View Full Version
Sabtu, 01 Nov 2014

Anak-Anak Tartous Harus Mati Demi Rezim Al-Assad

DAMASKUS (voa-islam.com) – Mereka membawa foto-foto anggota pasukan Suriah yang terbunuh di medan perang melawan para pejuang ISIS. Keluarga-keluarga mereka  memperingati anak-anak mereka terbunuh  dalam perang melawan pejuang ISIS.

Di mana foto-foto itu terpampang di dinding di seluruh provinsi pesisir Tartous. Poster-poster tentang kematian itu menggambarkan harga yang memang harus dibayar para pendukung Presiden Bashar Assad yang  mempertahankan pemerintahannya.

Para  pendukung pemerintah Assad itu identik dengan Suriah itu sendiri, khususnya di kota pelabuhan Tartous, yang terleak di pantai  Mediterania. Di mana Tartous tempat kelahiran Bashar al-Assad dan keluarganya, dan mayoritas penduduknya  Alawiyyin (Syiah). Kelomok Alawiyyin merupakan kelompok minoritas di Suriah.

 Tidak ada pilihan lain, kecuali Bashar al-Assad harus menjadi presiden lagi. Tidak mungkin dia meninggakan istananya, karena itu hanyalah kematian. Meskipun suara gemuruh perang yang sangat dahsyat tak berhenti dari para pejuang Islam yang ingin membebaskan Suriah dari cengkeraman al-Assad.

 Para pejuang yang sekarang berjihad di Suriah, tidak pandang bulu, setiap anggota dan pengikut Syiah Alawiyyin, semuanya sebagai pilar dan tulang punggung kekuasaan Bashar al-Assad.

Para pejuang Islam yang sekarang ini berjuang di Suriah, tidak berkompromi, dan melihat kelompok Syiah Alawiyyin itu, sebagai Syiah rafidhoh (sesat), karena itu mereka memeranginya.

Jumlah tentara yang tewas dari Tartous sangat besar, dibanding dari kota-kota lainnya di Suriah dalam pertempuran melawan pejuang ISIS yang berusaha menggulingkan Assad, dan sekarang memasuki di tahun keempat.

"Ini adalah harga yang harus kita bayar untuk negara," kata Ramadhan Haidar, yang putranya Mahmoud (23) tewas berperang di Suriah utara. "Karena jika negara tidak kembali kedaulatannya, maka saya telah kehilangan anak dan rumah saya”, cetusnya.

Tapi, tidak mungkin hanya mengandalkan anak-anak Tartous menghadapi gempuran ISIS yang semakin menyeluruh di Suriah. Pemerintah sudah kehabisan anak-anak yang mau maju ke medan perang melawan kelompok-kelompok pejuang Islam yang semakin banyak jumlahnya, kata Ramadhan.

Lebih dari r 4.000 tentara dari Tartous yang tewas dalam perang, ungkap seorang pejabat Suriah yang berbicara dengan nama rahasia, karena kawatir kesalamatannya. Korban tewas dari pasukan Suriah yang berjumlah lebih 40.400, dan lebih 10 persen berasal dari Tartous.

 Jumlah penduduk  Tartous  kurang dari satu juta. Menurut laporan setiap dua puluh penduduk, dua orang ikut berperang mempertahankan rezim Alawiyyin Bashar al-Assad. Suriah berpenduduk 23 juta jiwa, dan kelompok  Alawiyyin jumlahnya hanya 13 persen, mereka berpusat di provinsi-provinsi pesisir dan pusat kota Homs.

Anak Haidar Mahmoud tewas dua tahun lalu akibat serangan bom bunuh diri. Beberapa hari lalu berlangsung perayaan bagi anak-anak yang tewas di medan perang, bertempat di kota Dweir Sheikh Saad di provinsi Tartous yang memperingati para  pemuda Tartous yang tewas, dan foto-foto anak muda yang tewas dipajang didinding-dinging kota Tartous. 

Tentu yang paling mereka kenang, di mana lebih 250 tentara Bashar ditangkap ketika pejuang ISIS basis militer di  Tabqa, provinsi Raqqa, pada bulan Agustus. Para pasukan pemerintah Bashar dilucuti dipaksa berjalan melalui padang gurun sebelum mereka ditembak.

Kalangan masyarakat Tartous tumbuh kebencian terhadap al-Assad, terutama setelah pembunuhan massal oleh pejuang ISIS. Beberapa keluarga mengatakan  merasa anak-anak mereka dikorbankan untuk kelangsungan hidup satu keluarga, yaitu Bashar al-Assad.

 


latestnews

View Full Version