View Full Version
Sabtu, 12 Mar 2016

Kasar dan Bengis, Refleksi Pemimpin Ber-SDM Rendah!

TIDAK ADA satupun manusia di dunia ini yang suka bila diperlakukan dengan cara yang kasar dan bengis. Sehingga sangat tidak layak bila seorang pemimpin atau siapa yang saja yang hari ini memegang mandat kekuasaan bertingkah sok kuasa dan semena-mena. Berkata sesuka hati tanpa berfikir panjang yang akhirnya menyakiti banyak hati rakyatnya.

Gemar berkata kotor saat mengungkapkan kekesalan atau suka menjustifikasi tanpa ada bukti, sumpah serapah tak tahu menahu adalah sebuah cermin kegoncangan jiwa serta bukti rendahnya SDM pada orang tersebut. Dalam ilmu psikologi, orang seperti ini menyidap abusive relationship. Abusive relationship adalah suatu jenis hubungan yang disertai tindakan kekerasan atau tindakan yang tidak menyenangkan lainnya.

Tentu saja, bila sikap seperti itu diderita oleh seorang pemimpin, direktur atau siapa saja yang memegang kekuasaan maka akan berakibat buruk dalam kepemimpinannya. Selain merugikan orang lain, dirinya pun juga akan menyesal dengan apa yang telah diperbuatnya.

Maka memilih pemimpin yang arogan, kasar, dan bersikap bengis adalah sebuah kesalahan yang fatal. Karena hanya akan merusak citra semua rakyat, selain itu juga akan bertambahnya banyak masalah. Karena orang yang seperti ini suka mempersoalkan masalah-masalah yang sebenarnya mampu diselesaikan dengan bijak.

Maka jangan pilih calon pemimpin yang berwatak kasar, karena masih ada calon muslim yang bijaksana dan bersikap arif. Terlebih sikap kasar adalah bukti ketidak mampuan dirinya menahan emosi. Katakan tidak buat calon pemimpin yang berakhlak Bejat.

Berakhlak Karimah Harga Mati bagi Pemimpin Umat

Islam meninggikan dan mengutamakan orang-orang yang mau menghiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi waallam bersabda,“Sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dan beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat tinggalnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya.” (Riwayat Tirmidzi, shahih).

Dengan adab dan akhlak mulia pulalah kelak pada hari kiamat timbangan kebaikan seseorang bisa lebih berat daripada timbangan kejelekannya sebagaimana sabda Nabi, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia.(Riwayat Tirmidzi, shahih).

Jikalah seseorang mau mempelajari bagaimana adab dan akhlak yang melekat pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka tentu itu lebih dari cukup baginya. Tidaklah perlu lagi seseorang mempelajari berbagai ilmu etika yang bersumber dari negara Barat atau kebudayaan mana pun. Segala adab dan akhlak mulia tersebut sudah Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam contohkan dan praktikkan dalam kehidupan beliau.

Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21). Dan firman-Nya (yang artinya), “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam: 4).

Bahkan mencontohkan dan mempraktikkan adab dan akhlak mulia adalah salah satu tugas utama yang beliau emban sebagai seorang rasul, sebagaimana beliau bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).

Dengan demikian, jika seseorang ingin mempelajari adab dan akhlak mulia maka tiada lain sumbernya adalah Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Bagi seorang muslim, menjadi pemimpin wajiblah berakhlak mulia, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta bersikap baik kepada sesama. Jangan mudah marah meski secara kasat mata melihat yang terlihat salah, tabayyun dahulu, cermati apa yang telah terjadi baru bertindak secara bijaksana.* [Protonema/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version