View Full Version
Selasa, 05 Feb 2019

"Mobil Legend" Piala Presiden, Layakkah?

Oleh:

Ifa Mufida, Praktisi Kesehatan dan Pemerhati Masalah Sosial

 

KOMPETISI eSports  bertajuk Piala Presiden 2019 akhirnya resmi dibuka. Kantor Staf Presiden (KSP) menggelar kompetisi eSport yang akan dilakukan babak penyisihan di delapan daerah. Peluncuran Piala Presiden eSports 2019 itu dilaksanakan di Aula Serbaguna, Kementerian Sekretariat Negara Gedung III, Jl Majapahit, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019). Ajang itu bukan kerja KSP sendiri, namun bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Indonesia eSport Premier League (IESPL) (liputan 6).

Ajang ini pun disambut oleh remaja dan berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, terlebih bagi mereka yang sudah terbiasa dengan game ini. Mobile Legends menjadi eSport terpilih yang  dikompetisikan di Piala Presiden 2019. Menurut mereka, itu adalah sebuah kemajuan, terlebih sejak adanya kompetisi eSport pada Sea Games 2018 lalu. Disinyalir pula akan menjadi bisnis menggiurkan di masa depan. Karenanya, pemerintah memaksakan ambisinya agar mengganggap bermain games sebagai prestasi. 

Peluncuran program ini di tahun politik bisa jadi sebagai upaya untuk menarik perhatian dari kaum milenial, yang faktanya saat ini ada sebagian yang memang gandrung dengan game online ini. Memang berbagai cara terus diupayakan oleh pemerintah pertahanan untuk menaikkan elektabilitas di pemilu mendatang, salah satunya dengan menarik suara dari kaum milenial. Apapun dilakukan meski jika diperhitungkan lebih mendalam bahwa program ini lebih cenderung pemborosan dan sangat tidak mendidik.

Di sisi lain orang tua dan kalangan pendidik saat ini sangat berharap remaja  yang sedang kecanduan game bisa terlepas darinya. Faktanya, Mobil Legend adalah game online banyak menyuguhkan dampak negatif bagi para remaja. Dampak negatif utama yang ditimbulkan yaitu kecanduan dalam bermain game, sehingga menyebabkan buruknya kesehatan psikologis para pemain game. Karena para pemain biasanya jika sudah mulai bermain game akan membutuhkan waktu selama berjam-jam.

Selain itu, para remaja yang gemar bermain game akan cenderung menjadi boros, karena game yang dimainkan akan membutuhkan koneksi data dari internet. Kemudian, tanpa disadari permainan game online akan mendorong para remaja melakukan hal-hal negatif seperti berbicara hal yang kasar dan juga kotor. Karena biasanya para pemain dalam bermain game merasa kesal saat bermain, mungkin karena mereka kalah dalam permainan yang dimainkan.

Dan selain dari itu, para remaja yang bermain game online akan mengalami perubahan dalam pola makan dan istirahatnya. Mereka sampai lupa makan dan beristirahat karena sudah asyik dalam bermain game. Hal semacam inilah yang kemudian akan mengganggu kesehatan para pemain game dan dapat menyebabkan mereka jatuh sakit. Waktu yang mereka habiskan ketika bermain, akan membuat pekerjaan di dunia nyata menjadi terbengkalai. Sebab, ketika sudah keasyikan dalam bermain mereka akan terus menyelesaikan game karena game yang dimainkan sudah menuju puncak kemenangan. Akibatnya mereka lupa menunaikan ibadah, lupa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah, tugas sekolah ataupun tugas-tugas kuliah sehingga terbengkalai.

Demikianlah, remaja yang di usianya seharusnya menjadi insan yang produktif akhirnya terperosok kepada ke sia-sia an semata.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya). Maka untuk menyelamatkan remaja, harusnya remaja didorong untuk  meninggalkan kesia-siaan salah satunya adalah bermain game online.

Kita bisa lihat di sini bahwa pola pikir Kapitalis-liberal telah menjadi tolak ukur segala hal dalam kehidupan ini. Termasuk bagaimana pemerintah meilihat bahwa mobil Legend dilihat bisa memberikan keuntungan secara finansial. Padahal, banyak riset menunjukkan dampak buruk kecanduan games. Di antaranya terpapar radiasi, insomnia, mudah depresi, pornografi dan kekerasan, memicu tindak kriminal, phobia sosial, dll. Tentu, ini sangat merusak stamina dan akal sehat generasi. Menjadikan mereka apatis dan individualis. Bukankah ini sebuah kedangkalan berpikir? Lebih jauh dari itu, Orientasi generasi pejuang kebangkitan tidak mungkin ada. Karena mereka tersibukkan oleh permainan yang melalaikan. Na'udzubillahi min dzalik.

Masih menjadi pe-er  besar untuk bisa menuntaskan problematika kompleks remaja, namun pemerintah justru mengeluarkan kebijakan yang justru memberi jalan remaja untuk tidak produktif. Maka sangat tidak layak program ini digelontorkan oleh pemerintah. Padahal, seharusnya pemimpin harus bisa mendorong para milenials menjadi generasi bertakwa. Mereka harusnya didorong menjadi insan yang melek teknologi untuk menebar kemaslahatan dan memperjuangkan kebangkitan umat.

Karena mereka adalah generasi yang akan meneruskan estafet perjuangan untuk membangun peradaban gemilang. Namun nyatanya di era Kapitalis-liberal, sangat susah membentuk remaja yang ideal. Bahkan virus-virus perusak difasilitasi untuk bisa menjangkiti remaja kita. Hanya dengan kembali kepada pangkuan Islam saja, remaja kita akan menjadi remaja berkualitas dan produktif, insya Allah.*


latestnews

View Full Version