View Full Version
Kamis, 05 Apr 2018

Hujan Rudal di Tanah Syria

Oleh: Nur Syamsiyah 

(Mahasiswi Magister Ekonomi Syariah UIN Malang)

Setelah Aleppo, Hujan Rudal Menuju Ghouta Timur

Kondisi di Syria semakin mengerikan. Setelah pembantaian yang terjadi di Aleppo, kini pembantaian terjadi di Ghuota Timur. Situasi di Ghuota semakin mengerikan. Korban tewas terus berjatuhan. Kelompok Oberservatorium Syria untuk Hak Asasi Manusia (HAM), mengatakan bahwa serangan selama lima hari di Ghouta Timur telah menyebabkan lebih dari 400 orang tewas.

Jumlah tersebut tak hanya mencakup orang dewasa, tetapi juga anak-anak (Republika.co.id, 25/2/2018). Bahkan media lainnya menyebutkan, jumlah korban yang tewas mencapai 700 orang dalam tiga bulan terakhir, menurut hitungan lokal,itu tidak termasuk dengan kematian pada pekan lalu (matamatapolitik, 21/2/2018).

Di samping itu, tujuh rumah sakit telah di bom semenjak Senin pagi (19/2), yang dulunya adalah wilayah sumber pangan di Damaskus. Namun, wilayah ini telah dikepung selama bertahun-tahun lamanya oleh pemerintah Assad dan menjadi serangan kimia yang menghancurkan. Peristiwa ini membuat situasi di Ghuota Timur semakin terguncang.

Melihat kondisi Ghuota layaknya neraka di dunia. Pemboman terjadi tanpa henti dan anak-anak terbunuh tiap jamnya. Tak ada tempat untuk berlindung, karena semua sisi telah menjadi objek untuk dihancurkan. Rumah sakit pun tak luput dari serangan ini. Kematian menjadi hal yang rutin terjadi di tengah serangan udara yang tanpa akhir. Jika demikian, maka semuanya akan mati, satu demi satu.

 

Amerika dan Rusia Masih Saja Memerangi Syria

Pengamat HAM untuk Syria, yang berbasis di Inggris, mengatakan bahwa 194 orang telah meninggal dalam 48 jam terakhir—sebuah angka yang menunjukkan kekerasan yang tidak terkendali dalam perang di Syria (matamatapolitik, 21/2/2018). Setelah tujuh tahun intervensi dari kekuasan regional dan global, krisis kemanusiaan justru semakin meningkat, dikarenakan tentara loyalis rezim Assad dan pendukungnya Rusia dan Iran lebih memilih mencari kemenangan militer dari pada memilih jalan melaui negosiasi politik.

Pasukan Pemerintah Syria membombardir Ghouta timur dengan menggunakan bom laras, artileri, dan jenis senjata lainnya. Serangan yang dilakukan dan diklaim untuk menumpas kelompok pemberontak tersebut ternyata turut membunuh warga sipil di sana (Republika.co.id, 25/2/2018).

 

Komunitas Internasional Bagaikan Macan Ompong

Amerika, Rusia dan sekutunya tak henti-hentinya melancarkan misinya untuk membumi-hanguskan negeri Syria. Komunitas internasional pun bagaikan macan ompong yang tak melakukan tindakan untuk mengehentikan serangan ini.

Mereka yang menggaungkan Hak Asasi Manusia tak lagi bersuara ketika kritis kemanusiaan menimpa pada umat Islam. Pemerintah pun bukan lagi menjadi pelindung bagi rakyatnya dan justru rakyat bagaikan musuh yang harus diperangi. Inilah fase kediktatoran, pada fase ke-empat ini kaum muslimin senantiasa diperangi dan difitnah.

Tidak ada harga nyawa untuk umat Islam. Namun, jika satu orang Yahudi mati, gempar seluruh dunia memberitakan dan memberikan respon. Tapi sebaliknya, ketika ratusan, ribuan bahkan jutaan umat Islam dibantai semua pada diam dan bungkam. Seolah-olah yang mati adalah tikus atau nyamuk.

Sampai kapan penderitaan umat Islam akan berakhir? Wallahu a’lam bisshawab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version