View Full Version
Jum'at, 28 Feb 2014

Israel Dengan Tangan AS Ingin Melanggengkan Jajahan di Palestina

RAFAH (voa-islam.com) - Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengusulkan kepada Palestina, bahwa ibukota negara Palestina di masa depan Beit Hanina, Yerusalem Timur, yang direbut Israel dalam perang tahun 1967, koran Palestina Al - Quds melaporkan pada hari Kamis, 27/2/2014.

Menurut surat kabar Al-Qud, usulan Kerry, ibukota Palestina yang akan terletak hanya sebagian kecil dari Yerusalem Timur. Ini artinya AS tidak menyetujui Yerusalem menjadi ibukota Palestina, dan menyerahkan Yerusalem kepada penjajah Zionis-Israrel. Dari sikap John Kerry ini, sejatinya perundingan damai itu, sudah tidak berguna lagi.

Presiden Palestina marah Mahmoud Abbas, sangat marah, dan meninggalkan pertemuannya dengan Kerry pekan lalu marah. Abbas mengancam membatalkan semua kerangka kesepakatan yang sudah dicapai.

John Kerry, dikatakan nampaknya sepenuhnya mengadopsi posisi Israel, termasuk menuntut agar Palestina mengakui Israel sebagai negara Yahudi dan mempertahankan sepuluh blok permukiman Israel di Tepi Barat sebagai bagian dari pertukaran wilayah yang sekarang disengkatakan.

Kerry juga mengisyaratkan bahwa Lembah Yordan tidak akan menjadi bagian dari negara Palestina masa depan, dan menolak kehadiran internasional di wilayah Palestina, ketika Israel menarik keluar .

Sementara itu, New York Times melaporkan bahwa Presiden AS Barack Obama memutuskan melakukan campur tangan dalam pembicaraan damai itu, dan akan melakukan “tekanan kedua belah pihak”, agar mencapai kesepakatan kerangka kerja dalam batas waktu yang ditetapkan.

Obama bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada hari Senin mendatang, dan mengundang Abbas mengunjungi Washington bulan Maret mendatang.

Mengenai kemungkinan perpanjangan perundingan antara Palestina dan Israel setelah batas waktu berakhir April mendatang, Kerry mengatakan kepada wartawan bahwa pihak AS mengambil waktu tujuh bulan, guna mencapai pemahaman tentang posisi mereka.

Kerry tidak yakin perundingan itu harus memakan waktu sampai sembilan bulan. “Saya sangat berharap kita harus bisa membuat kedua belah pihak mengambil apa yang diperlukan untuk memasuki tahap yang paling penting, yaitu tahap akhir. Untuk menegosiasikan status akhir didasarkan pada kerangka yang jelas dan spesifik”, ujar Kerry.

Perundingan antara Palestina dan Israel yang ditengahi AS itu, nampaknya hanyalah akan merugikan kepentingan masa depan bangsa Palestina. Israel tidak akan pernah akan mundur dari wilayah-wilayah yang diduduki sejak perang tahun l967, seperti yang menjadi tuntutan bangsa Palestina.

Israel juga menolak kembali rakyat Palestina ke negara mereka, di mana sekarang ini hampir 7 juta bangsa Palestina yang diaspora (menyebar) di berbagai negara di dunia. Israel juga tidak mau menerima tuntutan bangsa Palestina, Yarusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina.

Lalu, apa gunanya berunding dengan Israel, yang ditengahi oleh AS itu? Sejatinya Zionis-Israel ingin melanggengkan jajahannya atas rakyat Palestina dengan menggunakan tangan AS. (afgh/mem/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version