View Full Version
Sabtu, 19 Sep 2009

Korupsi & Maksiat Menggurita Membelit Indonesia

Momen Ramadhan yang setiap tahun dijalankan umat Islam memang meninggalkan sebuah harapan dan asa baru atas kembali suci dan terhapus dosanya kita. Tua, muda, remaja dan anak beranjak dewasa sukacita mengaitkan harapannya dipenghujung Ramadhan ini. Logikanya jiwa kembali bersih dan perilaku kembali santun dan tertata dengan baik setelah berpuasa dalam bulan ini.

Tapi apa mau dikata, demikian orang betawi berujar, nampaknya hanya akan menjadi ritual semata tanpa makna membekas pada setiap insan musimin. Kini, dakwah Islam tak lagi diminati remaja Indonesia yang menurut sebuah survei telah mencapai 60%. Tak mengherankan apabila masjid menjadi tujuan orang lanjut usia, dan yang memiliki ilmu agama dari kalangan dewasa dan sebagian kecil remaja.

Hal ini dipersulit dengan aktivitas lembaga keagamaan pun tak mampu berbuat banyak. Mereka kalah kreatif dengan upaya penggiat pemasaran dalam merayu, menggoda dan terus menerus mengalihkan perhatian mereka dari kehidupan religius yang sesungguhnya bermakna sangat dalam dan bermakna. Kata Advertising yang berasal dari kata advertere yang berarti mengalihkan (beralih) telah berhasil mengalihkan minat remaja dan umat Islam pada kegiatan hiburan, materialistik dan konsumtif semata.

Tak berlebihan jika ada ungkapan seorang tokoh Islam yang mengatakan, "Sebagian besar umat Islam hanya menginginkan akidah tanpa penegakkan syariah Islam, ingin beragama tapi tak mau negara Islam, ingin kebenaran namun tak sudi dengan kekuatan, dan berharap kebenaran tanpa perjuangan."

Umat Islam hanya menginginkan akidah tanpa penegakkan syariah Islam, ingin beragama tapi tak mau negara Islam, ingin kebenaran namun tak sudi dengan kekuatan, dan berharap kebenaran tanpa perjuangan

Kondisi demikian juga identik dengan bentuk bersyukurnya mereka atas nikmat yang telah Allah berikan. Umat islam akan bersyukur ketika Allah memberinya nikmat sehat, demikian halnya dengan nikmat rizki yang berupa pekerjaan. Juga mereka bersyukur kepada Allah ketika diberinya istri dan anak di kehidupan mereka, namun bagaimana sikap mereka ketika Allah memberinya nikmat Allah yang berupa syariat Islam??

mereka bersyukur kepada Allah ketika diberinya istri dan anak di kehidupan mereka, namun bagaimana sikap mereka ketika Allah memberinya nikmat Allah yang berupa syariat Islam??

Ada rizki halal, namun mereka tak puas sehingga korupsi, ada istri yang halal dinikahi tetapi memilih bersenang-senang dengan maksiat yang kini telah menjadi 'gurita' dengan 'tentakel' yang menjerat siapa saja.

Ada syariat yang yang penuh keberkahan, tetapi justru mereka memilih menjauh dan sebisa mungkin simbol agama tak dibawa kedalam forum bersama atas dasar tenggang rasa. Namun apa yang terjadi?? Korupsi telah menjalar dan digendong kemana-mana, demikian jokes ala mbah Surip.

Kembali kedunia nyata, kini hal ini pun telah terjadi di Indonesia. Bahkan Indonesia Corruption Watch, Transparansi Internasional Indonesia, dan beberapa lembaga swadaya masyarakat antikorupsi geram dengan tindakan korupsi yang merajalela dan adanya adanya usaha memperlemah pemberantasan korupsi di Indonesia ke Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, Rabu (16/9) di Jakarta.

Melalui surat tersebut, mereka meminta Ban Ki-moon memberikan teguran keras atau memaksa Presiden RI dan Ketua DPR untuk menaati ketentuan dalam United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia pada tahun 2007. Indonesia adalah 1 dari 140 negara yang telah menandatangani UNCAC.

Lalu bagaimana dengan kemaksiatan?

Korupsi dan Maksiat timbul karena lepasnya iman dari iman mereka, mereka lupa akan firman Allah tentang bekal hidup adalah taqwa, bukan permata dan harta.

Ali Imran : 14.  Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Timbulnya maksiat dan keinginan korupsi selain karena lemahnya keimanan seseorang, juga timbul karena rasa syahwat manusia yang tak penah puas, bisa jadi hadir karena faktor-faktor yang seperti disebutkan dalam surat Ali imran ayat 14 tersebut berikut ini:

1. Kaum wanita dan anak anak 
2. Kekayaan yang melimpah (emas, perak, berlian) atau deposito dll
3. Kuda yang bagus dan binatang ternak (binatang dan hewan) atau kendaraan
4. Sawah ladang ( tanam-tanaman, tumbuhan)

Maksiat timbul karena pria dan wanita tak menjaga aurat, syahwat dan rasa malunya, kecantikan ragawi terus mereka pamerkan kemanapun mereka pergi dengan alasan hak asasi. Akibatnya apa yang terjadi? Perselingkuhan, perkosaan, zina, dan MBA (Married By Accident) terdengar dimana-mana.

Karenanya iman dan taqwanya seseorang kepada Allah sewajarnya menjadi penuntun jalannya. Pria shalih dan wanita shalihah bukan barang yang bisa dilihat semua orang. Ia bukan alat pameran yang bisa dipamer-pamerkan ke sana kemari, ditelanjangi oleh jutaan mata pemirsa televisi dan pengunjung cafe dan klab malam sehingga menimbulkan hasrat bagi lawan jenis untuk dikelabui syaithan.

Pria dan wanita juga tidak dihargai dari hanya sekedar mulus atau kasar kulit wajahnya, bukan pula pada tinggi atau pendek posturnya, bukan pula pada seksi atau tidaknya tubuhnya. Tapi pada keshalihahannya, pada akhlaknya, dan pada rasa khauf (takut) kepada Allah, bukan kepada bos dan nilai materi semata. Juga bukan semata kecantikan, bukan pula pada aspek nafsu lahiriyah semata.

Perjalanan akhirat yang jauh ini tentu saja membutuhkan bekal, maka berbekallah! dan sebaik-baik bekal ialah Taqwa (Fatazawwadu fainna khaira zadittaqwa)

Sahabat voa-islam ingatlah sejenak, sesungguhnya dunia adalah tempat untuk beramal, sementara akhirat tempat untuk menuai hasilnya, olehnya dunia bukan tempat perhitungan sementara kehidupan setelah kematian bukanlah tempat untuk beramal lagi melainkan tempat perhitungan & pertanggungjawaban. Perjalanan akhirat yang jauh ini tentu saja membutuhkan bekal, maka berbekallah! dan sebaik-baik bekal ialah Taqwa (Fatazawwadu fainna khaira zadittaqwa)

Bukankah Islam telah mengaturnya dalam Syariat? Lalu apalagi yang akan kalian dustakan?

(rojul/voa-islam)


latestnews

View Full Version