JAKARTA (voa-islam.com) - Polisi melakukan penggerebekan rumah yang dihuni 34 warga China. Satu orang penghuni tewas dikarenakan pada saat penggerebekan berusaha melarikan diri dengan cara melompat dari lantai dua. 34 WNA ini adalah korban human traficking yang dilatih untuk melakukan penipuan online.
Penggerebekan di bilangan Kemang Jakarta Selatan diwarnai aksi bunuh diri 1 orang WNA China hingga tewas. Dari hasil penggerebekan tersebut sebanyak 33 warga negara asingasal Tiongkok ditangkap beserta puluhan barang bukti.
33 WN Tiongkok diamankan petugas dalam penggerebekan sebuah rumah mewah di kawasan Pasar Minggu, Jaksel. Beberapa di antaranya diketahui telah tinggal di Indonesia sejak 2014.
"Dari keterangan mereka, beberapa di antaranya sudah datang ke Jakarta sejak tahun lalu sebelum Tahun Baru Cina," kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan kepada detikcom, Kamis (7/5/2015). Sejak 2014, puluhan WN Tiongkok ini tiba di Jakarta secara bertahap.
Begitu tiba, mereka langsung 'dikarantina' di sebuah rumah mewah yang disewa oleh seseorang di Jl Kenanga, Kav 44 Rt 07 Rw 02, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Mereka ada yang sudah lama di Jakarta. Rumah ini juga disewa sejak tahun lalu dan tanggal 30 Mei ini akhir kontrak. Mereka datang bertahap setelah Tahun Baru Cina. Jadi ada yang sudah 3 bulan dan yang paling baru itu 2 hari yang lalu," jelasnya.
Keterangan tersebut diperkuat oleh Adjie Susanto warga sekitar rumah itu yang mengaku sering melihat WNA keluar masuk rumah tersebut. Menurutnya rumah itu disewa oleh 2 orang sejak tahun lalu, tapi tidak diketahui pasti kapan mereka datang. "Sering ada yang keluar masuk bergantian belanja gitu ke minimarket, pas lihat polisi banyak gini curiga juga" katanya.
54 HP dan 64 Telepon PSTN Disita dalam Penggerebekan WN Tiongkok
Petugas Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya mengamankan puluhan WN Tiongkok yang diduga melakukan tindak pidana penipuan, di sebuah rumah mewah di Jl Kenanga, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jaksel.
Di rumah 2 lantai ini, polisi mengamankan sejumlah barang bukti yang diduga kuat sebagai alat kejahatan. "Barang bukti antara lain ada 54 unit handphone dan 65 unit telepon PSTN (Public Switched Telephone Network)," kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan.
Selain itu, polisi juga menyita barang bukti lainnya yaitu 7 buah Laptop, 14 unit iPad, 15 unit kalkulator, 36 unit port interface modem, 1 unit printer, 8 unit HT dan 14 kartu identitas. Diduga kuat, para WNA ini melakukan penipuan terhadap warga negaranya sendiri yang berada di Tiongkok.
Herry sendiri belum memberikan penjelasan lebih jauh soal modus penipuan yang dilakukan mereka. Penggerebekan dilakukan sejak pukul 20.00 WIB. Sampai saat ini, petugas masih melakukan peendatan terhadap para WNA itu sendiri dan juga terhadap barang-barang lain yang diduga digunakan atau hasil kejahatan.
Total ada 33 WN Tiongkok yang diamankan, namun salah seorang di antaranya tewas karena melompat dari lantai 2.
Tak hanya di Jakarta, 33 WNA China juga digerebek di Semarang
Sebanyak 33 WNA digerebek tim gabungan Polrestabes Semarang dan Polsek Gajahmungkur di rumah Jalan Merapi Nomor 18, Gajahmungkur, Kota Semarang, Selasa (28/4/2015) malam.
Mereka diduga kuat merupakan sindikat penipuan yang menyasar korban di negara mereka masing-masing. Kasat Reskrim Polrestabes Semarang AKBP Sugiarto mengatakan, pihaknya menemukan sedikitnya 36 paspor yang terdiri dari 17 paspor Taiwan dan 19 paspor China.
"Ada tujuh paspor yang tidak ada pemiliknya, kemungkinan melarikan diri. Selebihnya, baru 29 orang yang berhasil kami identifikasi. Segera akan kami tindak lanjuti dan limpahkan ke Imigrasi," kata Sugiarto.
Selain 33 WNA asal China dan Taiwan itu, di dalam rumah juga terdapat dua tukang masak, yakni Solikah dan Suprihatin, keduanya berasal dari Tulungagung, Jawa Timur. Mereka mengaku baru bekerja di rumah tersebut selama dua minggu. "Belum digaji, Pak, kami mau pulang bagaimana ini," kata Solikah.
Solikah mengatakan, sebelumnya seorang wanita berasal dari Pontianak yang menjadi juru masak di rumah tersebut.
Namun, entah alasan apa, wanita itu berhenti dan seorang rekan Solikah dari Banjarnegara menawarkan kerjaan jadi juru masak di rumah tersebut menggantikan wanita asal Pontianak itu. "Yang nawari kerjaan di sini itu teman dari Banjarnegara, katanya cuma masak aja. Saya mau, makanya saya ajak teman (Suprihatin), dijanji gaji Rp 1,5 juta sebulan," katanya.
Belum genap sebulan bekerja, para WNA ini "digaruk" polisi. Solikah dan Suprihatin mengaku tidak mengetahui aktivitas di dalam rumah tersebut. Kamar tempat mereka berdua tidur berdempetan dengan dapur yang terpisah dengan bangunan utama.
"Ya, kami cuma di sini saja (kamar dan dapur), tidak pernah diperbolehkan masuk ke dalam. Kami masak, ketika sudah selesai mereka yang keluar ambil makanannya," katanya.
"Setiap hari masak tiga kali, pagi masak bubur, siang dan malam masak nasi dan lauk," kata Suprihatin. [hasan/adivammar/berbagaisumber]