View Full Version
Senin, 09 Dec 2013

Rahasia Keikhlasan dan Shiddiq Bagi Para Mujahid

JAKARTA (voa-islam.com)- Ikhlas dan shiddiq mempunyai rahasia yang sangat mengagumkan di dunia dan diakhirat. Ingatlah! Janganlah kalian berhubungan dengan Allah, melainkan dengan cara shiddiq dan ikhlas. Janganlah kalian membuat tipu muslihat, janganlah takjub dengan diri kalian dan mengucapkan “Bahwasanya aku diberi harta, karena ilmu yang ada padaku”.

Waspadalah kalian,  janganlah sampai setan meniupkan perasaan ujub serta ambsisi untuk dikenal ke dalam urat nadi kalian, atau dorongan untuk menyakiti kaum Muslimin. Maka engkau akan berhadapan dengan  Rabbul Alamin, Dialah yang melawanmu. Orang yang lemah dalam pandanganmu itu, sesungguhnya mendapatkan pembelaan Allah :

“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan peperangan dengannya”.  (Hadist Qudsi).

Adakah engkau mampu menandingi Rabbul Alamin di medan gterbuka dan di dalam pertempuran yang seru? Sesungguhnya yang engkau lawan itu   tidak akan dapat engkau  celakai.

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”.  (QS : Al-Imran : 120)

“Mereka  sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka  berperang dengan kamu, pastilah mereka berbaik-melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat tidak mendapat pertolongan”.  (QS : Ali Imran : 111)

Jika kamu sebagai da’i,  maka berlakulah shiddiq terhadap Allah, dan jika kamu sebagai penulis  maka berlakulah shiddiq terhadap Allah, jika kamu seorang pegawai, maka berlakulah shiddiq kepada Allah.

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar   zarah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakan dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (QS : An-Nisa : 40)

Permulaan Shiddiq

Saya akan bercerita tentang makna shiddiq. Sebuah cerita yang saya dengan Sayyaf (Abdur Rabbi Rasul Sayyaf).  Ia menuturkan, “Kelompok pertama dari da’i di Afghanistan, dalam kesucian, mereka dekat dengan malaikat.

Datanglah Ir.Habiburrahman, orang yang pertamakali mati syahid di Afghanistan. Suatu hari, di kampus, ia mengeluhkan kekerasan hati yang ia rasakan. “Wahi Sayyaf, sadaraku, sya merasakan hati saya keras”. Maka aku pun ganti bertanya kepadanya, “Apakah sebelumnya anda mendapatkan sesuatu yang membuatmu bangga?”. Ia menjawab, “Shiddiq”, saudaraku.

Sebelum masuk kampus ini, saya bisa mendengarkan pohon dan be batuan bertasbih. Namun, sekarang semuanya hhilang ditelan udara kampus yang panas ini”. Sayyaf berkata, “Pemuda ini           adalah orang yang pertama syahid pertamakali di Afghanistan. Insinyur Habiburrahman, Bendahara Umum Harakh Islamiyah Afghanistan.

Sayyaf melanjutkan, “Kemudian, kami bertemu di penjara pada era pemerintrahan Dawud. Saat itu jalan-jalan di sekitar kantor Kementerian Dalam Negeri di tutup, ketika penyiksaan terhadap kami dimulai, agar tidak ada orang luar yang mendengarkan jeritan kmai. Ya, kami menjerit  dari dalam penjara”.

Waktu itu, lanjut Sayyaf, “Saya bergumam dalam hati, adakah di luar sana sekelompok orang mengetahui bahwa ada sekelompok umat Islam yang sedang disiksa karena Allah, dan di jalan Allah? Mereka  disiksa karena Islam,  di lorong-lorong penjara yang dalam ....”

Saat itu, Sayyaf dan lainnya tidak pernah menyangka bahwa tragedi yang menimpa orang-orang shiddiq dan ikhlas dapat berubah dari tragedi kecil dan bersifat lokal, dan hanya  berkutat di lorong kecil, berubah menjadi    tragedi internasional yang mengguncang dunia, serta diperhitungkan oleh negara-negara besar. Itulah shiddiq, kalimat kebenaran, kalimat thoyibah.

“ .. Seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya kepada setiap musim dengan seizin Rabbnya .. (QS : Ibrahim : 24-25)

Mungkin kalian akan bingung sendiri mendengar kisah permulaan jihad Afghan ini. Sayyaf menceritakan, “Saat rezim Dawud berkuasa, saya bertemu 14 orang pemuda dari Harakah Islamiyah di Universitas Kabul. Kepada saya mereka berkata, “Kami telah memutuskan untuk berjihad, namun apakah anda mempunyai satu pistol yang dapat anda sumbangkan kepada kami? Lihatlah, mereka memutuskan untuk berjihad sebelum memiliki pistol!”.

Sayyaf melanjutkan, “Sekian lama saya berusaha untuk mendapatkan pistol itu, namun belum juga berhasil. Kemudian para pemuda itu lari ke Peshawar.  Mereka tetap berikrar untuk melanjutkan jihad. Lalu datanglah Dr.Mohammad Umar dengan satu bom yang dia beli dari Durrah, dan dua pistol yang ia peroleh dari perbatasan Pakistan dan Soviet. Semua itu akan digunakan untuk menyerang markas-markas Dawud yang mulai mewarnai diri dengan warna merah.

Ya, dua pistol dan satu bom! Mereka menempuh perjalanan ribuan kelometer untuk dapat mengarahkan senjata itu ke markas-markas Dawud. Perjuangan yang shiddiq itu tidak akan sia-sia. Namun, dalam pandangan kita hari ini, demikian juga pandangan tentara, dianggap permainan sia-sia yang dilakukan anak-anak kecil.

Tidak, usaha yang shiddiq itu tidak akan sia-sia, tidak akan hilang dterpa angin. Justru dengannya Allah memancarkan niat-niat yang shiddiq pula. Dengan usaha yang terkesan sederhana ini, Allah memencarkan jihad  besar yang mampu menggerakkan dunia Islam khususnya, dan dunia  pada umumnya.

Beberapa hari lalu saya menyaksikan Islam-nya seorang wanita dengan hati yang shiddiq dan niat  yang tenang, ridha, dan ikhlas. Dengannya, Allah akan memunculkan sesuatu yang mem buat orang takjub, baik di dunia maupun di akhirat.

Maka, shiddiq lah kepada Allah dengan sifat shiddiq mu. Sebagaimana sabda Rasullah kepada seorang Badui. Ia datang di awal pertempuran, sehingga Nabi Shallahu’alaihi wassalam pun memberi  ghanimah. Si Badui tersebut berkata, “Bukan untuk ini aku mengikutimu. Aku mengikutimu agar aku terpotong di sini (sambil menunjuk sa tu anggota tubuhnya) lalu aku masuk surga”.

Orang itupun ikut pada peperangan kedua. Rasulullah mencarinya. Kemudian, beliau mendapati  orang tersebut tertancap anak panah di tempat  yang ia tunjuk sebelumnya. Kemudian Nabi Shallahu alaihi wasssalam, bersabda, “Ia telah berbuat shiddiq kepada Allah, maka Allah pun shiddiq kepadanya”.

Maka, berlaku shiddiq kepada  Allah, niscaya Allah akan shiddiq kepadamu. Tolonglah Allah, niscaya Ia akan menolongmu dan meneguhkan langkahmu. *Abdullah Azzam.


latestnews

View Full Version