JAKARTA (voa-islam.com) – Ketua Umum Yayasan Selamatkan Anak Bangsa, Fahira Idris mengakui , dalam jejaring social twitter ia memiliki 15.000 followers. Setiap harinya, ada 1000 mention dalam bentuk pertanyaan. Namun tidak semua pertanyaan dapat ia dijawab.Nah, melalui Yayasan Selamatkan Anak Bangsa, Fahira mengkampanyekan gerakan moral kepada masyarakat, bukan hanya gerakan anti miras, tapi juga gerakan anti LGBT.
Keprihatinan Fahira terkait LGBT adalah ketika ia mengetahui adanya penyebaran buku LGBT ke sekolah-sekolah. Hatinya tergerak dan merasa terpanggil untuk mencegah penyebaran LGBT tersebut. “Saya melihat ada grand design untuk merusak anak-anak kita, dalam hal ini anak bangsa secara keseluruhan. Khususnya lagi generasi muda Islam.”
Keprihatian Fahira lainnya adalah mengkampanyekan “Gerakan TV Sehat” yang tujuannya melindungi anak bangsa dari tontona yang tidak mendidik. “Saya melihat belum ada NGO yang menangani soal gerakan anti miras dan LGBT secara khusus. Kalau Narloba sudah ada BNN yang menanganinya. Begitu juga pegiat anti rokok sudah banyak sekali,apalagi gerakan anti rokok diback up oleh perusahan farmasi yang punya dana besar untuk itu.”
Saat ini progress dari Yayasan Selamatkan Anak Bangsa, khususnya gerakan anti miras adalah dengan melakukan pelatihan kepada para dokter, guru, dan anggota DPR. Yang sudah dilakukan yayasan ini dalam mengkampanyekan gerakan anti miras adalah mendatangi minimarket, hypermarket dan warung-warung yang menjual miras. Itu dilakukan dalam rangka tabayun dan memberi penyadaran tentang bahaya miras.
“Kami punya volunteer yang mendatangi minimarket, hypermarket dan warung-waruung yang menjual miras. Kami temui Manajernya. Bahkan Sevel(Seven Eleven) pernah didatangi seraya memberikan stiker sekaligus member edukasi kepada kasirnya untuk berani menolak anak muda dibawah 21 tahun membeli miras. Caranya dengan menanyakan KTP yang bersangkutan apakah berusia dibawah 21 tahun atau tidak. Hanya itu yang baru bisa kami lakukan.”
Fahira mengakui, gerakan moral ini tidak punya otoritas untuk menindak. Karena memang bukan polisi. “Kami hanya bisa menghimbau. Kami kirim agen untuk memantau. Kami tidak punya power untuk itu. Karenanya kami akan mengusahakan untuk menggandeng pihak Polda dan gubernur di setiap kota. Sehingg program anti miras ini seharusnya menjadi program bersama.”
Hal yang terus dilakukan Yayasan Selamatkan Anak Bangsa adalah dengan melibatkan pihak sekolah untuk mendorong gerakan anti miras ini. Dalam waktu dekat, Agustus 2013 nanti, akan dideklarasikan gerakan anti miras, sekaligus memilih duta miras untuk membantu mengkampanyekan gerakan ini.
"Saat ini ada 25 pejuang atau relawan (voluenteer) gerakan anti miras. Dalam deklarasi nanti, setidak setiap kota besar harus ada perwakilannya. Mulai dari Surabaya, Bali, Makasar, Medan, Palembang, Papua, dan sebagainya.”
Pendekatan yang dilakukan adalah setiap relawan ditugaskan mendatangi 5 restoran yang ada wilayahnya masing-masing. Sang relawan itu mendatangi owner tokonya, lalu ditanya apakah menjual miras. Bila tidak jual, lalu dibuat penandatangan (MoU) dengan kedua belah pihak. Tokonya kemudian di tempel stiker anti miras. Setidaknya dengan MoU ini, sang owner akan berpikir lagi untuk tidak menjual miras. Sehingga gerakan moral tidak sekedar lips service.[desastian]