka hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR. Ahmad)

Jadi itu dia tadi, keresahan tentang bagaimana orang-orang yang menganggap makanan bukan lagi sebagai kebutuhan namun lebih kepada tren dan pendukung. Semoga kita semua bisa lebih memperhatikan apa yang tubuh butuhkan. Jangan berlebihan, dan jangan lupa untuk berolahraga. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

ILustrasi: Google


latestnews

View Full Version