View Full Version
Jum'at, 05 Oct 2012

PKS Tidak Pernah Akan Bisa Bangkit Lagi?

Jakarta (voa-islam.com) PKS tidak mungkin akan dapat bangkit lagi. Apalagi di pemilu 2014. Bahkan berbagai prediksi dan jajak pendapat yang ada, kemungkinan besar, PKS tidak  akan mencapai PT (Parlemen Threshold).

Rakyat sudah sangat jengah dan muak terhadap perilaku politik PKS, yang sangat oportunis dan pragmatis. Tidak memiliki gambaran jelas dalam berpolitik. Rakyat mengalami antiklimaks terhadap PKS, yang dahulunya rakyat mengharapkan PKS menjadi alternatif, dan sebagai solusi masadepan, ternyata PKS, hanya lah "copy paste" dari rezim Orde Baru belaka.

Tentu, yang lebih menyakitkan lagi, PKS pernah memintakan maaf bagi Soeharto kepada Presiden SBY, dan bahkan memberikan gelar pahlawan, serta mengangkat Soeharto sebagai "guru bangsa". Ini sangat tidak dimengerti oleh kalangan reformis, yang sudah berkalang melawan penindasan Soeharto selama tiga dekade.

Sekarang  PKS mengubah paradigma politiknya, dan menjadi partai terbuka yang sangat pragmatis, dan mengubah jati dirinya, partai yang mula-mula menginginkan kehidupan yang bersih, dan memiliki kepedulian, tiba-tiba semuanya berubah l80 derajat. Tak nampak lagi dalam perilaku politiknya yang menunjukan sebagai partai yang bersih, dan memiliki kepedulian terhadap nasib rakyat.

Selama menjadi bagian koalisi pemerintahan SBY tak ada yang nampak langkah-langkah politik, yang lebih berpihak kepada rakyat. Selama berada dalam pemerintahan SBY hanyalah menjadi "stempel" belaka.

Apalagi, sampai ada keinginan membela kepentingan umat Islam, khususnya dalam berbagai kebijakan pemerintah yang terasa merugikan terhadap umat, termasuk sikap aparat keamanan terhadap langkah-langkah yang eksessif (berlebihan) terhadap mereka yang menjadi tersangka terorisme.

Hal itu, sangat nampak sejak tahun 2004, hingga sekarang ini.Orientasi kekuasaan sangatlah kental. Tanpa ada prinsip-prinsip yang jelas, khususnya dalam berpolitik. Termasuk dalam melakukan koalisi politik. Sangat longgar. Tanpa ada batas-batas yang jelas. Karena orientasinya kekuasaan semata.

Tetapi, perubahan paradigma yang sangat mendasar PKS itu, tak terlepas dari dua orang arsitek politik dan "mastermind"  PKS, yaitu Ketua Dewan Syuro PKS, Hilmi Aminuddin, yang merupakan anak tokoh DI/TII, Danu Mohammad Hasan yang mempunyai hubungan dekat dengan Jenderal Ali Murtopo, yang pernah menjadi Opsus (Bakin), serta  Sekjen PKS Anis Matta, yang sudah menjadi Sekjen  beberapa  periode.

Di tangan kedua tokoh itulah, kondisi PKS seperti sekarang ini. Selama kedua tokoh itu masih tetap bercokol di PKS dengan agenda, dan sikap serta orientasi semata-mata pada kekuasaan, dan mengedepankan pragmatisme dan oportunisme berpolitik,  maka tak mungkin PKS akan dapat bangkit lagi.

Di Hotel Rizt Carlton, Ketua Dewan Syuro PKS, HIlmi Aminuddin, mendeklarasikan PKS sebagai partai terbuka. Bahkan, di depan Presiden SBY dan Ibu Ani, Hilmi mengatakan, bahwa kebersamaan dalam koalisi dengan Pemerintahan SBY, bukan hanya taktik strategis politik, tetapi merupakan iman dan aqidah, tegas Hilmi. Pernyataan Hilmi Aminuddin itu, disampaikan di tengah-tengah berlangsungnya Munas, di bulan Juni 2010. Betapa pragmatis sikap politik PKS.

Rakyat sudah "hopeless" terhadap PKS, dan sudah tahu apa yang sebenarnya, jati diri PKS sekarang ini. Politik yang diperlihatkan PKS sejak tahun 2004 itu, tak ada sedikitpun yang memperlihatkan keperbihakan kepada Islam dan rakyat secara umum.

Apalagi, menegaskan dalam penegakkan syariah Islam, yang ada justeru sebaliknya menolak syariah Islam. Karena itu, sepanjang tahun ini, dukungan rakyat terhadap PKS terus melorot, seperti yang terjadi dalam Pemilukada di  DKI. Di mana Hidayat Nurwahid hanya mendapatkan suara 11,7 persen.

Sekalipun demikian, masih ada yang merasa optimisme PKS dalam menghadapi Pemilu 2014 mendatang, seperti yang disampaikan Ketua Fraksi PKS DPR RI Hidayat Nurwahid. Hidayat yakin, PKS sebagai partai Islam tetap diminati masyarakat. “Survei-survei yang pernah dirilis mengatakan bahwa partai Islam akan berakhir di pemilu 2014, belum bisa dibuktikan," kata Hidayat di Jakarta, Kamis (4/10/2012).

Lebih lanjut Hidayat menyebutkan, banyak faktor yang tidak masuk dalam hitungan survei yang diselenggarakan oleh lembaga survei tersebut. Kendati demikian, kata Hidayat, sebagai sebuah indikator survei, hasil itu bisa dijadikan lecutan semangat dalam meningkatkan kerja-kerja partai-partai Islam Indonesia menghadapi pemilu 2014. "Tapi survei bukan satu-satunya faktor penentu dalam pemilu 2014 kelak, masih banyak faktor lain,” tambah mantan Ketua MPR ini.

Dalam berbagai riset politik, elektabilitas PKS jeblok dibanding hasil Pemilu 2009 lalu yang mencapai 7,5 persen. Riset politik Charta Politika yang digelar pada 8-22 Juli 2012 lalu menempatkan PKS hanya memperoleh dukungan responden sebesar 3,9 persen.

Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menjelang jelang Pemilukada DKI Jakarta pada 7-11 September lalu juga mengungkapkan penurunan suara PKS menjadi 10,7 persen yang sebelumnya dalam Pemilu 2009 mencapai 18 persen.

Sekarang mulai dicoba kembali PKS, dan ingin menunjukkan partai yang dekat dengan Islam. Aksi-aksi yang muncul belakangan, mengingatkan identitas PKS saat sebelum Munas PKS pada 2010 lalu di Ritz Carlton, Jakarta. Seperti respons aktif dalam tragedi Rohingya, Myanmar, respons film Innocence of Muslims serta ide mengganti logo palang merah menjadi bulan sabit.

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Burhanuddin Muhtadi menilai memang ada upaya PKS untuk mengembalikan kepercayaan basis tradisionalnya. "PKS menyadari, pilihan partai terbuka ternyata bumerang dalam Pemilu 2009 lalu," ujar Burhan, Kamis malam.

Upaya mengembalikan dukungan basis tradisional PKS tersebut, lanjut Burhan, diwujudkan dengan aksi-aksi partai dalam merespons isu yang bersinggungan dengan Islam. "Serta memasang kembali orang-orang faksi keadilan yang relatif tidak memiliki resistensi baik di internal maupun eksternal. Seperti menempatkan Hidayat Nurwahid sebagai Ketua Fraksi dan Almuzammil Yusuf sebagai Wakil Ketua Komisi III," papar Burhan.

Apakah mujarab strategi PKS untuk meraup dukungan dari pemilih? Burhan menegaskan untuk menjawab hal tersebut harus dilakukan survei. "Yang pasti dalam survei terakhir, PKS di angka 4-5 persen," kata Burhan.

Perubahan yang bersifat kosmetik ini tidak akan banyak pengaruhnya bagi rakyat. Rakyat dan umat Islam menginginkan langkah-langkah konkrit dari PKS. Apalagi, gaya  hidup para pemimpin PKS, banyak yang "borju", tak ada pemimpin PKS, yang badannya kurus kering, seperti rakyat jelata. Ini tidak mencerminkan adanya sikap keberpihakan terhadap nasib rakyat.

Jangan mimpi PKS akan dapat seperti Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP), Mesir, selama  PKS dikendalikan oleh Hilmi Aminuddin dan Anis Matta. Semuanya itu, sudah dibuktikan sepanjang tahun 2004, sampai hari ini, bagaimana kedua tokoh yang di taati kadernya dalam mengelola partai yang sangat pragmatis dan oportunistik.  sh/ilh


latestnews

View Full Version