View Full Version
Sabtu, 03 Nov 2012

H.Anton Medan Terpilih sebagai Ketua Umum PITI Periode 2012-2017

JAKARTA (VoA-Islam) – Mantan preman H. Anton Medan akhirnya dikukuhkan sebagai Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Periode 2012-2017. Dai bernama lengkap Muhammad Ramdhan Effendi menorehkan pengalamannya selama hidup di bilik penjara dalam sebuah buku. Dalam kesempatan itu, juga diluncurkan buku berjudul “Aku Bukan Penjahat”. Rencananya, buku akan disebar di seluruh lembaga pemasyarakatan Indonesia.

Rupanya, promosi Anton Medan dalam ajang pengukuhan ini menarik banyak orang membeli bukunya. Buktinya, ada dari mereka yang mengatasnamakan pribadi, institusi, dan pemerintah membeli buku Anton Medan.Bahkan, Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok membeli 100 eksemplar buku karya Anton Medan. Ia berharap dari buku ini, akan lahir banyak Anton Medan.

Di penjara juga Anton Medan mendapat hidayah sampai memeluk Islam. Aktifitasnya kini berkutat pada dunia dakwah dari penjara ke penjara. Anton Medan juga sekaligus pengasuh Pondok Pesantren At-Thaibin, Cibinong, Jawa Barat.

Anton Medan yang memiliki nama Tionghoa, Tan Kok Liong, dalam Pengukuhan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PITI Periode 2012-2017 di Sands International Restaurant, Mangga Dua Square, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu (27/10/2012) mengatakan, akan terus merangkul semua komponen warga Tionghoa untuk menyikapi dan berpartisipasi dalam perjalanan bangsa Indonesia ke depan.

"Di konstitusi kita tidak mengenal Tionghoa, Sunda, Jawa. Justru Islam itu membebaskan manusia dari ras diskriminasi. Itu yang kita wujudkan. Kalau ada kyai atau ustadz mengatakan dia China, saya suruh dia mengaji lagi," ujar Anton.

Kata Anton, pengukuhan pengurus PITI juga merangkul Tionghoa non-Muslim.
Menurutnya, membangun bangsa menjadi kewajiban semua pihak tanpa memandang etnis, suku, agama, dan latarbelakangnya. "Dengan bergabungnya lintas etnis dalam keanggotan ini nantinya diharapkan mampu memberikan kontribusi serta menciptakan sinergi dalam pemberdayaan bagi anggota, masyarakat muslim lainnya, dan menjadikan perekat sesama non muslim Tionghoa melalui PITI, jadi siapapun bisa bergabung menjadi anggota, " tambahnya

Semua pengurus PITI yang berada di daerah harus bisa menjadikan PITI sebagai organisasi yang berbasis keagamaan, ekonomi, sosial dan budaya yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silaturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam.

"Mari sama-sama kita jadi kan organisasi ini sebagai tempat silaturahmi, saling menyokong dan sebagai tempat belajar ilmu agama karena pastinya banyak juga Etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam, " ucapnya.

"Pengembangan dakwah yang dijabarkan oleh Pengurus PITI periode 2012—2017 bukan hanya dakwah bil lisan tetapi juga dakwah bil hal secara terformat melalui kegiatan bidang-bidang ataupun departemen-departemen yang mencakup sektor-sektor ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan komunikasi antar komunitas, "jelasnya.

Masih kata Anton, meski PITI berdiri sejak 1961, tak melulu kegiatannya terfokus hanya pada pengajian saja. Tapi juga membangun ekonomi secara konkret, dengan merangkul masyarakat Tionghoa non-Muslim."PITI harus mampu menggandeng komponen bangsa. Saya meminta warga Tionghoa bertanggungjawab membangun bangsa. Kita lahir kebetulan sebagai Tionghoa. Kita tak meminta jadi Tionghoa. Tapi kita dituntut membangun negeri ini," tandasnya. Desastian


latestnews

View Full Version