View Full Version
Rabu, 04 Jun 2014

Raja Abdullah Memuji Pembantai Rakyat Mesir Al-Sisi

RIYAD (voa-islam.com) - Entah apa yang ada di dalam hati dan kepala Raja Arab Saudi, Abdullah yang menjadi kaki tangan Amerika dan Israel itu, justru memberikan pujian kepada al-Sissi yang sudah membunuhi ribuan Muslim Mesir, yang mendukung Presiden Mursi.Seperti tidak masuk akal. Padahal, Raja Abdullah, pasti tahu membunuh Muslim tanpa haq itu, dosanya sangat besar.

Di dalam pernyataannya usai pemilu presiden Mesir, Raja Arab Saudi, Abdullah, memuji pemilihan mantan panglima militer Abdel al-Sisi sebagai presiden Mesir sebagai "hari bersejarah" dan menyerukan konferensi donor untuk membantu negara itu melewati masalah ekonominya.

Raja Saudi Abdullah  yang negaranya kaya dan merupakan sekutu kuat Mesir -- mengatakan kemenangan Sisi menyapu 96,9 persen suara merupakan "hari bersejarah dan panggung baru bagi Mesir," dalam sebuah telegram yang diterbitkan oleh kantor berita negara SPA. Padahal, pemilu presiden itu, sangat sedikit partisipasi dari rakyat Mesir. Bahkan, sejumlah pengamat kemenangan Jendral Abdul Fattah al-Sisi itu, tidak memiliki legitimasi apapun, dan dalam menguasai negara.

"Untuk saudara-saudara dan teman-teman Mesir. Saya mengundang semua untuk menghadiri konferensi donor guna membantu mengatasi krisis ekonomi," katanya.

Jenderal Purnawirawan Abdel Fatah Al Sisi berhasil meraih kemenangan mutlak 96,9 persen dalam pemilihan presiden Mesir untuk menggantikan Presiden Mohamed Moursi yang dilengserkan pada awal Juli tahun lalu.

Ketua Komisi Pemilihan Presiden, Anwar al-Asie membacakan keputusan hasil pemilihan presiden (pilpres) itu pada Selasa petang waktu setempat.

Mantan Panglima Militer itu mengungguli lawan tunggalnya, Capres Hamdeen Sabahi dengan perolehan 23,7 juta suara atau 96,9 persen dari total 24,5 juta suara sah, dan Sabahi hanya memperoleh 3,1 persen atau hanya 757.511 suara. Pengguna hak pilih sebanyak sebanyak 47,45 persen dari total daftar pemilih tetap 53,7 juta, dan 1,4 juta suara dinyatakan tidak sah.

Pilpres yang digelar pekan lalu selama tiga hari itu merupakan pemilu kedua pasca Revolusi 25 Januari 2011 yang menumbangkan 30 tahun rezim Presiden Hosni Mubarak.

Pemilu pertama digelar 2012 yang dimenangkan Mohamed Moursi dari Ikhwanul Muslimin, namun dilengserkan oposisi dukungan militer setahun kemudian pada 3 Juli 2013. Mursi dan hampir semua pimpinan Ikhwanul Muslimin saat ini di dalam penjara atas tuduhan pembunuhan demonstran. Presiden Mursi mendapatkan dukungan 53 persen rakyat Mesir.

Presiden Abdel Fattah al-Sisi direncanakan dilantik oleh Ketua Mahkamah Konstitusi pada akhir pekan ini. Bagaimana al-Sisi akan memimpin negara dengan tangannya penuh lumuran darah, dan seharusnya di seret ke pengadilan kejahatan perang internasional di Den Haaq. (afgh/wb/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version