View Full Version
Kamis, 12 Dec 2013

Negara-negara Arab Teluk Loyo dan Ketakutan Menghadapi Iran

DOHA (voa-islam.com) - Para pemimpin  Dewan Kerjasama Teluk ( GCC ) menyetujui pendirian struktur komando militer terpadu yang dapat memerangi ancaman ke wilayah itu dibawah kendali Amerika, Rabu, 11/12/2013.

GCC berdiri tahun 1981, tujuan didirikan GCC meningkatkan hubungan politik , ekonomi dan keamanan di antara  enam negara, yaitu Arab Saudi , Uni Emirat Arab , Kuwait , Oman , Qatar , Yaman dan Bahrain. 

David Weinberg , Senior Fellow di Lembaga Pertahanan Demokrasi , sebuah “think-thank” Yahudi, dan  mengatakan kepada Al Arabiya News, bahwa KTT itu langkah menuju kesatuan GCC .

"Negara-negara Teluk memiliki  warisan budaya , politik , dan strategi keamanan  secara menyeluruh,  karenanya KTT GCC  merupakan langkah penting, menuju aspirasi bersama tentang kesatuan di Teluk , " kata Weinber .

Selama berlangsungnya  KTT  itu, para  pemimpin  negara-negara Teluk memuji  adanya kesepakatan dan “orientasi baru”, khususnya menghadapi  Iran  dikawasan itu.

Namun, sudah dapat dipastikan GCC tidak akan memiliki taring apapun, khususnya menghadapi ekspansi dan agresi Iran, di kawasan Teluk, karena negara-negara GCC itu, tidak memiliki pasukan militer yang tangguh,  dan sangat tergantung kepada “bos” Amerika.

Para pemimpin GCC itu sangat masygul, sesudah adanya perjanjian di Jenewa, di mana Amerka dan lima anggota DK PBB, bersama dengan Iran, menyetujui perjanjian nuklir, akhir Nopember lalu. Ini otomatis, Iran menjadi sekutu baru bagi Amerika, dan Amerika tidak lagi tergantung kepada negara GCC, terutama Saudi.

Para Raja Arab (monarki) mengatakan mereka  “menyambut orientasi baru oleh pemimpin Iran terhadap Dewan Kerjasama Teluk, dan berharap itu akan diikuti oleh langkah-langkah konkret yang akan berdampak positif perdamaian regional”.

Sikap akomodatif GCC terhadap Iran menggambarkan negara di kawasan Teluk yang tergabung dalam GCC itu, menujukkan sudah “loyo”, dan sangat tergantung kepada Amerika 100 persen, tidak berani menghadapi Iran, sebagai kekuatan “Syiah” yang menjadi ancaman laten bagi negara-negara GCC.

Beberapa analis mengatakan langkah menciptakan komando gabungan militer negara-ngera GCC secara terpadu, kemungkinan menghadapi ancaman militer oleh Iran, dan secara politik mengngambarkan betapa pengaruh Amerka terhadap negara-negara GCC, dan ketergantungan mereka terhadap Amerika. 

GCC awalnya didirikan melawan pengaruh Iran di Teluk dan Timur Tengah. Karena, mayoritas negara-negara GCC, dibawah pengaruh Saudi, sejatinya menjadi simbol dari kelompok Sunni.

“Pengumuman ini harus dibaca dalam secara  simbolik . Ini adalah tanda pengaruh  Iran dan Amerika Serikat , " Matteo Legrenzi , seorang profesor hubungan internasional dan studi Teluk di Ca ' Foscari University of Venice , mengatakan kepada Al Arabiya News.

"Negara-negara GCC mencoba untuk mengatakan kita berdiri bersama-sama dan siap  menghadapi Iran , jika perlu , " tambah Legrenzi. 

" Pesan itu mengirimkan sinyal politik ke Amerika Serikat dengan mengatakan negara-negara GCC yang tidak senang dengan kebijakan Amerika di wilayah itu, , mengenai Suriah dan perjanjian baru dengan Iran , " tambahnya.

Beberapa pemimpin negara Teluk, termasuk Arab Saudi , yakin Amerika Serikat tidak memperhitungkan kepentingan negara-negara GCC,  usai  Washington bermesraan dengan  Teheran.

Ini  adalah resiko yang harus dibayar oleh negara GCC yang tidak mau bertumpu kepada rakyatnya, dan mau  membela kepentingan Islam, dan sebaliknya memerangi orang-orang yang menegakkan Islam, seperti  yang terjadi di negara-negara Teluk , dan menuduh mereka sebagai “teroris”.

Al - Shelaimi mengatakan jika negara-negara GCC berjuang  mengadopsi penyatuan mirip dengan Uni Eropa , dalam bentuk kolaborasi antara,”faktor militer dan politik”  yang paling masuk akal dan dijalankannya. Langkah itu, penyatuan GCC Perintah ,  merupakan langkah menuju sistem pertahanan di negara-negara Teluk .

“Salah satu prinsip utama perang adalah koordinasi . Adanya kesatuan komando  akan membantu  mengkoordinasikan kegiatan  militer antara negara-negara GCC , seperti udara, darat dan kegiatan maritim. Ini bisa menutup kesenjangan antara kemampuan militer negara-negara GCC , " katanya .

Al – Shelaimi, mengatakan  komando gabungan  bisa menguntungkan dari berbagai sistem senjata di Teluk , mengingat fakta negara-negara GCC mencari sumber yang berbeda  dalam membeli senjata mereka , termasuk Perancis , Inggris dan Amerika Serikat. 

GCC hanyalah “merek dagang” baru yang dibuat oleh para pemimpin negara-negara Arab Teluk, yang kalah dalam manuver politik menghadapi Iran.

GCC selama ini hanyalah menjadi jajahan Amerika, dan sarana menghancurkan Muslim, di kawasan itu, dan tunduk kepada kepentingan Zionis-Israel menggunakan tangan “proxy” Amerika, dan ini tidak pernah disadari oleh para pemimpin GCC, dan justru mereka menyediakan diri menjadi “kacung” Zionis dan Barat. *mhs/aby


latestnews

View Full Version