View Full Version
Senin, 28 Oct 2013

Erdogan, Hijab, dan Generasi Baru AKP di Turki

Istambul (voa-islam.com) Turki menganut sekuler, dan segala berbahu Islam akan dilarang. Itu sejak Kemal At-Turk dari 1924, sampai hari ini. Tetapi, larangan itu perlahan-lahan pudar, dan mulai diizinkan Muslimah menggunakan hijab (jilbab). Dua tokoh utama Partai berkuasa AKP Turki, menggunakan hijab saat menghadiri sidang di perlamen, sebelumnya tabu.

Partai Keadilan dan Pembangunan Partai ( AK Party ) wakil dari Konya, dan seorang pengacara yaitu Gulay Samancı menyatakan, memutuskan mengenakan hijab setelah melakukan ibadah haji di Makkah tahun ini, saat menghadiri sidang Parlemen, Sabtu, 26/10/2013.

"Saya telah menyelesaikan ibadah haji, dan kembali ke Turki mengenakan hijab. Mulai sekarang sampai selamanya. Saya akan hidup dengan cara ini", tegasnya.

"Turki  mengambil langkah besar dalam menerima setiap  perbedaan mereka, dan menghormati gaya hidup serta pikiran mereka. Jadi, saya tidak percaya bahwa ada masalah dengan orang-orang menerima satu sama lainnya untuk memakai hal-hal yang mereka inginkan sesuai dengan keyakinan atau pilihan hidup mereka", kata Samancı. Selanjutnya, ia  menambahkan bahwa tidak ada yang melarang memiliki hak, dan melakukan diskriminasi terhadap orang lain berdasarkan agama mereka, keyakinan, jenis kelamin, ras atau pikiran, ungkap Samanci.

Sebelumnya, Kahramanmaras wakil AKP dari Sevda Beyazit Kacar menyatakan bahwa dia akan menghadiri parlemen dengan jilbab setelah melakukan haji.

Keputusan datang setelah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bulan lalu bahwa larangan jilbab bagi kebanyakan pekerja sektor publik akan dihapus. Erdogan melangkah-langkah besar menuju ke arah Islamisasi, setahap-tahap, termasuk diizinkannya setiap warga negara Turki menggunakan hijab, karena itu sesuai dengan keyakinannya.

Erdogan tokoh baru di dunia Islam yang memiliki pandangang sangat jelas, bagi memperjuangkan setiap kepentingan Muslim di dunia Islam. Erdogan memiliki keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi Muslim di berbagai negara seperti Palestina, Somalia, Rohingya. Bahkan terhadap kondisi Muslim di Mesir.

Erdogan sampai hari ini mendukung Ikhwan di Mesir, dan tetap mengakui Mohamad Mursi sebagai presiden Mesir yang sah. Erdogan juga menolak mengakui pemerintahan rezim militer di bawah Jendral Abdul Fattah al-Sisi. Para penguasaha Turki meninggalkan Mesir, dan mengakibatkan Mesir menjelang kebangkrutan. Turki membantu para pejuang Suriah mengkahiri kekuasaan rezim Bashar al-Assad.

Erdogan hendak melakukan kunjungan Gaza, membuka blokade yang dilakukan oleh Zionis-Israel sejak tahun 2007, sampai hari ini, tetapi militer Mesir melarang Erdogan masuk ke Gaza. Erdogan juga menghentikan hubungan diplomatik dengan Israel, dan membatalkan semua kerjasama dengan Israel, termasuk kerjasama dibidang pertahanan dan intelijen.

Erdogan bisa berdiri sejajar dengan Barack Obama tanpa merasa rendah diri. Ekonomi Turki tetap stabil dan tumbuh, kendati negara-negara Uni Eropa menghadapi krisis yang hebat, tetapi tidak berdampak terhadap kehidupan ekonomi Turki. Turki ekonomi menjadi nomor empat di daratan Eropa. Sekarang,di tengah krisis, dan Eropa kembali mengajak Turki sebagai mitra membangun ekonomi Eropa.

Erdogan juga berhasil menempatkan militer Turki pada posisi yang tepat, sebagai penjagama keamananan negara, dan tidak lagi terlibat dalam politik, sehingga militer Turki tidak lagi dapat melakukan intervensi terhadap setiap kebijakan yang diambil oleh otoritas sipil.

Di bawah Erdogan, Turki muncul generasi baru kepemimpin di Turki, dan memberikan optimisme yang baru. Tokoh dibawah Erdogan dan Presiden Mohamad Gul, Wakil Perdana Menteri Bulan Evrin, termasuk arsitek kebijakan luar negeri Turki, Ahmed Davotuglu, nampaknya akan membawa baru bagi kehidupan Dunia Islam. Di tengah-tengah pesimisme yang sekarang melanda seluruh kawasan.

Erdogan dan Abdullah Gul yang memiliki latar belakang kebesaran dengan sejarah Khilafah Otsmani, dan ada tokoh penakluk kekaisaran Bizantium (Imperium Nasrani) seperti Mohamad al-Fatih, nampakanya akan terus beranjak menuju upuk baru peradaban Islam.

Kebangkitan Islam nampak di Turki, dan bersamaan datang para ilmuwan di Turki, dan membuka pusat-pusat kajian Islam, termasuk berkumpulnya tokoh-tokoh Gerakan Islam dari seluruh penjuru dunia. Mereka terus membangun komunikasi dan dialog, bertujuan menguatkan hubungan diantara mereka, dan mulai nampak hasilnya. af/hh

 


latestnews

View Full Version