Sahabat VOA-Islam...
Dunia berubah. Hal ini sudah menjadi sebuah konsekuensi peradaban manusia yang dinamis. Saat ini dunia memasuki era revolusi industri 4.0. Era ini diwarnai dengan munculnya pesawat autopilot, robot pintar, super komputer dan neuroteknologi.
Di era ini, faktor kecepatan dan penguasaan teknologi internet mampu mengantarkn siapapun menjadi pemenang, baik di bidang ekonomi maupun politik. Banyak muncul perusahaan online yang bahkan tak mempunyai kantor, namun mampu menguasai pasar. Sebuah image baik yang bertahun-tahun dibangun pun bisa hancur karena hoax yang viral.
Perusahaan transportasi besar dengan ribuan karyawan pun bisa dengan mudah gulung tikar karena kurang bisa bersaing dengan perusahaan transportasi daring.
Perspektif Islam Terhadap IPTEK
Islam sejatinya adalah agama yang sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Islam pun memberikan apresiasi terhadap perkembangan IPTEK.
Beberapa nash syariat diantaranya:
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (TQS. Az-Zumar: 9).
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat.” (TQS. Al-Mujaadilah: 11).
“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.” (TQS. Al-Baqarah: 269)
Hanya saja, perlu diperhatikan bahwa ilmu itu harus sejalan dengan ketakwaan seseorang. Sebagaimana dalam hadits:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (TQS. Faathir:28).
Dilema Revolusi Industri 4.0
Sekilas kemunculan era ini buah manis hasil kemajuan sains dan teknologi. Namun di sisi lain, justru menyisakan sederet permasalahan. Yakni tersingkirkannya peran manusia dan digantikan oleh mesin pintar dan internet.
Sebuah ironi yang seharusnya tidak terjadi, bahwa era revolusi industri 4.0 muncul di tengah permasalahan ketenagakerjaan seperti banyaknya pengangguran dan tingkat kesejahteraan manusia yang jauh dari standar layak. Betapa tenaga kerja manusia akan dihargai murah bahkan tidak dibutuhkan lagi. Maka dunia harus siap-siap menghadapi problem kemanusiaan yang semakin meningkat, seperti kemiskinan global, kriminalitas meningkat, bunuh diri massal dsb.
Sejatinya teknologi hadir untuk membantu manusia dalam menjalankan fungsi utamanya menjadi khalifatul fil ardh. Dengan peran ini, manusia bisa menjaga alam dan makhluk yang lainnya dengan pengaturan terbaik dari Sang Pencipta.
Namun, bila kemajuan teknologi justru mengancam eksistensi manusia, maka selayaknya menjadi evaluasi bersama. Tak ada yang salah dengan teknologi. Tapi pemanfaatan teknologi ini butuh didukung sumber daya manusia dan manajerial yang bijak agar kehadirannya bermanfaat bagi manusia. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman dr. Tuti Rahmayani