View Full Version
Selasa, 07 Jul 2015

Krisis Ekonomi Yunani Akan Menghancurkan Uni Eropa?

ATHENA (voa-islam.com) - Melalui referendum rakyat Yunani mengatakan 'tidak' terhadap langkah penyelamatan yang dibuat oleh Uni Eropa. Rakyat Yunani dengan suara mayoritas 62 persen telah mengambil keputusan  yang sangat berani dengan suara mayoritas menolak konsep penyelamatan Uni Eropa.

Mereka menganggap langkah paket penyelamatan Uni Eropa itu sebagai perbudakan dan penjajahan terhadap rakyat Yunani. Dengan rakyat Yunani mengatakan 'tidak' terhadap paket penyelamatan Uni Eropa itu, membuat zona Uni Eropa akan menjadi berantakan, dan mengancam kesatuan Uni Eropa yang berusaha menjadi sebuah imperium.

Menteri Ekonomi Jerman mengatakan tidak terbayangkan memikirkan perundingan baru terkait utang negara Yunani. Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel mengatakan Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras telah membakar harapan terakhir untuk mempertahankan hubungan dengan Eropa.

Di Spanyol, Pablo Iglesias, pemimpin partai penentang penghematan Podemos, menyambut hasil referendum sebagai kemenangan untuk demokrasi.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan mereka akan meminta diadakannya KTT zona Uni Eropa pada hari Selasa terkait hasil referendum Yunani yang secara terang-terangan rakyat Yunani megatakan 'tidak' terhadap langkah kebijakan negara zona Uni Eropa.

Mayoritas menolak penyelamatan

Setelah hampir semua suara dihitung, hasil referendum Yunani menunjukkan pemilih secara meyakinkan menolak persyaratan penyelamatan internasional.

Hasil yang diumumkan kementerian dalam negeri menunjukkan hampir 63 persen suara mengatakan 'TIDAK',  dan yang mentakan  "Ya" berjumlah 38%.

Partai yang berkuasa di Yunani, Syriza yang berhaluan komunis, mengatakan persyaratan penyelamatan internasional, memalukan.

Proposal pihak kreditur, Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa, dan Dana Moneter Internasional, semula diajukan ke Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras untuk mengucurkan dana talangan sebesar 7,2 miliar euro atau setara dengan Rp108 triliun.

Dana itu penting bagi Yunani untuk membayar utang kepada IMF sebesar 1,6 miliar euro atau setara dengan Rp22 triliun.

Menteri Keuangan Yunani  menyebut para kreditor melakukan 'terorisme,' dan mengundurkan diri, sementara Perdana Menteri Alexis Tsipras menyebutkan, rakyat Yunani telah mengambil "keputusan berani" dalam referendum.

Ribuan orang turun ke jalan-jalan di berbagai kota, khususnya di Athena, menyusul diumumkannya hasil referendum yang menunjukkan 61.3% memilih "Tidak", dan 38.7% memilih "Ya".

Namun para pejabat sejumlah negeri Eropa memperingatkan bahwa hasil ini bisa mengakhibatkan Yunani terdepak dari zona mata uang Euro, sementara nilai euro merosot di sejumlah pasar Asia, hari Senin (6/7).

Adapun Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis yang kerap bertentangan sengit dengan para kreditor, telah mengundurkan diri dari jabatannya.

Ia menulis di blognya, bahwa ia "sudah menyadari mengenai kecenderungan sejumlah partisipan Eurogroup dan berbagai 'mitra', yang lebih suka ... saya absen di pertemuan-pertemuan."

Varoufakis sebelumnya menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan para pejabat Eropa bagai 'terorisme.'

Sementara itu, PM Alexis Tsipras menilai hasil referendum ini akan "sangat membantu dalam mencapai kesepakatan," katanya, dan bahwa "saya mestinya menyandang kutukan para kreditor dengan bangga."

Keputusan berani

Partai Syriza yang berkuasa mengkampanyekan penolakan, atau "Tidak" untuk referendum itu, dengan alasan persyaratan talangan itu menghi. Alexis Tsipras mengatakan, bahwa melalui referendum itu "rakyat Yunani telah membuktikan bahwa demokrasi tak akan bisa diperas dan diancam."

Berbicara di televisi, ia mengatakan: "melihat keadaan yang tak menguntungkan pekan lalu, Anda (rakyat Yunani) telah mengambil keputusan yang berani."

"Namun saya sadar bahwa mandat yang Anda berikan bukanlah mandat untuk perpecahan (dari Uni Eropa)."

Ia menambahkan, Yunani akan kembali ke meja perundingan hari Senin, dan penilaian IMF pekan lalu menunjukkan bahwa diperlukan restrukturasi utang Yunani"

Namun sejumlah pejabat Eropa memandang, hasil 'Tidak' berarti Yunani menolak berunding lebih lanjut.

Wakil Kanselir Jerman Sigmar Gabriel, mengatakan bahwa "perundingan baru dengan Yunani 'sulit dibyangkan'," dan bahwa Alexis Tsipras telah "menghancurkan jembatan" antara Yunani dengan (Uni) Eropa.

Betapapun, para menteri Belgia dan Italia berbicara dalam nada yang lebih bernada rekonsiliasi, dengan mengatakan bawhawa pintu masih terbuka untuk memulai lagi perundingan, "dalam beberapa jam ke depan."

Krisis ekonomi Yunani ini bukan hanya berdampak terhadap zona Uni Eropa, tapi akan berdampak secara global. Termasuk Indonesia akan menerima dampak krisis ekonomi Yunani. Yunani memiliki utang sebesar Rp 5.000 triliun.

Sedangkan Indonesia memiliki utang hampir Rp.4.000 triliun. Di masa rezim Jokowi ini, utang Indonesia setiap bulan terus betambah. Indonesia akan segera menyusul Yunani? (dita/dbs/voa-islamc.om) 

 


latestnews

View Full Version