View Full Version
Sabtu, 02 Apr 2011

Ustadz Sabun Mandi Itu Raih Anugerah Tokoh Perubahan Republika

Jakarta (voa-islam) – Ustadz Sabun Mandi asal Nuuwar (Papua) itu akhirnya mendapatkan anugerah penghargaan Tokoh Perubahan Versi Republika 2010. Ustadz Fadzlan dinilai sebagai tokoh penggerak yang berhasil melakukan perubahan masyarakat Nuuwar melalui pola dakwahnya yang sederhana, unik, menginspirasi dan penuh simpati. Ia ajarkan masyarakat Nuuwar dengan peradaban Islam, dari tidak mandi menjadi mandi, dari tidak berpakaian menjadi berpakaian, dari beternak babi menjadi kambing.

Malam Penganugrahan yang berlangsung di Jakarta Theater, Kamis (31/3/2011) malam itu terselenggara dalam rangka Milad Harian Republika yang ke-18. Diantara tokoh yang hadir antara lain: Ketua MPR Taufik Kemas, Maftuh Batsuni (Mantan Menteri Agama), dan sejumlah menteri lainnya.

Selain Ustadz Fadzlan, anugrah Tokoh Perubahan Republika 2010 yang dinilai berjasa, berperan dan berpengaruh tersebut juga diberikan kepada Jusuf Kalla (Ketua Umum PMI), Asma Nadia (Pendiri Lingkar Pena), Joko Widodo (Walikota Solo), Soelaiman Budi Sunarto (Penemu energi Biotanel), Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan), dan Muhammad Zainul Majdi (Gubernur NTB). “Diharapkan, apresiasi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk juga berprestasi dan bermafaat bagi orang lain,” kata Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha dalam sambutannya.

Da’i di Sarang Misionaris

Muhammad Zaaf Fadzlan Rabbani Al-Garamatan, pria kelahiran Patipi, Fakfak, 17 Mei 1969 ini memulai dakwah Islam di bumi Papua sejak 1985. Fadzlan, lebih senang menyebut Papua dengan sebutan Nuuwar yang berarti cahaya yang menyimpan rahasia alam.

Inovasi dakwah yang dilakukan Ustadz Fadzlan telah menyentuh masyarakat Papua yang sebelumnya jahiliyah menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi peradaban. Sederhana saja, ia kenalkan Islam pada masyarakat Papua melalui sabun mandi. Perlu diketahui, sebelum mengenal Islam, orang Irian terbiasa mandi dengan melulurkan minyak babi ke tubuh mereka. Katanya untuk menghindari nyamuk dan udara dingin. Sejak “berkenalan” dengan sabun mandi, masyarakat Papua itu kini tak lagi menggunakan lemak babi.

Dengan dakwah simpatinya, Alhamdulillah, Ustadz Fadzlan telah mengislamkan 221 suku. Jika dikalkulasi, mungkin sekitar 220 ribu orang Papua pedalaman yang telah memeluk Islam. Kesabarannya berbuah hasil. Ustadz Fadzlan telah mengembalikan kejayaan Islam di bumi Nuuwar yang selama ini dikenal sebagai sarang misionaris (Kristen).

“Kami berdakwah tentang kebersihan secara bertahap. Suatu ketika pernah ada seorang kepala suku yang begitu menikmati sabun mandi. Kemudian tanpa dibilas lagi, kepala suku itu langsung keliling kampung karena merasa senang dengan bau wangi sabun ditubunya,” kenang Fadzlan seraya tersenyum lebar.

Bukan hanya sabun mandi, Ustadz Fadzlan juga mengajarkan masyarakat Nuuwar yang selama ini hanya mengenakan koteka (bagi yang pria) lalu secara bertahap mulai mengenakan pakaian.

“Awalnya kami kenalkan celana kolor, mereka tertawa. Namun, ketika mereka memakainya dan lama-lama enjoy, malah akhirnya malu melepasnya. Lalu kami bawakan cermin. Ketika masih telanjang, mereka takut melihat bayangannya sendiri. Setelah memakai celana dan baju, mereka merasakan perubahan dalam dirinya. Ternyata lebih bagus,” kata Fadzlan yang juga menjembatani generasi Nuuwar untuk mendapatkan beasiswa pendidikan.

“Awalnya kami kenalkan celana kolor, mereka tertawa. Namun, ketika mereka memakainya dan lama-lama enjoy, malah akhirnya malu melepasnya. Lalu kami bawakan cermin. Ketika masih telanjang, mereka takut melihat bayangannya sendiri. Setelah memakai celana dan baju, mereka merasakan perubahan dalam dirinya.

Saat menerima anugrah Tokoh Perubahan Republika 2010, Ustadz Fadzlan mengucapkan terima kasih atas apresiasi yang diberikan oleh Harian Republika.

“Yang pasti, anugrah ini bukan tujuan saya. Hanya ridho Allah lah kami berharap. Anugrah ini seharusnya semakin mendorong saya dan teman-teman seperjuangan untuk terus berdakwah dan mengembalikan kejayaan Islam di bumi Nuuwar,” katanya berharap. ● Desastian

 


latestnews

View Full Version