View Full Version
Rabu, 01 Aug 2018

Mewaspadai Islam Nusantara

Oleh:

Jasmyne Sabiya

MUNCULNYA istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai ciri khas Islam Indonesia, telah menimbulkan reaksi pro dan kontra dari kaum muslimin. Tidak hanya di dunia nyata, berbagai tanggapan mewarnai ruang diskusi dunia maya.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan terminologi Islam Nusantara hanya sebuah istilah. "Hal seperti Islam Nusantara, itu masuk dalam kategori cabang agama (furu'iyyah) bukan masalah pokok agama, karena hal itu hanya sebuah istilah bukan pada substansi," katanya.

"Jadi seharusnya hal tersebut tidak perlu dibesar-besarkan dan dipersoalkan karena justru dapat merusak hubungan persaudaraan sesama umat Islam," tambahnya. (Sumber: tempo.co 26/7/2018)

Kontroversi terkait aliran Islam Nusantara ini mendapat perhatian serius. Mulai dari obrolan santai di warung kopi hingga di angkat sebagai topik kajian seminar dan opini publik. Terutama di lingkungan perguruan tinggi yang tengah  mengupayakan pengembangan karakteristik Islam Nusantara sebagai wacana "proyek intelektual".

Gayung pun bersambut, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, misalnya, telah membuka jurusan pascasarjana program Islam Nusantara untuk strata magister yang sudah berjalan beberapa tahun dan pada 2018 ini sudah dibuka program doktor Kajian Islam Nusantara.

Tidak tanggung-tanggung proyek pengembangan Islam Nusantara ini bahkan di dukung oleh penguasa dan para tokoh politik tertentu, hal ini tentu akan menimbulkan pengaruh besar, yakni ide ini akan tumbuh dan berkembang secara cepat di tengah masyarakat Islam.

Namun harus di waspadai! Pasalnya, jika dicermati lebih dalam istilah Islam Nusantara ini jelas mengandung makna tersendiri, yang akan menimbulkan kesalahpahaman umat. Terutama akan menjadi isu yang menggiring kepada pendeskreditan makna Islam sesungguhnya.

Pemahaman konsep Islam Nusantara ini sesungguhnya ingin diarahkan kepada upaya menusantarakan Islam. Sehingga akan berimbas kepada penolakan terhadap kultur yang dianggap tidak sesuai dengan keberagaman budaya nusantara dan bertentangan dengan nilai-nilai lokal.

Akhirnya  muncul perbedaan antara Islam di indonesia dan Islam di negara-negara lain, yang menimbulkan pengkotak-kotakan Islam.

Semua ini merupakan bagian dari upaya mengliberalkan Islam. Ini adalah proyek besar, yang merupakan bagian dari Sistem Kapitalis Sekuler. Islam Nusantara merupakan produk pemikiran manusia yang sengaja dikemas oleh penguasa dengan mengkompromikan Islam agar sejalan dengan nilai-nilai dan kepentingan barat.

Islam Nusantara adalah bagian penjajahan Barat dan antek-anteknya dengan tujuan memerangi Islam. Menghancurkan Islam dari dalam dan memporak porandakan kaum muslimin, ide ini merupakan bagian dari propaganda yang melemahkan persatuan kaum muslimin demi kepentingan-kepentingan ideologi Barat.

Wahai kaum muslimin,,
Hendaknya kita hanya merujuk kepada Al-Qur'an. Sebagaimana Allah SWT, telah berfirman:

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ  وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۗ  وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 19)

Kita harus betul-betul menyadari akan bahaya ide-ide asing yang terus di gencarkan di tengah-tengah kaum muslimin. Termasuk mewaspadai istilah-istilah yang mengaburkan kita tentang agama Islam dan memecah belah persatuan umat ini.

Rasulullah SAW, bersabda:
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kecintaan, rahmat dan perasaan di antara mereka adalah bagai satu jasad. Kalau salah satu bagian darinya merintih kesakitan, maka seluruh bagian jasad akan ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam” [HR Muslim (2586)].

Islam agama rahmatan lil'alamin, tak ada perbedaan antara kaum muslimin yang ada di Indonesia, Palestina atau di seluruh belahan dunia. Kita adalah umat yang satu. Sudah saatnya kita menyatukan perasaan, pemikiran dan peraturan menuju Islam kaffah dalam bingkai naungan khilafah Islamiyyah.* Kolumnis


latestnews

View Full Version