View Full Version
Rabu, 22 Mar 2017

Bunuh Diri Live: Tanda Masyarakat Sakit

 

Oleh: Suhari Rofaul Haq* 

KRISIS multidemensi akibat penerapan sistem kapitalisme-sekularisme kian menjadi. Semakin hari kuantitas dan kualitasnya tambah mengkawatirkan. Ibarat tanaman, kapitalisme-sekularisme menghasilkan buah yang sangat busuk dan membahayakan. Dalam bidang  sosial-kemanusian seperti benang kusut yang sulit dicari ujung pangkalnya. Betapa tidak, ditengah hingar bingar dan gemerlapnya kehidupan ibukota muncul berita menghebohkan, Video bunuh diri live facebook. Pelaku dua kali live di facebook. Video pertama berdurasi 1 menit 5 detik, sementara video live yang kedua berdurasi 1 jam 44 menit. Di video kedua, pria yang mengaku bernama Indra itu merekam secara langsung aksinya mendekati tali yang sudah tergantung. Dia kemudian menggantung dirinya sendiri.

Kejadian bunuh diri tersebut dikonfirmasi oleh Pejabat Humas Polsek Jagakarsa Aiptu Khairul. "Iya ada bunuh diri, tapi nanti detailnya saya kirim. Soalnya yang ke TKP itu Kanit Reskrim," katanya. 17/3/2017https://news.detik.com

Menanggapi peristiwa tersebut, Psikolog Reza Indragiri bertanya, apakah benar pelaku ingin bunuh diri atau kebutuhannya  untuk mendapatkan pertolongan, karena sesaat sebelum gantug diri pelaku menyebut menyanyangi istri dan anaknya.

Rezapun berusaha menerangkan,”Tapi karena tidak  tersedia telinga, tidak tersedia mata, tidak tersedia tangan yang diulurkan, maka ya sudah orang itu semakin tenggelam dalam pemikiran sempit bahwa bunuh diri adalah solusi, padahal ini adalah solusi yang salah,” sambungnya di detiknews,18/3/2017. Apapun motif pelaku kita harus bertanya, kenapa dia bunuh dengan cara demikian. Sejauh mana peran masyarakat dan negara dalam menjaga warganya, serta pertanyaan lainnya.

 

Tanda Masyarakat Sakit

Bunuh diri atau suicide adalah tindakan yang ditujukan untuk mengakhiri hidup sang pelaku sendiri. Apa yang dilakukan Indra termasuk bunuh diri rasional, terjadi melalui pertimbangan akal. Ia gagal dalam melakukan coping/penyesuaian diri dari permasalahan yang dihadapinya, yakni cemburu. Dalam kapitalisme-sekularisme angka bunuh diri sangat tinggi. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, di dunia, 800.000 orang bunuh diri setiap tahun. Angka bunuh diri di Korsel yaitu 36,8 dari 100.000 penduduk. Di urutan kedua adalah Guyana dengan 34,8 dan Lituania 33,5.Di Indonesia, kasus bunuh diri 3,7 per 100.000 penduduk. Dibandingkan negara-negara Asia lain, prevalensi itu lebih rendah. Namun dengan 258 juta penduduk, berarti ada 10.000 bunuh diri di Indonesia tiap tahun atau satu orang per jam (Tribunjambi, Jumat, 9 /9/2016). Fantastis!

Tingginya angka bunuh diri terjadi akibat logis dari penerapan kapitalisme-sekularisme. Kapitalisme memaksa rakyat makin sekular, jauh dari agama, materialistik, hedonistik (hanya mengejar kesenangan duniawi), dan hanya mementingkan diri sendiri. Akibatnya, ikatan antar individu dan masyarakat makin pudar.  Jalinan keluargapun semakin mengkawatirkan. Hidup nafsi-nafsi, sepi dalam keramaian. Kepedulian terhadap sesama dan kemauan untuk berbagi makin langka. Rakyat harus menanggung beban hidup sendiri. Beban hidup yang semakin berat. Negara yang seharusnya  berperan mengurusi rakyat sibuk dengan urusan sendiri. Negara tak peduli lagi dengan kondisi, keimanan dan ketakwaan rakyatnya.

Pada saat  daya tahan rakyat terkikis akibat  menguatnya ide materialisme dengan tolok ukur kebahagiaan menurut materi, ditambah pemikiran yang ‘kosong agama’, hasilnya perasaan kolektif yang kacau dari penerpan sistem yang zalim.

Sementara beban hidup silih berganti tiada henti, maka bunuh diri menjadi salah satu jalan pintas.  Lebih-lebih contoh gaya hidup dari luar bebas diperoleh. Bisa jadi apa yang dilakukan  Indra terpengaruh dengan gaya hidup dan  budaya Jepang ‘harakiri”. (Pandangan yang menganggap bunuh diri adalah perbuatan terhormat dan mulia, cara yang lebih terhormat untuk “hidup” daripada hidup  dengan rasa malu). Atau apa yang dilakukan seorang perempuan muda belia, Katelyn Nichole Davis (12) asal Amerika Serikat yang menggantung dirinya dengan seutas tali yang ia pasangkan di pohon. Dengan menggunakan aplikasi streaming Live.me, seluruh proses tragis tersebut direkam dari awal keluar rumah hingga ia menemui ajalnya. tribunnews.com › 6/1/2017. Inilah ciri masyarakat sakit buah dari sistem cacat dari asal.

 

Masyarakat Islam Itu Sehat

Negeri ini bermula dari orang-orang hebat lagi sholeh. Mulai dari Wali Songo, Raden Fattah, Fatahillah, P.Diponegoro, Cut Nya’ Dien sampai KH.Hasyiem Asy’arie, KH Ahmad Dahlan dan lainnya. Mereka adalah buah dari masyarakat dan sistem islam. Apa yang terjadi sekarang, sungguh kebalikannya. Banyak orang baik berubah menjadi orang jelek. Sudah banyak fakta tak terbantahkan sebagai bukti. Dalam hal korupsi saja mulai orang biasa sampai orang luar biasa sudah bisa dan biasa korupsi.  Itu semua terjadi karena sistem yang diterapkan adalah sistem yang rusak dan merusak. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang terikat oleh pemikiran,perasaan dan sistem/aturan yang sama yang terjadi interaksi di dalamnya.Jika sistemnya rusak maka masyarakatpun akan rusak.

Untuk memperbaiki  masyarakat harus dengan memperbaiki  pemikiran, perasaan dan sistem/aturan yang ada.  Masyarakat Madinah adalah model terbaik dari masyarakat sehat dan berperadaban tinggi. Semua pemikiran dan perasaan satu atas dasar wahyu ilahi, Islam.

Hasilnya  penduduk Arab jahiliyah yang dulunya rusak, saling bunuh, suka perang, peminum, berjudi, berzina dan sebagainya bisa berubah menjadi manusia terhormat dan mengukir peradaban emas. Nabi saw menggambarkan keutamaan Madinah ketika menerapkan islam sebagai alat peniup tungku pandai besi, yang mampu menyingkirkan karat besi. “ Madinah itu seperti tungku (tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya.” (HR. Imam Bukhari).

Muhammad Husain Abdullah, 1996, menyebutkan bahwa Islam akan menjaga 8 hal dalam masyarakat, yang meliputi; menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, harta benda, kehormatan, keamanan dan negara. Islam akan memberikan solusi paripurna dalam mengatasi problem masyarakat, sehingga akan tercipta masyarakat sehat dengan ciri; anggotanya bertakwa, pemikiran yag ada lurus berdasar wahyu sebagai pondasi masyarakat, perasaan kebersamaan yang kuat dalam kerangka amar ma’ruf nahi mungkar dan penerapan sistem yang adil dalam mengatasi persoalan.

Umat butuh sistem yang agung itu mampu diterapkan dalam bingkai Khilafah Ar Rosyidah . Selama islam belum diterapkan, bunuh diri dengan segala caranya pasti akan terulang kembali. Maka Negara harus segera mengakhirinya dengan menerapkan islam sebagai sistem yang mengatur kehidupan. Jangan tunggu korban lainnya, jika tak ingin menjadi negara sakit. Ayo Indonesia move up, karena move on saja tidak cukup.Wallahu a’lam bish shawab. *

*praktisi pendidikan dan politik 


latestnews

View Full Version