View Full Version
Senin, 09 Jan 2012

Taushiyah Sesepuh Bangsa Prof.Dr.KH. Ali Yafie Untuk Umat Islam

BINTARO (voa-islam.com) - Prof. Dr.KH. Ali Yafie, ulama ahli fiqih kelahiran Donggala, Sulteng, 1 September 1924 ini adalah mantan Ketua Umum MUI yang menjabat antara 1998-2000 setelah KH. Hasan Basri wafat. Ia juga merupakan tokoh Nahdiyin yang pernah menjadi Rais ‘Aam PBNU pada tahun (1991-1992) menggantikan K.H. Achmad Siddiq yang wafat.

Kyai Ali, sapaan akrabnya dikenal kritis, beliau adalah orang yang sangat tegas menolak maraknya judi SDSB di zaman Orde Baru. Namun demikian Kyai yang banyak berkiprah di dunia akademis ini dikenal sebagai sosok yang lembut dan santun.

Alhamdulillah, Kamis siang (5/1/2012) voa-islam.com bersama KH. Muhammad Said Abdus Shamad dari Makasar bersilaturahmi ke kediaman Prof.Dr.KH. Ali Yafie di Menteng Residence, kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

Di ruang tamu rumahnya Kyai sepuh berumur 87 tahun ini terlihat berjalan tertatih ingin menyambut tamunya sendiri. Setelah bersalaman kami pun berbincang mengenai kondisi umat Islam di Indonesia saat ini yang sedang dilanda berbagai masalah terutama maraknya aliran sesat.

Usai mendengar situasi dan kondisi umat Islam yang kami perbincangkan, cucu dari Syaikh Abdul Hafidz Bugis ulama terkemuka yang menjadi guru besar di Saudi  ini dengan tawadhu mengatakan bahwa dirinya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, bahkan berjalan saja adalah sesuatu yang sulit baginya. Ia juga mengatakan jarang ke luar rumah lantaran dirinya saat ini sering sakit-sakitan.

Namun demikian, meski raganya mulai ringkih tak menjadikannya luput untuk memperhatikan kondisi  umat Islam di negeri ini. Sosok sesepuh bangsa ini pun menitipkan dua point taushiyah kepada voa-islam.com untuk umat Islam pada umumnya dan khususnya para tokoh Islam. Berikut ini adalah kutipan taushiyah Prof.Dr. KH. Ali Yafie.  

“Pertama, saya ingin menyampaikan salam hormat saya kepada seluruh umat Islam, saya ingin mengatakan bahwa kita umat Islam yang mayoritas di Indonesia ini memang harus kita sadari bahwa kita berada di tengah-tengah tantangan yang berat. Oleh karena itu kita harus selalu berlapang dada, bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena memang umat Islam ini dari segi populasinya mayoritas tapi dari segi potensinya minoritas, itu kenyataan. Umat Islam yang dalam posisi seperti itu tidak bisa berbuat banyak kalau keadaannya masih seperti sekarang, bercerai-berai, tidak utuh persatuannya.  

Kedua, bahwa di Indonesia ini ada unsur-unsur umat Islam yang memang biasa diadu domba satu dengan yang lain, baik oleh pihak luar maupun oleh intern sendiri. Jadi sekarang di Indonesia ini mengenai masalah yang menimpa umat Islam Ahlus Sunnah terhadap Syi’ah ditambah Ahmadiyah, adalah masalah yang rumit. Lembaga-lembaga yang memimpin umat Islam seperti MUI, Muhammadiyah, NU itu diharapkan bisa menangani permasalahan itu sehingga dapat membawa umat kita ini kepada posisi yang lebih baik dari yang sekarang. Cuma itu saja pernyataan dari saya, singkat.”

Usai menyampaikan taushiyah, menjelang Ashar kami pun berpamitan. Lagi-lagi beliau berbaik hati mempersilahkan asisten pribadinya yang bernama Mahmud mengantarkan kami dengan mobil pribadi sang Kyai hingga kami mendapatkan kendaraan umum. Semoga taushiyah sesepuh bangsa ini bisa didengar dan dijalankan demi menuju umat Islam yang lebih baik. (Ahmed Widad)


latestnews

View Full Version