View Full Version
Kamis, 01 Nov 2012

Kunjungan SBY, Antara Sanjungan dan Kecaman

London (voa-islam.com) Ini merupakan kunjungan kesekian kalinya, Presiden SBY dan Ibu Ani melakukan lawatan keluar negeri. Di tengah-tengah berbagai persoalan yang mendera bangsa ini.

Termasuk berlangsungnya kerusuhan di berbagai wilayah seperti di Ambon, Papua, Lampung, Makassar, Poso, dan Aceh.

Selain itu, pemerintah masih menghadapi situasi ekonomi yang berat, akibat dampak resesi ekonomi global. Termasuk kemelut politik yang terus berlanjut diantara partai-partai politik, yang sekarang sudah ancang-ancang melakukan berbagai manuver politik menghadapi pemilu 2014.

Partai Demokrat menghadapi krisis yang hebat, akibat korupsi yang menimpa sejumlah tokohnya. Di mana banyak tokoh-tokoh puncak Demokrat yang masuk bui, akibat korupsi. Bisa-bisa ini akan berdampak sangat negatif bagi Demokrat di tahun 2014 nanti.

Namun, situasi yang ada di dalam  negeri tak menyurutkan keputusan Presiden SBY melakukan kunjungan ke Inggris, yang sudah dijadwalkan itu.

Di Inggris Presiden SBY mendapatkan sambutan yang hangat dari Ratu Elizabet II, dan dalam jamuan makan malam kenegaraan di Istana Buckingham, London, Rabu malam (Kamis pagi), keduanya saling memuji antara Ratu Elizabeth dan Presiden SBY. Bahkan Ratu Elizabeth memberikan anugerah  gelar kepada Presiden SBY, "Knight Grand Cross", sebuah bintang jasa yang  luar bisa dari Ratu Inggris.

Ratu Elizabeth, dalam sambutanya memuji Presiden Yudhoyono yang telah mampu melakukan reformasi dan transformasi sehingga demokrasi berkembang dan perekonomian semakin kuat dan disegani oleh dunia.

"Di bawah kepemimpinan anda, Pak Presiden, Indonesia telah menunjukan kinerja transformasi yang mengagumkan. Saat ini Demokrasi telah berkembang dan menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat yang memainkan peran lebih besar di tingkat internasional," katanya.

Menurut dia, Indonesia saat ini, sangat berbeda dengan saat kunjungan kenegaraan yang dilakukannya bersama Pangeran Philip pada 1974 ketika dipimpin Presiden Soeharto.

Sementara itu, Presiden Yudhoyono dalam sambutan jamuan santap malam tersebut memuji Ratu Elizabeth II yang telah memimpin Inggris selama lebih dari enam dasarwasa dan mampu menjadikan Inggris sebagai negara yang kuat, aman dan sejahtera pascaperang dunia II.

Presiden menilai, Ratu Elizabeth merupakan salah satu pemimpin yang menjadi inspirasi bagi dunia atas keteguhan, dedikasi dan loyalitas dalam menjalankan tugas kenegaraan dan menjadi pelayan masyarakat.

"Paduka yang mulia telah menjadi simbol stabilitas dan keberlanjutan, di tengah fase perubahan dunia," kata Presiden yang memberikan sambutan dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu, dalam jamuan santap malam kenegaraan tersebut, Presiden Yudhoyono juga menyampaikan selamat atas ulang tahun berlian (60 tahun) tahta Ratu Elizabeth II.

Namun, kunjungan Presiden SBY ke London tak terlepas dari kecaman oleh kelompok yang menentang kedatangan Presiden SBY. Mereka melakukan kampanye luas di London, yang menolak kedatangan Presiden SBY dan rombongan yang mengunjungi Inggris.

Bahkan, sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disayembarakan untuk ditangkap di Inggris. Imbalannya US$ 80 ribu atau setara Rp790 juta.
Sayembara itu jelas sangat menganggu SBY, yang hari-hari ini berada di London, dan harus menerima aksi penolakan oleh berbagai aktivis Indonesia yang sekarang berada di London.

Bahkan sampai membuat Presiden tak nyaman. "Kami sudah komunikasi dengan Kedutaan Inggris di Jakarta. Terus terang ini mengganggu hubungan baik kedua negara. Ini tak nyaman bagi kami, perlu diluruskan," kata juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di Istana Presiden, Rabu (19/9).

Adalah Ed Mc Williams, orang yang mengaku aktivis The West Papua Advocacy Team (WPAT), yang menawarkan hadiah US$80 ribu bagi warga Inggris yang berhasil menangkap SBY. Sayembara dari Ed McWilliams kemudian dimuat siaran radio Selandia Baru, www.rnzi.com, Jumat (14/9), dengan waktu posting pukul 01.54 waktu setempat.

Williams menyebutkan, kenapa SBY perlu ditangkap, karena aparat pemerintah Indonesia telah membunuh lebih dari 500 ribu warga Papua selama menduduki wilayah Papua Barat.

Gerakan separatis Papua yang sekarang berada di Inggris itu, tentu membuat kunjungan Presiden SBY menjadi sangat tidak nyaman. af/hh


latestnews

View Full Version