View Full Version
Kamis, 05 Nov 2009

Apa Salah Sayyid Qutb?

Oleh Burhan Shodiq

Baru-baru ini lantang terdengar usulan untuk melarang buku-buku tulisan Sayyid Qutb. Alasannya, buku-buku inilah yang menyuburkan ideologi 'terorisme' di Indonesia. Oleh karenanya, menghentikan cetakannya, distribusinya dan melarangnya adalah sebuah solusi yang dianggap sangat efektif untuk mematikan ideology 'teror'.

Satu hal yang perlu kita bertanya, apa yang dimaksud dengan ideology terror itu? Apakah ayat dan hadits yang diuraikan oleh ulama mujahid termasuk ideology terror? Kalau memang seperti itu apakah kemudian mereka tega menuduh ayat dan hadist dari Nabi adalah ayat-ayat terror dan hadist terror? Bukankah ini nanti akan mengarah kepada pembunuhan karakter seorang ulama yang mengabdikan dirinya untuk Islam? Dan pada akhirnya berujung kepada tuduhan kepada Nabi kita yang mulia Muhammad SAW, karena ulama adalah pewaris Nabi.

Nampaknya istilah idiologi terror perlu dijelaskan ulang. Karena kalau ini hanya tuduhan tanpa dalil dan hanya dilandasi oleh semangat kebencian pada salah satu kelompok umat islam oleh kelompok umat islam yang lain, maka ini merupakan upaya yang kontraproduktif. Politik adu domba telah mulai disematkan, saling mengadu antar kelompok, dengan isu yang sama terorisme. Sampai sekarang semuanya masih gelap, tak ada pembuktian di depan pengadilan, tapi eksekusi mati telah dilaksanakan. Maka tak urung, fenomena terorisme ini bak bola liar yang menggelinding kemana saja tergantung siapa yang menendangnya. Dan lagi-lagi umat Islam harus menanggung tuduhan atas ini semua.

Ironisnya peristiwa ini bukan malah membuat umat ini maju dan bersatu menghadapinya. Justru ada upaya pemecah belahan, upaya tuduhan sepihak dan vonis tidak sopan dengan menggunakan lidah dan tangan orang yang selama ini memang memiliki masalah dengan saudaranya sendiri. Bukankah upaya ini justru malah menyuburkan kebencian, karena ternyata pola penangannya cenderung destruktif, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Mereka tidak hanya menghabisi dari sisi nyawa, tetapi juga dari sisi nama baik, karakter dan pembunuhan citra.

Bidikan ini jelas beralasan. Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim adalah ancaman terbesar bagi stabilitas peradaban dunia. Berbilangnya ormas yang maju, pendidikan islam yang luar biasa digemari masyarakat, dan animo luar biasa anak muda terhadap perjuangan Islam dan anti-Barat tentu saja mengkhawatirkan pihak-pihak yang tidak suka dengan Islam. Munculnya cendekiawan dan kaum intelektual yang belajar dengan sungguh-sungguh di negeri-negeri kaum muslimin, dan pulang dengan semangat membangun islam yang murni juga bukan berita gembira bagi musuh-musuh islam. Tetapi itu semua tidak lagi bisa dilawan dengan pedang, mortar, atau mesiu ledakan. Tetapi dihabisi dengan skenario besar, sandiwara dan operasi intelejen yang mengagumkan. Persis seperti adegan film thriller Hollywood yang penuh intrik dan konspirasi. Bidikannya hanya satu, melemahkan islam dari segala lini yang dia miliki.

Bila bola tuduhan ideology terror ini tidak segera diluruskan, maka ia tetap saja akan menuduh dan memakan banyak korban. Distorsi opini, penyesatan informasi, bila dilakukan oleh orang pintar dan konon bergelar ulama akan lebih berbahaya dampaknya, daripada dilakukan oleh orang yang bodoh terhadap agamanya.

Apa Salah Buku?

Islam adalah agama yang memiliki tradisi menulis dan membaca yang sangat bagus. Tidaklah mengherankan jikalau para ulama terdahulu mewariskan ilmunya melalui tulisan dan kitab yang bisa dibaca di jaman-jaman setelahnya. Buku-buku itu adalah buah karya pikiran mereka, dari pengkajian yang mendalam, usaha yang tak kenal lelah dan proses yang panjang. Tentu saja di sana penuh dengan kebaikan, kebenaran dan sebuah usaha untuk menjelaskan problematika keummatan dengan bahasa yang gamblang. Namun, karya itu juga bukan sebuah karya sempurna. Kalau lah ada kesalahan sedikit hal itu wajar-wajar saja. Tugas kita sebagai penerusnya adalah meluruskan kesalahan itu bila mampu. Bukan malah dengan membakar dan menghilangkan buku-buku tersebut.

Karena buah pikiran tidak bisa dibendung. Pikiran selalu akan berproses, karena dengan begitu ia hidup. Siapa yang bisa membunuh pikiran orang, menghentikan dia berpikir dan melarangnya berpikir? Tidak ada. Buku pun tidak bisa dilarang, karena ternyata larangan terhadap buku justru memunculkan sebuah rasa penasaran yang hebat. Bukannya malah sepi pembaca, justru buku itu best seller dengan caranya sendiri. Jadi, ideology terror dari buku seperti apa yang kalian maksudkan?

Akar masalah terror adalah perlawanan. Perlawanan terhadap penindasan. Karena umat islam dikenal dengan umat yang memiliki izzah di dunia untuk meraih keberuntungan di akhirat. Di bumi mana saja, umat islam tidak pernah mau dijajah. Maka perlawanan itulah yang kemudian terjadi. Mereka melawan dengan apa yang bisa mereka lawan. Jadi selama ada penindasan di atas muka bumi ini, maka perlawanan itu akan selalu ada, dan tidak akan bisa mati. Namun sayangnya usaha tulus perlawanan ini kemungkinan diboncengi musuh Islam untuk melakukan pencitraan buruk dan agenda ghazwul fikr di kalangan umat Islam.

Sudah saatnya umat Islam menyadari ancaman 'boncengan' ini. Bersatu tegakkan barisan, bukan malah saling tuduh dan mencaci maki antar saudaranya sendiri. Selain itu memalukan, juga hanya akan menghinakan pelakunya sendiri. Tak dapat apa-apa, ditinggalkan teman dan saudara. Jangan mau termakan isu adu domba, karena semua butuh saling paham.


latestnews

View Full Version