View Full Version
Sabtu, 26 Mar 2016

Tak Kenal Islam, Maka Ta'aruf

 

Oleh: Ismi Tri Wahyuni

 

Islam laksana oase (kesejukan) di tengah kehidupan yang serba menghimpit, penuh tipu muslihat dan panasnya perang antar ideologi.

UNGKAPAN di atas merupakan curahan pemikiran dan perasaan saya, tatkala belajar dan berproses mengenali Islam. Mengkajinya, memahaminya, mengamalkan serta mempopulerkannya kepada siapapun yang berhak dan berkemauan untuk mengetahui apa itu Islam dengan segenap atributnya.

Saya adalah satu di antara manusia yang memeluk Islam. Saya memang lahir dari rahim seorang muslimah, hidup bersama keluarga yang seluruhnya muslim, namun juga tidak menafikkan bertemu dengan orang-orang yang bukan beragama Islam, tidak menjadi persoalan besar bagi saya, sebab sejatinya Islam tak pernah memaksakan siapapun untuk memeluknya dan untukmu agamamu, untukku agamaku.

Begitulah Islam dan sikap toleransinya kepada non muslim. Sebagaimana tertera dalam sebuah kitab Al Qur’an, yang Allah SWT wahyukan kepada seorang Nabi Muhammad SAW, utusan Allah untuk disampaikan kepada umatnya, bahwa dalam salah satu ayat, Allah berfirman “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutdan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Terjemahan QS. Al Baqarah: 256)

 

Islam: Akar Hingga Buah

Dari awal kelahiran saya hingga usia baligh, tepatnya hingga menginjak usia 19 tahun, saya belum mengenal Islam lebih dekat dan lebih dalam. Hanya aspek permukaan yang saya ketahui sepintas. Saya baru belajar Islam mulai akar, batang, daun, ranting, bunga serta buahnya, sejak usia 19 tahun hingga hari ini dan kedepannya saya berkomitmen untuk ta’aruf terhadap Islam hingga ajal menjemput.

Saat itu, saya bertemu dengan pengemban dakwah yang tergabung dalam sebuah jama’ah dakwah yang membantu saya mengenali Islam secara komprehensif. Seiring dengan berjalannya waktu, saya tetap istiqomah berdiskusi dan bertanya seputar Islam. Saya mulai diajak berpikir akidah, potensi kehidupan, hukum syara’, problematika manusia serta solusi Islam.

Hingga suatu hari pengemban dakwah tersebut bertanya kepada saya, apa itu Islam? Saya pun menjawab Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Lantas, disempurnakanlah perkataan saya olehnya, bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT), hubungan manusia dengan dirinya, serta hubungan manusia dengan sesamanya. Jadi, Islam itu tidak sekadar sebagai agama, melainkan juga sebagai aturan hidup alias ideologi.

Permasalahan dulu, kini dan nanti yang kian dan serba menghimpit dan pertarungan ideologi atau panasnya ideologi akan bisa terselesaikan, jika solusinya dikembalikan kepada Islam."

Majelis demi majelis ilmu yang digelar pun seringkali saya datangi. Beragam tema yang disajikan benar-benar apa yang dibutuhkan oleh umat manusia dan tema-tema teraktual tak pernah lepas dari sorotan, media-media dakwah yang dibagikan adalah solusi bagi setiap permasalahan hidup.

Selanjutnya saya terus menggali bagaimana Islam mampu menjadi solusi bagi semua problematika yang manusia hadapi dan saya benar-benar yakin bahwa “apapaun masalahnya, Islam solusinya”. Permasalahan dulu, kini dan nanti yang kian dan serba menghimpit dan pertarungan ideologi atau panasnya ideologi akan bisa terselesaikan, jika solusinya dikembalikan kepada Islam.

Islam dengan Al Qur’annya adalah jawaban dan obat untuk segala penyakit/kerusakan yang diakibatkan oleh ulah tangan manusia. Seberapun kadar penyakitnya, seberapapun tingkat kerusakannya, beragam bentuk kerusakannya baik masalah besar maupun kecil, masalah lama maupun baru, baik itu menjangkiti semua aspek kehidupan manusia, mampu terpecahkan dan teratasi dengan benar dan membawa pada keselamatan hidup dunia dan akhirat. Luar biasa!! Masya Allah..

Ketika Islam mulai dari akar hingga buah diperkenalkan, maka saya pun tak segan-segan dan ragu untuk menanamkan Islam dalam diri saya hingga mengakar, memupuknya hingga menjadikan diri saya kuat menapaki kehidupan walaupun terpaan ujian senantiasa ada dan memetik hikmah dari setiap kejadian. Saya memutuskan untuk tetap lanjut mengkaji, mengamalkan dan mendakwahkannya. Karena dalam benak saya, sesulit apapun, sepahit apapun, bahkan seberat apapun, inilah obat yang akan menyehatkan saya, maka harus saya minum hingga puas.

Semakin saya menuntut ilmu Islam, semakin hauslah saya, sebab ilmu Islam begitu luas dan saya merasa kurang dan miskin ilmu, sehingga yakin dan percaya diri untuk terus lanjut mengenali Islam secara utuh, atau bahasa kerennya mengenali Islam secara kaffah. Sebagaiman firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah: 208, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Salah jika mereka menganggap Islam demikian buruk. Siapapun yang mengenali Islam dengan pikiran yang jernih, objektif, terbuka, tidak menutup diri dan perasaan yang tidak terintervensi oleh apapun dan siapapun, tentu akan menangkap kebenaran dan keindahannya."

Islam: Rahmat bagi Semesta Alam

Tuduhan-tuduhan keji dan propaganda-propaganda negatif pun tak pernah sepi dialamatkan kepada Islam dan pemeluknya. Maraknya isu-isu negatif yang dipropagandakan skala dunia, berhasil membuat sebagian besar manusia, baik muslim ataupun non muslim takut terhadap Islam atau diistilahkan dengan islamophobia. Seperti label teroris, radikal, sesat, dan lain-lain yang secara khusus dinisbatkan kepada Islam.

Padahal apa yang dituduhkan, tak sesuai dengan realita sesungguhnya. Islam tak mengajarkan untuk teror-meneror, membunuh jiwa tanpa hak dan berdakwah dengan jalan kekerasan. Salah jika mereka menganggap Islam demikian buruk. Siapapun yang mengenali Islam dengan pikiran yang jernih, objektif, terbuka, tidak menutup diri dan perasaan yang tidak terintervensi oleh apapun dan siapapun, tentu akan menangkap kebenaran dan keindahannya.

Fakta sejarah telah membuktikan hingga lebih dari 13 abad, Islam mampu membuktikan jati dirinya sebagai peradaban agung yang tak tertandingi dan menorehkan tinta emas peradaban serta pencapaian yang luar biasa gemilang. Peradaban ini lahir dari akidah Islam, yaitu dari hasil berpikir menyeluruh mengenai kehidupan dunia, yaitu tentang alam semesta, manusia dan kehidupan serta menghubungkan dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia dan apa yang ada setelah kehidupan dunia. Akan didapati di balik segala sesuatu itu ada Allah SWT yang menciptakan dan mengatur. Allah SWT sebagai Al Khaliq (Maha Pencipta) dan Al Mudabbir (Maha Pengatur).

 

Pengakuan Barat tentang Peradaban Islam

Carleton S, Chairman and Chief Executive Officer, Hewlett-Packard Company, saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 800 hingga 1600 (masa kekhilafahan), dia menyatakan : "Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudra ke samudra lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan asal suku….Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum dikenal sebelumnya. (Ceramah tanggal 26 September 2001, dengan judul Technology, Business, and Our way of Life: What Next" www. Khilafah com).

Sepanjang masa Kekhilafahan Islam para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya; menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya; memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka; menjadikan pendidikan menyebar luas hingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa yang membuat Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad." (Will James Durant, penulis Amerika, sejarahwan dan filosof - The Story of Civilization).

Gordon (2005), seorang penulis buku “Understanding Islam” mengatakan "...growth of regional and trans-regional trade, and of urban manufacturing, produced new level of prosperity across the city landscape“ (Matthew S Gordon, The Rise of Islam, Greenwood Press, London, 2005)

Bloom and Blair (2002): "In the Islamic lands, not only Muslims but also Christians and Jews enjoyed a good life”(Jonathan Bloom & Sheila Blair, Islam - A thousand years of faith and power, Yale University Press, London, 2002).

Armstrong (2002): "Muslim scholars made more scientific discoveries during this time than in the whole of previously recorded history“ (Karen Armstrong, Islam - A Short History, Phoenix, London).

Wiet (1971): "People of the west should publicly express their gratitude to the scholars of the Abbasid period, who were known and appreciated in Europe during the Middle Ages"
(Gaston Wiet, Baghdad: Metropolis of the Abbasid Caliphate, University of Oklahoma Press, 1971).

Karenanya, tak pantas kita meragu dan menyia-nyiakan nikmat menjadi seorang muslim dan pejuang Islam. Teruslah melangkah mencari kebenaran, bukan pembenaran. Yakinilah bahwa Islam dengan Khilafahnya mampu menjadi rahmat bagi semesta alam. Wallahu ‘alam bi ash-shawwab.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Terjemahan QS. Al Anbiyaa’: 107).

*Penulis aktivis Muslimah HTI Link Kampus Jember dan mahasiswi S1 Sastra Inggris Universitas Jember, Jawa Timur

 


latestnews

View Full Version